Bambang Sugiyanto
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Naditira Widya

INTENSIFIKASI SOSIALISASI DAN KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA ARKEOLOGI: STUDI KASUS DI KALIMANTAN Bambang Sugiyanto
Naditira Widya Vol 5 No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i2.77

Abstract

Abstrak. Penelitian arkeologi di wilayah operasional Pulau Kalimantan memang menjadi tugas dan wewenang dariBalai Arkeologi Banjarmasin. Selain melaksanakan penelitian arkeologi, Balai Arkeologi Banjarmasin juga mempunyaitanggung jawab bersama-sama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Samarinda untuk melaksanakan secarakontinu sosialisasi pentingnya sumber daya arkeologi dan pengelolaan cagar budaya yang ada di masing-masingdaerah dan pengelolaan cagar budaya. Sementara itu, dengan efektifnya pelaksanaan Undang-Undang nomor32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, operasional kewenangan kebudayaan dalam tata laksanapemerintahan daerah mengalami perubahan. Perubahan tersebut berkenaan dengan kebijakan pengelolaanbidang kebudayaan, baik material maupun non-material. Namun sayangnya, dalam pengimplementasian kebijakantersebut terdapat kendala yaitu, instansi daerah belum memiliki sumber daya manusia yang kompeten untukmelaksanakan penelitian arkeologi dan konservasi cagar budaya. Tampaknya kebudayaan masih dipandangsama dengan kesenian, jadi banyak instansi daerah yang mempunyai kepala seksi kesenian atau pariwisatadaripada kepala seksi kebudayaan. Tulisan ini membahas gejala perbedaan visi pengelolaan sumber daya arkeologiantara pemerintah pusat dan daerah, serta strategi koordinasi menyamakan visi tersebut dalam upaya peningkatankesejahteraan hidup masyarakat berbasis pelestarian cagar budaya sesuai Undang- Undang Republik Indonesianomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
TRADISI DAYAK LEBO DAN BUDAYA ROCK-ART DI KALIMANTAN TIMUR Bambang Sugiyanto
Naditira Widya Vol 6 No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.596 KB) | DOI: 10.24832/nw.v6i1.80

Abstract

Abstrak. Di kawasan karst Sangkulirang telah ditemukan sejumlah gua yang menyimpan gambar cadas. Penemuantersebut menunjukkan bahwa budaya gambar cadas tidak hanya berkembang di kawasan Indonesia bagian timur.Saat ini, di sekitar kawasan karst Sangkulirang berdiam masyarakat Lebo yang memiliki budaya penguburan didalam gua. Berdasarkan data lingkungan, tradisi, dan etnohistori masyarakat Lebo, tulisan ini membahas identitasmasyarakat Lebo dan hubungan tradisinya dengan budaya gambar cadas di kawasan karst Sangkulirang. Hasilkajian menunjukkan bahwa lokas hunian dan tradisi masyarakat Lebo yang masih memiliki anasir prasejarahmengarahkan dugaan adanya ‘pewarisan budaya’ dan proses budaya yang berlanjut di kawasan Sangkulirang.
POTENSI SITUS GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARST PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN Bambang Sugiyanto
Naditira Widya Vol 7 No 1 (2013): April 2013
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.081 KB) | DOI: 10.24832/nw.v7i1.90

Abstract

Abstrak. Situs gua prasejarah yang telah memberikan informasi yang komprehensif mengenai pemukiman adalahGua Babi dan Gua Tengkorak yang ditemukan di zona utara lingkungan karst Pegunungan Meratus. Kawasankarst ini ditemukan memanjang dari zona utara sampai dengan selatan. Setiap zona menunjukkan kronologi okupasiyang berbeda-beda dari masa Mesolitik sampai Neolitik. Tulisan ini membahas faktor-faktor yang menjadi dasarpertimbangan manusia prasejarah dalam mengokupasi kawasan karst Pegunungan Meratus. Studi ini dilakukandengan menggunakan metode deskriptif dan penalaran induktif. Hasil studi menunjukkan bahwa okupasi kawasanPegunungan Meratus telah terjadi sekitar 6.000 tahun lalu oleh kelompok manusia yang memiliki mata pencaharianberburu dan mengumpulkan makanan. Kegiatan okupasi di kawasan karst tersebut dilandasi oleh pertimbanganpotensi air bersih dan sumber daya alimentasi yang potensial yang mendukung eksistensi keseharian manusia.
TRADISI PENGUBURAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SEMBAKUNG, KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA Bambang Sugiyanto
Naditira Widya Vol 8 No 1 (2014): April 2014
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v8i1.105

Abstract

Sungai Sembakung mengalir di wilayah Kabupaten Nunukan, melintasi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lumbis Ogong di hulu,Kecamatan Lumbis Induk, dan Kecamatan Sembakung. Di bagian hulu Sungai Sembakung merupakan pemukiman kelompok etnisDayak Agabag (Tengalan) dan Dayak Tahol. Kedua subetnis ini mempunyai tradisi penguburan yang unik, yang menarik untukdiungkapkan. Permasalaha`n dalam tulisan ini adalah bagaimana bentuk tradisi penguburan yang ada di DAS Sembakung? Tulisan inibertujuan untuk mengetahui tradisi penguburan yang ada di masyarakat Dayak Agabag (Tengalan) dan Tahol, terkait sejarah, konsep,dan lokasi DAS Sembakung. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di situs-situs kubur dan wawancaradengan tokoh terpilih yang mengetahui tradisi penguburan yang dimaksud. Hasil yang diharapkan adalah informasi yang jelas tentangbentuk tradisi penguburan di DAS Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
KAJIAN AWAL TENTANG LUKISAN DINDING GUA DI LIANG BANGKAI, KALIMANTAN SELATAN Bambang Sugiyanto
Naditira Widya Vol 8 No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v8i2.106

Abstract

Sejak ditemukannya lukisan dinding gua untuk pertama kali pada tahun 1988 di Liang Kaung,Kalimantan Barat, yang kemudiandiikuti dengan penemuan lukisan dinding lain di wilayah Kalimantan Timur, tampaknya temuan lukisan-lukisan di dinding gua di Kalimantanmulai bermunculan. Fenomena ini mungkin terjadi akibat dari semakin terbukanya kawasan hutan di sekitar pegunungan atau perbukitankarst yang ada. Terbukanya akses ini memudahkan kita untuk mengunjungi gua-gua yang banyak terdapat di pegunungan karsttersebut, dan akhirnya menemukan lukisan kuna pada dinding gua. Lukisan dinding dari bahan arang yang ditemukan di Bukit Bangkai,Kalimantan Selatan, merupakan salah satu temuan yang terbaru. Artikel ini akan membahas jenis lukisan dinding yang ada di gua danceruk di Bukit Bangkai. Pembahasan ini didasarkan pada pengamatan langsung terhadap motif gambar yang ada pada dinding gua,yang dilanjutkan studi pustaka, memperbandingkan dengan temuan yang sama di situs lainnya di Kalimantan. Kajian lukisan dinding guaini menunjukkan bahwa jenis lukisan dinding gua di Bukit Bangkai hanya berwarna hitam dan dalam kondisi kabur.
POTENSI ARKEOLOGI PRASEJARAH KABUPATEN TANAH BUMBU DAN ANCAMAN YANG DIHADAPINYA Bambang Sugiyanto
Naditira Widya Vol 9 No 1 (2015): April 2015
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.089 KB) | DOI: 10.24832/nw.v9i1.117

Abstract

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan daerah pemekaran baru dari Kabupaten Kotabaru. Kabupaten TanahBumbu mempunyai sumber daya kawasan karst yang besar, terutama di wilayah Kecamatan Mantewe. Penelitian arkeologidi Kabupaten Tanah Bumbu dilakukan Balai Arkeologi Banjarmasin sejak tahun 2008. Permasalahan penelitian adalahmengetahui potensi situs arkeologi prasejarah di Kabupaten Tanah Bumbu dan ancamannya. Metode penelitian yangdigunakan adalah survei dan ekskavasi arkeologi terhadap gua-gua di kawasan karst Mantewe. Hasil penelitian menunjukkanadanya informasi baru tentang situs gua hunian prasejarah di kawasan tersebut, yaitu adanya lukisan dinding gua dantemuan rangka manusia. Ditemukan juga adanya tiga kegiatan yang mengancam keberadaan situs, yaitu kegiatanpenambangan batubara, penambangan batu gamping, dan penambangan guano. Oleh karena itu penelitian lanjutan yangintensif harus segera dilakukan, kawasan karst harus dilindungi dan dikelola dengan baik.