Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 - Desember 2012 Novilla Rezka Sjahjadi; Roslaili Rasyid; Erlina Rustam; Lily Restusari
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.169

Abstract

AbstrakKuman Multi Drug Resistance (MDR) menyebabkan semakin sulit dalam memilih antibiotika untuk pasien yang mengalami infeksi. Akibat sulitnya pemilihan antibiotika, bisa terjadi perpanjangan masa rawat di Rumah Sakit dan menyebabkan kemunduran dalam dunia medis, sosial dan ekonomi secara tidak terduga. Telah dilakukan penelitian deskriptif-retrospektif dengan mengambil data kuman penyebab infeksi yang mengalami Multi Drug Resistance (MDR) di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2010 - Desember 2012 untuk mengetahui kuman Multi Drug Resistance (MDR) dan prevalensi kuman Multi Drug Resistance (MDR) di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2010 - Desember 2012.Hasil Penelitian menunjukkan dari 6.387 jumlah spesimen yang diambil dan dilakukan uji sensitifitas, ditemukan 3.689 kuman yang telah mengalami Multi Drug Resistance (MDR) diantaranya kuman Klebsiella sp, Staphylococcus aureus, Enterobacter sp, E.coli sp, Pseudomonas sp, dan Proteus sp. Dari 3.689 kuman yang mengalami Multi Drug Resistance (MDR) di RSUP Dr. M. Djamil Padang, peningkatan resistensi paling tinggi ditemukan pada tahun 2010 dan meningkat kembali ditahun 2012. Hasil ini menunjukkan bahwa, kasus Multi Drug Resistance (MDR) sudah ditemukan pada hasil kuman yang dikultur di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang dan kasus tertinggi ditemukan ditahun 2010 (62%), kemudian menurun ditahun 2011 (55%) dan kembali meningkat ditahun 2012 (58%).Kata kunci: kuman multi drug resistance, prevalensi, kumanAbstractMulti Drug Resistance (MDR) bacteria, makes harder to choose the right antibiotics to use for the treatment and can cause the longer of hospitality days and the sudden decrease of medic, social and economics. It had been conducted a descriptive-retrospective study by taking the data of bacteria that cause infections experienced Multi Drug Resistance (MDR) in RSUP Dr. M.Djamil Padang from January 2010 - December 2012 to find out the Multi Drug Resistance (MDR) bacteria in RSUP Dr. M. Djamil Padang from January 2010 - December 2012. The result from the research from 6.387 study that shows the number of specimens taken and get sensitivity test, found 3.689 bacterias that have experienced the Multi Drug Resistance (MDR) including Klebsiella sp, Staphylococcus aureus, Enterobacter sp, E.coli sp, Pseudomonas sp, dan Proteus sp. The highest resistance from 3.689 Multi Drug Resistance (MDR) bacteria was in 2010 and increased again in 2012.These result indicate that, Multi Drug Resistance (MDR) case has been found in bacteria from specimen in Laboratory of Microbiology RSUP Dr. M. Djamil Padang and the highest was discovered in 2010 (62%), than decreased in 2011 (55%) and increased again in 2012 (58%).Keywords:Multi Drug Resistance bacteria, prevalention, bacteria
ANALISIS KUALITATIF BORAKS PADA JAJANAN BAKSO BAKAR YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN SUKAJADI KOTA PEKANBARU WINDA WULANSARI NAINGGOLAN; LILY RESTUSARI; FITRI FITRI
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 5 No 1 (2016): JURNAL PROTEKSI KESEHATAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (34.636 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v5i1.44

Abstract

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.033/Menkes/Per/IX/2012 bahan tambahan pangan dapat dibedakan menjadi bahan yang diizinkan dan yang tidak diizinkan. Salah satu bahan tambahan yang tidak diizinkan diantaranya adalah asam boraks dan senyawanya. Boraks merupakan bahan pembersih atau anti septik yang berfungsi untuk membantu melelehkan zat padat atau peleburan logam, namun seringkali digunakan sebagai pengenyal dan pengawet, salah satunya adalah bakso. Sifat anak-anak yang menggemari jajanan sekolah termasuk bakso bakar tanpa melihat kualitas makanan, seringkali menjadi kekhawatiran masyarakat khususnya para orangtua. Penggunaan boraks pada makanan dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya boraks pada jajanan bakso bakar yang dijual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru. Jenis sampel yang diteliti adalah bakso bakar yang belum dibakar dan diberi bumbu yang diambil dari semua pedagang di sekolah dasar negeri kecamatan Sukajadi kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif. Pengujian analisa boraks dilakukan di Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes Riau pada bulan April 2015 dengan menggunakan metode sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,71 % sampel yang diteliti mengandung boraks dan 14,29 % yang tidak mengandung boraks. Oleh karena itu, disarankan kepada para konsumen untuk lebih teliti dalam membeli bakso bakar yang memiliki aroma menyengat, warna yang putih pucat dan abu-abu, serta tekstur yang kenyal.
Tingginya tingkat konsumsi minyak goreng oleh Masyarakat Indonesia menjadikan minyak goreng digunakan sebagai food vehiclepada program fortifikasi vitamin A.Program tersebut dilakukan untuk mengatasi Kekurangan vitamin A (KVA). KVAsangat mempengaruhi kela LILY RESTUSARI; SRI WIDIA NINGSIH; YULIANA ARSIL
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 5 No 1 (2016): JURNAL PROTEKSI KESEHATAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36929/jpk.v5i1.50

Abstract

Tingginya tingkat konsumsi minyak goreng oleh Masyarakat Indonesia menjadikan minyak goreng digunakan sebagai food vehiclepada program fortifikasi vitamin A.Program tersebut dilakukan untuk mengatasi Kekurangan vitamin A (KVA). KVAsangat mempengaruhi kelangsungan hidup anak dan standar upaya penyelamatan proses kehamilan dan persalinan. Namun pemanasan yang terjadi selama proses penggorenganpada minyak dapatmerusak jumlah vitamin A yang difortifikasi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan nilai retensi vitamin A di dalam kentang yang digoreng dengan menggunakan minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan fortifikasi dengan pengaruh suhu dan waktu penggorengan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental disain rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor, suhu (140dan 170oC) dan waktu penggorengan (10 dan 15 menit) tanpa pengulangan.Sampel penelitian yang digunakan adalah kentang beku, minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan fortifikasi.Nilai retensi vitamin A kentang dan minyak goreng diukur dengan menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC).Analisis perbedaan dan interaksi variabel diolah dengan ANOVA dua arah. Berdasarkan luas area puncak vitamin A pada kromatogram sebelum dan setelah penggorengan, ditemukan kecenderungan penurunan persentase retensi vitamin A dari minyak goreng kemasan fortifikasi dibandingkan minyak goreng curah.Nilai retensi vitamin A pada kentang yang digoreng dengan minyak goreng curah adalah 217-251%,sedangkan retensivitamin A kentang yang digoreng dengan minyak goreng kemasan fortifikasi adalah 48-131%. Analisis ANOVA dua arah tanpa pengulangan untuk persen retensi vitamin A menunjukkan bahwa (p<0,05) variabel jenis minyak goreng berpengaruh secara nyata terhadap retensi vitamin A. Retensi vitamin A pada kentang goreng yang digoreng dengan minyak goreng curah jauh lebih tinggi dibanding minyak goreng kemasan fortifikasi
PELATIHAN PEMBUATAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN BAHAN DASAR TEMPE UNTUK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMAPULUH KOTA PEKANBARU LILY RESTUSARI; MUHARNI MUHARNI; FITRI FITRI; ALKAUSYARI AZIZ; HESTI ATASASIH
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 5 No 2 (2016): JURNAL PROTEKSI KESEHATAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.414 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v5i2.59

Abstract

Masalah gizi pada balita yang diatasi oleh Pemerintah Indonesia belum mampu terlaksana secara optimal atau menghilangkan angka gizi kurang pada balita. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Balita di Posyandu. (Sakti, 2013). Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah salah satu bentuk kelembagaan yang berperan serta memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pemberian makanan tambahan di posyandu sebagian besar masih dianggap lemah. Suplai budjet Posyandu untuk pengadaan makanan tambahan terbatas. Untuk itu perlu diciptakan makanan bergizi yang lebih bervariasi yang diperoleh dari bahan makanan lokal, salah satunya adalah tempe. Pengenalan penggunaan tempe kepada masyarakat terutama ibu balita dan kader posyandu akan lebih efektif bila diterapkan sebagai bahan baku atau tambahan dalam pembuatan makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat dan disukai oleh semua kelompok umur dari balita sampai dewasa diantaranya adalah brownies, donat,cake, risoles, pizza,dll. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya variasi menu untuk PMT serta memotivasi kader untuk berwirausaha dalam pemanfaatan dan pengolahan tempe. Metode yang dilaksanakan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah penyuluhan, pelatihan pembuatan PMT dengan bahan dasar tempe, kunjungan, supervise dan bimbingan. Kegiatan Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di posyandu wilayah kerja puskesmas Limapuluh, kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil kunjungan dari enam posyandu, posyandu tersebut sudah menunjukkan peningkatan pengetahuan akan pentingnya variasi menu dalam PMT dimana keempat posyandu sudah menerapkan pembuatan makanan tambahan dengan bahan dasar tempe. Walapun masih ada beberapa Posyandu yang belum menerapkannya. Selain itu juga belum ada satupun kader yang sudah mewujudkan dan mengembangkankan pemanfaatan tempe untuk makanan ini dalam bentuk wirausaha.
IDENTIFIKASI BORAKS PADA KULIT LUMPIA DAN KERUPUK NASI YANG DI JUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA PEKANBARU Elvi Elvi; Evi Kaderani Barutu; Lily Restusari
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 6 No 1 (2017): JURNAL PROTEKSI KESEHATAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.698 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v6i1.64

Abstract

Pendahuluan: Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam makanan terutama makanan olahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi.Sejak pertengahan abad ke-20, BTP khususnya bahan pengawet semakin sering digunakan dalam produksi pangan.Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintesis (Cahyadi, 2008). Menurut Sugiyono et al (2009), yang meneliti kandungan boraks pada gendar/kerupuk nasi yang diproduksi oleh industri rumah tangga di daerah Ambarawa menyimpulkan bahwa sampel yang berupa gendar/kerupuk nasi positif mengandung senyawa boraks. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan boraks pada kulit lumpia dan kerupuk nasi yang dijual di pasar tradisional Kota Pekanbaru. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan melalui penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan adalah survei secara langsung terhadap jumlah penjual kulit lumpia dan kerupuk nasi yang berada dipasar tradisional Kota Pekanbaru dengan produsen yang berbeda. Penelitian lanjutan adalah analisa boraks secara kualitatif terhadap sampel kulit lumpia dan kerupuk nasidengan metode uji nyala api. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Total sampel yang diperoleh berjumlah 5 sampel kulit lumpia dan 9 kerupuk nasi. Penelitian ini telah lulus uji etik oleh komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Hasil: Dari hasil pengujian yang telah dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Kota Pekanbaru, semua sampel kulit lumpia dan kerupuk nasi negatif mengandung boraks.Sampel-sampel tersebut menunjukkan nyala yang berwarna kuning oranye, dikarenakan semua sampel tidak memiliki kandungan senyawa-senyawa molekul garam-garam natrium tetraborat atauboraks, jika sampel positif mengandung boraks maka akan menimbulkan nyala yang pinggirnya berwarna hijau.
GAMBARAN ASUPAN ZAT BESI DAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN TUALANG Yessi Alza; Yuliana Arsil; Lily Restusari; Dizky Nurihsan
JURNAL PROTEKSI KESEHATAN Vol 6 No 2 (2017): JPK: Jurnal Proteksi Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.346 KB) | DOI: 10.36929/jpk.v6i2.74

Abstract

Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hemoglobin) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologi tubuh. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang beresiko tinggi mengalami anemia, Kasus anemia pada ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi dalam tubuh yang disebabkan pola makan kurang baik. Hal ini bisa mengakibatkan gangguan pada janin, yaitu bayi BBLR. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan cara untuk mendeteksi anemia. Pemeriksaan kadar hemoglobin pada ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga agar meminimalisir terjadinyan anemia. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap gambaran asupan zat besi dan kejadian anemia pada ibu hamil di Kecamatan Tualang. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui gambaran asupan zat besi dan kejadian anemia pada ibu hamil di Kecamatan Tualang. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, sampel yang diambil sebanyak 67 orang ibu hamil di Kecamatan Tualang menggunakan metode simple random sampling. Asupan zat besi diukur dengan metode food recall 2x24 jam dan pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan easy touch GCHb. Analisis data dilakukan secara deskriptif Hasil penelitian menyatakan bahwa sebanyak 80,60 % asupan zat besi pada ibu hamil di Kecamatan Tualang dalam katagori baik dan sebanyak 19,40 % dalam katagori kurang. Sebanyak 62.69% ibu hamil tidak menderita anemia, 32.83% anemia ringan dan 4.48% menderita anemia .
STUDI METODE PENURUNAN KADAR HCN PADA BIJI KARET (Hevea brasiliensis) SEBAGAI BAHAN PANGAN ALTERNATIF Sri Wadianingsih; Lily Restusari; Agna Aprilia Vitari
Jurnal Kesehatan Vol 6, No 1 (2015): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.39 KB) | DOI: 10.26630/jk.v6i1.36

Abstract

Sri Widia Ningsih1, Lily Restusari2, Agna Aprilia Vitari3Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Riaue-mail: Widianingsih29@gmail.com Abstrak: Studi Metode Penurunan Kadar HCN Pada Biji Karet (Hevea brasiliensis) Sebagai Bahan Pangan Alternatif. Biji karet mempunyai peluang untuk dieksplorasi sebagai bahan pangan alternatif karena kandungan proteinnya yang tinggi. Biji karet mengandung zat anti nutrisi yaitu hidrogen sianida (HCN) sehingga harus diturunkan kadarnya agar aman dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode penurunan kadar HCN pada biji karet dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial. Dua metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, metode pertama yaitu perendaman biji karet dalam air dengan penambahan arang sekam padi dan NaCl (garam kasar) perbandingan 1:1 dengan konsentrasi 20%, 30% dan 40% dan lama perendaman 12 jam, 24 jam dan 36 jam. Metode kedua dengan penambahan arang aktif dan NaCl p.a (1:1) dengan konsentrsi 20%, 30%, 40% dan lama perendaman 6 jam, 12 jam, 18 jam. Nilai penurunan HCN terbaik dicapai dari metode pertama 135 mg/Kg biji karet, dari 3 perlakuan perendaman 12 jam, 24 jam, 36 jam dengan penambahan arang sekam padi dan garam kasar konsentrasi 40%. Sedangkan nilai penurunan kadar HCN terbaik pada metode kedua adalah 405 mg/Kg biji karet dari perlakuan perendaman 6 jam, 12 jam, 18  jam dengan konsentrasi penambahan arang aktif dan NaCl p.a 40%. Merujuk nilai penurunan HCN yang diperoleh pada metode pertama 135 mg/Kg berat biji karet, maka biji karet pada perlakuan ini aman untuk diolah menjadi bahan makanan dan dikonsumsi sehari-hari karena tidak melebihi ambang batas 1 mg per kilogram berat badan per hari. Kata Kunci: arang aktif, asam sianida, bahan pangan sumber protein, biji karet