Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Karakteristik Kesetimbangan Adsorpsi Uap Air Film terbuat dari Karboksi Metil Glukomanan-Karagenan dengan Penambahan Gliserol Fadilah Fadilah; Ari Diana Susanti; Sperisa Distantina
Equilibrium Journal of Chemical Engineering Vol 4, No 1 (2020): Volume 4 No 1 July 2020
Publisher : Program studi Teknik Kimia UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/equilibrium.v4i1.42918

Abstract

Abstrak. Plastik sebagai bahan pengemas mempunyai berbagai kelebihan namun tidak dipungkiri telah menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Berbagai upaya untuk mengatasi pencemaran tersebut dan salah satunya adalah usaha menggantikan plastic dengan bahan yang ramah lingkungan. Edible film banyak diformulasikan dari berbagai bahan yang biodegradable. Polimer alam berbasis karbohidrat banyak dilirik sebagai sumber pembuatan film karena jumlahnya yang melimpah. Glukomanan merupakan polisakarida yang terdapat dalam umbi porang. Untuk pembuatan edible film, glukomanan dimodifikasi memjadi karboksi metIl glukomanan sebelum dicampur dengan karagenan. Sejumlah gliserol ditambahkan sebagai plastisizer. Pengamatan terhadap kesetimbangan adsorpsi uap air dilakukan dengan metode gravimetri pada kisaran kelembaban relatif 6,1 – 97%. Hasil menunjukkan bahwa film dengan konsentrasi gliserol yang lebih tinggi menunjukkan nilai kesetimbangan kandungan uap air yang lebih tinggi. Model kesetimbangan adsorpsi uap air yaitu persamaan Oswin digunakan untuk menggambarkan perilaku penyerapan air. Abstract. Various efforts have done to overcome the enviromental pollution and one of them is to replace plastic with environmentally friendly materials. Glucomannan is a polysaccharide found in porang tubers that can be a source for biodegradable edible film.. For the production of edible film, glucomannan was modified into carboxy methyl glucomannan before it was mixed with carrageenan. Glycerol was added as a plasticizer. The film was made by casting method. Gliserol was added to a mixed solution of carboxy methyl and carrageenan and then poured onto a mold before drying in an electrical oven. Observation of the equilibrium adsorption equilibrium was carried out by gravimetric method for different level of water activity (0.06 – 0.97) and temperature (30, 40 and 50 oC). The results showed that film with higher glycerol concentrations showed higher equilibrium moisture content. The equilibrium adsorption model, the Oswin equation, is used to describe the water absorption behavior with average error at 20,947 – 75,271%. Keywords: Carboxymethyl glucomannan-carrageenan film, water vapor equilibrium, Oswin equation.
Spons dari Tepung Glukomanan dengan Penambahan Charcoal Novita Novita; Nur Rahtiwi Anjarni; Fadilah Fadilah
Equilibrium Journal of Chemical Engineering Vol 3, No 2 (2019): Volume 3 No 2 December 2019
Publisher : Program studi Teknik Kimia UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/equilibrium.v3i2.43106

Abstract

Abstrak. Telah dilakukan pembuatan spons dengan bahan dasar tepung glukomanan dengan penambahan charcoal. Pada percobaan ini dipelajari pengaruh dua jenis larutan alkali yaitu larutan Na2CO3 dan larutan NaOH terhadap karakteristik spons yang dihasilkan. Spons dibuat dengan cara melarutkan tepung glukomanan dalam air yang dilanjutkan dengan membusakan larutan dengan penambahan Sodium Laureth Sulfate (SLS) bersama-sama dengan penambahan charcoal. Larutan basa ditambahkan untuk membentuk gel basah. Spon kering diperoleh setelah proses thawing dan pengeringan dengan sinar matahari.Karakterisasi spons dilakukan dengan melihat rongga menggunakan mikroskop kamera serta menganalisis daya serap air, daya ekspansi spon basah serta nilai iod teradsorpsi. Spons yang dihasilkan mempunyai rongga dengan ukuran antara 0,1 mm sampai 0,25 mm. Spons dengan daya serap air dan daya ekspansi tinggi diperoleh pada penambahan larutan NaOH, massa charcoal yang ditambahkan sebesar 1gram serta ukuran charcoal +50-60 mesh. Sedangkan spons yang dihasilkan apabila menggunakan alkali berupa Na2CO3 dengan massa charcoal yang ditambahkan sebesar 0,5gram serta ukuran charcoal +60-70 mesh diperoleh diameter rata-rata rongga spons dan nilai iod teradsorpsi yang tinggi. Abstract. A sponge was made with a basic ingredient of glucomannan with the addition of charcoal. In this experiment, the effect of two types of alkaline solution i.e., Na2CO3 and NaOH, either the size and the amount of charcoal, were studied on the sponge's characteristics. The sponge was made by dissolving glucomannan flour in water. This step was followed by mixing the solution with Sodium Laureth Sulfate (SLS) and charcoal. The alkaline solution was added to form a wet gel. The dry sponge was obtained after thawing and sun drying. The sponge's characterization was done by observing the foam cavity using a camera microscope and analyzing water absorption, sponge expansion, and iodine adsorption. The sponge has cavities with a size between 0.1 mm to 0.25 mm. Sponges with water absorption and high expansion were obtained by adding NaOH solution, one gram of charcoal and the size of charcoal -50+60 mesh. Sponge produced using Na2CO3 with 0.5 gram charcoal with size - 60+70 mesh has a high diameter cavity and a high adsorbed iodine value. Keywords: glucomannan sponge, alkaline solution, charcoal
Glucomannan sponges: Effect of different amount of SLS and Sodium Hydroxide. Fadilah Fadilah; Shidiq Trianto; Tri Nova Prakoso
Equilibrium Journal of Chemical Engineering Vol 3, No 1 (2019): Volume 3 No 1 July 2019
Publisher : Program studi Teknik Kimia UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/equilibrium.v3i1.42757

Abstract

Abstract.  An attempt to increase the economic value of porang flour was made by utilizing it for making of sponge. The sponge was made by direct foaming of glucomannan solution with the addition of SLS and NaOH. Dried sponge were obtained through freezing-thawing process followed by drying. The effect of amount of SLS and NaOH were investigated. It was found that increasing amount of SLS and NaOH made the cell size of the sponge smaller. While there was no tendency for swelling degree accordance to the various amount of SLS, the increasing amount of NaOH caused in increasing the swelling degree. Keywords: sponge, glucomannan, sodium laureth sulphate (SLS), sponge cell size, swelling degree.
Matriks Pengontrol Pelepasan Urea Berbasis Karagenan: Pengaruh Konsentrasi Glutaraldehid Sperisa Distantina; Mujtahid Kaavessina; Fadilah Fadilah
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 18, No 1 (2019)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2019.18.1.3

Abstract

Abstrak. Pada penelitian ini, matrik hidrogel berbasis karagenan dibuat dan diaplikasikan untuk mengontrol pelepasan urea. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi glutaraldehid terhadap kecepatan pelepasan urea dan menyusun model kecepatan pelepasan urea. Film karagenan dimodifikasi secara kimiawi menggunakan ikatan silang atau crosslinking dengan glutaraldehid. Larutan karagenan 7 g/100 mL dicetak menjadi lembaran dan kemudian dikeringkan sehingga diperoleh lapisan film. Film direndam dalam larutan glutaraldehid dengan konsentrasi tertentu selama 2 menit dan dilanjutkan dipanaskan pada suhu 110oC selama 20 menit. Film yang dihasilkan dicuci dengan etanol dan dikeringkan. Pengisian urea ke dalam matrik film menggunakan metode difusi. Film kering direndam dalam larutan urea 0,074 g/mL selama satu jam dan selanjutnya dikeringkan. Kecepatan pelepasan urea dari film ke dalam media air dievaluasi berdasarkan data konsentrasi urea dalam cairan sebagai fungsi waktu. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi glutaraldehid (1-5%) menyebabkan urea yang tersimpan di dalam film semakin rendah. Model matematika yang diusulkan dapat mewakili peristiwa pelepasan urea dari film. Film berbasis karagenan yang dihasilkan berpotensi sebagai matrik pengontrol pelepasan urea. Kata kunci: crosslinking, glutaraldehid, hidrogel, karagenan, urea. Abstract. Controlled Release Matrices of Urea from Carrageenan: Effect of Glutaraldehyde Concentration. In this study, carrageenan-based hydrogel matrices were prepared and applied for urea controlled release. The aim of this work was to study the effect of glutaraldehyde concentration on the rate of urea release in water. Carrageenan films were chemically modified by crosslinking with glutaraldehyde. The films were prepared by casting the aqueous carrageenan 7 g/100 mL and then followed by drying. The films obtained were immersed in certain glutaraldehyde concentration for 2 min and then heated in the oven at 110oC for 20 min. The crosslinked films were washed using ethanol and then air-dried until the weight is constant. The dried films were immersed in a urea solution (0.074g/ml) for 1 hr and then dried. The rate of urea release was determined by measuring the urea concentration in water as a function of time of release. Results showed that higher glutaraldehyde concentration (1–5%) produced films with less urea content. The proposed mathematic model of urea release from the film can represent the rate of urea release. The prepared carrageenan-based film has the potential for controlling of urea release. Keywords: carrageenan, crosslinking, glutaraldehyde, hydrogel, urea. Graphical Abstract
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN NOSLiT Fadilah Fadilah; Solikhah Isti; Titis Wida Dewi Amarta; Chandra adi Prabowo
Jurnal BIOEDUIN : Program Studi Pendidikan Biologi Vol 10, No 1 (2020): Bioeduin Februari
Publisher : Department of Biology Education UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/bioeduin.v10i1.8141

Abstract

The purpose of this study was to analyze the achievement of high school students' scientific literacy skills based on the Nature of Science Literacy Test (NOSLiT). The instruments used were adapted and modified according to Indonesian culture. The author uses descriptive research methods. The study was conducted by taking a random sample of high school students in class XI in Surakarta. The results showed that students' literacy skills were categorized as low with an average achievement of 40.5%. The results obtained in accordance with the ability of students to analyze, develop concepts, and how to solve the problems contained in the problem. To improve students' literacy skills in biological content there needs to be more effective learning methods and to increase student curiosity.Keywords: Scientific literacy, NOSLiT, BiologyAbstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pencapaian keterampilan literasi sains siswa sekolah menengah atas berdasarkan hasil pengukuran menggunakan Nature of Science Literacy Test (NOSLiT). Instrumen yang digunakan diadaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan budaya Indonesia. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel secara acak kepada siswa sekolah menengah atas kelas XI di Kota Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan literasi siswa dikategorikan rendah dengan rata-rata pencapaian 40,5%. Hasil yang didapatkan sesuai dengan kemampuan siswa dalam menganalisis, membangun konsep, dan cara menyelesaikan masalah yang terdapat dalam soal. Untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa pada konten biologi perlu adanya metode belajar yang lebih efektif dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa.
Penerapan Teknologi Silase dan Fermentasi untuk Ketahanan Pakan Ternak di Daerah Sub-optimal Rejosari - Bantul Ari Diana Susanti; Muhammad Cahyadi; Paryanto Paryanto; Fadilah Fadilah
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol 6 No 1 (2021): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21067/jpm.v6i1.4983

Abstract

The availability of ruminant feed in terms of amount and nutritional adequacy is a common problem during the dry season. This condition is worst at the peak of the dry season (July - October) such as that faced by the Kelompok Tani Rukun Binantu of Rejosari in Bantul Regency - Yogyakarta. Pre-survey shows that the cost of feed in the dry season is uncompetitive to the price of cattle. This problem was solved by Program Kemitraan Masyarakat (PKM – UNS) 2020 with workshop in cattle feed preservation using silage and fermentation techniques. The silage technique is used in conventional-local forage, while the fermentation technique is aimed at preserving low-nutrient animal feed as well as improving digestibility and nutritional adequacy of the feed. Product’s monitoring and evaluation are carried out after 7 days for fermentation technique and 21 days for silage technique. The program is success in solving of Mitra’s problems and it is also one of Tri Dharma Perguruan Tinggi in technology transfer for rural communities.
Pemanfaatan Cangkang Biji Nyamplung sebagai Penghasil Resin untuk Mengatasi Permasalahan Limbah Padat di CV Plantanesia Dwi Ardiana Setyawardhani; Mujtahid Kaavessina; Fadilah Fadilah; Sperisa Distantina; Endang Kwartiningsih; Yoseph Calasanctius Danarto; Aida Nur Ramadhani
Equilibrium Journal of Chemical Engineering Vol 6, No 2 (2022): Volume 6, No 2 December 2022
Publisher : Program studi Teknik Kimia UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/equilibrium.v6i2.66463

Abstract

ABSTRAK. CV Plantanesia merupakan industri penghasil minyak dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum) yang dikenal sebagai Tamanu oil. Minyak tersebut dijual sebagai bahan baku kosmetik untuk produk skin care dan obat tradisional seperti luka, penyakit kulit, rematik, minyak untuk urut maupun obat gatal. Produksi Tamanu oil menghasilkan limbah hasil pengepresan minyak dari bijinya yang berupa bungkil/ampas biji dan cangkang/kulit buah nyamplung. Limbah tersebut dihasilkan dalam jumlah besar dan belum dimanfaatkan sehingga hanya dibuang sebagai sampah dan dibakar. Cangkang biji nyamplung mengandung resin senyawa fenolik yang memiliki sifat antioksidan, anti inflamasi, anti kanker, dan anti mikroba sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan pelatihan pengolahan limbah pengepresan minyak biji nyamplung, khususnya cangkang biji dan pengolahannya untuk menjadi resin. Kegiatan ini dilakukan di CV. Plantanesia yang berlokasi di Tasikmadu, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Pelatihan diberikan dalam bentuk penyuluhan, diskusi dan pelatihan pengambilan (ekstraksi) resin dari cangkang nyamplung. Proses ekstraksi resin dari cangkang nyamplung dan pengaturan kondisi optimal ekstraksi dilakukan terlebih dahulu melalui percobaan pendahuluan di Laboratorium Program Studi Teknik Kimia FT UNS. Hasil percobaan tersebut digunakan sebagai materi pelatihan. Penyampaian materi dilakukan melalui kunjungan, penyuluhan dan pelatihan pada pelaku usaha khususnya CV Plantanesia. Materi penyuluhan dikemas dalam modul dan dipraktekkan secara langsung di lokasi CV. Dari kegiatan ini, mitra memperoleh peningkatan wawasan akan pemanfaatan cangkang biji nyamplung. Produk resin yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat sebagai produk samping yang bernilai jual tinggi untuk meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha, sekaligus dapat mengatasi masalah limbahnya. Kata kunci: cangkang biji nyamplung, resin, tamanu oilABSTRACT. CV Plantanesia is a home industry that produces nyamplung (Calophyllum inophyllum) seed oil known as Tamanu oil. The oil is usually used for skin care products and traditional medicines such as wounds, skin diseases, rheumatism, massage oil and itching medicine. Tamanu oil production leaves solid waste from the pressing process, which is cake/seed dregs and shells/skin of nyamplung fruit. This waste is generated in large quantities and has not been utilized, so it is only disposed of as garbage or just burned. Nyamplung seed shells contain resin phenolic compounds which is used as antioxidant, anti-inflammatory, anti-cancer and anti-microbial properties. It can be used for medical treatment. This project aims to provide training on processing waste nyamplung seed oil, especially the seed shells and their processing to become resin. This activity is carried out at CV. Plantanesia which is located in Tasikmadu, Jaten, Karanganyar. The project was implemented in various activities, such as counseling, focus group discussions and workshop for extracting resin from nyamplung shells. The resin extraction and optimization process condition were developed at the Chemical Engineering Laboratory, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University. The experimental results are implemented in the workshop at the industry. From this activity, partners gain increased insight into the use of nyamplung seed shells. The resin product is expected to be useful as a high value by-product to increase the benefit of the industry, as well as to overcome the waste problem.Keywords: nyamplung seed shell, resin, tamanu oil
Microencapsulation of Garlic Oil with Gelatin and Maltodextrin Encapsulant Using the Coacervation Method Elisa Fitriyani; Anastasia Devina Damayantia; Listia Aulia Ruwaidaha; Shifa Annisa Nabila; Fadilah Fadilah
Equilibrium Journal of Chemical Engineering Vol 7, No 1 (2023): Volume 7, No 1 July 2023
Publisher : Program studi Teknik Kimia UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/equilibrium.v7i1.64248

Abstract

ABSTRACT.  Garlic Oil is widely used as a raw material for fragrances with volatile active compounds at room temperature. It is easily affected by environmental changes and this problem can be solved by microencapsulation using coacervation methods to protect active compounds. Garlic Oil was encapsulated using gelatin and sodium alginate as coating materia with glutaraldehyde as the crosslinking agent. The purpose of this research was to study the effect of the composition of polymers and the mass of garlic oil on encapsulation characteristics. The resulting microcapsules were analyzed using a digital microscope, SEM, FTIR, and encapsulation efficiency. The result showed that microcapsules have an irregular shape with a textured surface. The FTIR spectrum showed an indication of garlic oil with allicin content in microcapsules. The encapsulation efficiency is  34.23%  with a yield of 29.43%.Keywords: microencapsulation, coacervation, garlic oil