Indrawati
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi

MAKNA SIMBOL TOLAK BALA DALAM MASYARAKAT BANJAR: KAJIAN ETNOLINGUISTIK [THE MEANING OF WARD OFF MISFORTUNE’S SIMBOL IN BANJAR SOCIETY: ETHNOLINGUISTIC STUDY] Derri Ris Riana, S.S.; Indrawati
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 2 (2021): KINDAI ETAM VOLUME 7 NOMOR 2 TAHUN 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v7i2.100

Abstract

Masyarakat Banjar sebagai salah satu etnik mayoritas di Kalimantan Selatan memiliki tradisi yang sampai sekarang masih dipercaya oleh sebagian orang. Salah satunya adalah tradisi tolak bala. Tradisi tolak bala digunakan untuk mengatasi perasaan dan menangkal hal-hal yang ditakutkan karena kepercayaan mereka terhadap kekuatan roh dan makhluk gaib. Bagaimana bentuk tradisi tolak bala yang dilakukan masyarakat Banjar dan apa makna simbol yang terdapat pada benda-benda yang digunakan untuk penolak bala menarik untuk dikaji. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang makna simbol tradisi tolak bala dalam masyarakat Banjar yang dikaji dari teori etnolinguistik. Penulis menggunakan studi literatur dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Banjar masih memiliki kepercayaan mengenai benda-benda sebagai penolak bala. Tradisi tolak bala dalam masyarakat Banjar dilakukan secara berkelompok melalui upacara adat, tetapi ada juga yang dilakukan secara perorangan. Bentuk tradisi tolak bala pada masyarakat Banjar berupa pemberian sesaji, penggunaan jimat atau benda bertuah, dan pemasangan motif hiasan di rumah. Piduduk merupakan salah satu bentuk sesaji sebagai penolak bala yang disiapkan dalam setiap upacara adat. Benda-benda seperti gelang sawan, kain sarigading, sapu tangan berajah, gelang dan cincin berajah merupakan penolak bala yang digunakan secara perorangan, sedangkan motif hiasan pada rumah merupakan penolak bala bagi keluarga di rumah.The Banjar people as one of the majority ethnic groups in South Kalimantan have a tradition named ward off misfortune. This tradition is used to overcome feelings and ward off things. How is the form of this tradition carried out by the Banjar people and what are the meaning of the symbols are interesting to study. This study aims to obtain an overview of the meaning of ward off misfortune’s symbol in Banjar society which is studied from ethnolinguistic theory. The author uses a literature study with qualitative descriptive data analysis techniques. The results shows that Banjar people still have beliefs about objects as a ward off missfortune. This tradition is carried out in groups through traditional ceremonies and individually. This tradition is in the form of offerings, the use of amulets or magical objects, and the installation of decorative motifs at home.