Semua varietas tanaman mempunyai spesifik karakter terhadap adaptasi lingkungan tumbuh dan input yang diberikan dan akan ber-pengaruh terhadap produksi serta pendapatan usahatani. Tujuan penelitian ini mengkaji nilai ekonomi budidaya organik dan konvensional dari tiga nomor harapan temulawak. Informasi ini diharapkan akan menjadi acuan dalam pe-ngembangan budidaya temulawak. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dan diulang 4 kali. Petak utama terdiri dari dua pa-ket pemupukan; 1) budidaya organik dan 2) bu-didaya konvensional. Sedangkan anak petak terdiri dari 3 nomor harapan temulawak yaitu, Balittro 1, Balittro 2, dan Balittro 3. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Suka-mulya, sejak Agustus 2005 sampai Oktober 2006. Ukuran petak percobaan 30 m2, dengan jarak tanam 75 cm x 50 cm dan setiap petak terdapat 80 tanaman. Paket budidaya organik terdiri dari; bokashi 10 t/ha, pupuk bio 90 kg/ ha, zeolit 300 kg/ha, dan pupuk fosfat alam 300 kg/ha, sedangkan paket budidaya konvensio-nal; pupuk kandang kotoran sapi 20 t/ha, urea 200 kg/ha, SP-36 200 kg/ha, KCl 200 kg/ha. Data yang dikumpulkan adalah input-output dari setiap paket percobaan, data dianalisis se-cara deskriptif dan kelayakan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Produksi rimpang segar dan simplisia temulawak pada budidaya konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan produksi budidaya organik. (2) Produktivitas temulawak budidaya organik 15,20 – 17,83 ton/ha, produksi tertinggi pada nomor harapan Balittro 3 (17,83 ton/ha rimpang dan 3,57 ton/ ha simplisia). Produksi rimpang segar dan sim-plisia temulawak pada budidaya konvensional masing-masing berkisar 19,64 – 22,31 ton/ha dan 3,93 – 4,46 ton/ha, produksi tertinggi dica-pai nomor harapan Balittro 2. (3) pada harga jual Rp 1.500,-/kg rimpang, budidaya organik tidak layak diusahakan pada semua nomor ha-rapan temulawak Balittro 1, 2, dan 3. (4) Har-ga pokok temulawak budidaya organik adalah Rp 1.726,-/kg untuk rimpang, Rp 19.805,-/kg untuk simplisia, dan Rp 163.179,-/kg untuk ekstrak. Sedangkan pada budidaya konvensio-nal, harga pokok Rp 1.471,-/kg untuk rim-pang, Rp 18.531,-/kg simplisia, dan Rp 155.046,-/kg ekstrak, (5) dengan harga jual Rp 1.500,-/kg rimpang, budidaya konvensio-nal pada nomor harapan Balittro 2 dan 3, la-yak diusahakan, dengan pendapatan bersih per 1.000 m2 lahan masing-masing Rp 228.750,- dan 78.750,- dengan B/C rasio 1,073 dan 1,026, (6) bila diproduksi dalam bentuk sim-plisia dan ekstrak dengan harga jual Rp 20.000,-/kg dan Rp 174.000,-/kg budidaya or-ganik nomor harapan Balittro 1 dan 2, serta budidaya konvensional nomor harapan Balit-tro 1, 2, dan3 layak diusahakan. Pendapatan tertinggi dari budidaya konvensional nomor harapan Balittro 2 dengan pendapatan bersih per 1.000 m2 lahan sebesar Rp 819.965,- dan B/C rasio 1,101 untuk simplisia dan Rp 2.747.516,- dan B/C rasio 1,226 untuk rim-pang.Â