Han Roliadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu, No. 5 Bogor, 16610, Tlp. 0251- 8633378, Fax 0251-8633413

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PENYEMPURNAAN SIFAT PAPAN SERAT KERAPATAN SEDANG DARI PELEPAH NIPAH DAN CAMPURANNYA DENGAN SABUT KELAPA Indrawan, Dian Anggraini; Roliadi, Han; Tampubolon, Rossi Margareth; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 2 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8156.963 KB)

Abstract

Dewasa ini, potensi bahan serat konvensional (khususnya kayu) untuk pembuatan papan serat berkerapatan sedang (MDF) semakin terbatas dan langka. Penggunaan bahan serat alternatif yang tersedia berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan, yaitu pelepah nipah dan sabut kelapa, telah dicoba untuk MDF, menggunakan perekat urea formaldehida (UF). Akan tetapi, sifat produk MDF sebagian besar tidak memenuhi persyaratan JIS dan ISO. Sebagai kaitannya, percobaan perbaikan sifat MDF dilakukan dengan tetap menggunakan ke dua macam bahan serat tersebut. Mula-mula masing-masing bahan serat diperiksa sifat dasarnya yaitu berat jenis, komposisi kimia, dan dimensi serat dan nilai turunannya. Pengolahan pulp untuk MDF menerapkan proses semi-kimia soda panas terbuka (bertekanan atmosfir) pada 2 taraf konsentrasi alkali (8% dan 12%). Pulp yang dihasilkan kemudian ditambahkan bahan aditif berupa alum 5%, bahan perekat tanin formaldehida (TF) baik dikombinasikan dengan arang aktif 5% atau tidak; dan selanjutnya dibentuk menjadi lembaran MDF dengan cara basah. MDF tersebut lalu diperiksa sifat fisis-mekanis dan emisi formaldehida. Hasil pencermatan sifat fisis-mekanis mengindikasikan bahwa serat pelepah nipah lebih prospektif untuk MDF dibandingkan sabut kelapa. Arang aktif berakibat penurunan sifat kekuatan/mekanis MDF dan emisi formaldehida, tetapi memperbaiki kestabilan dimensinya. Sifat MDF dari pelepah nipah 100% paling banyak mendekati persyaratan (JIS dan ISO). Meskipun demikian, sabut kelapa diharapkan bisa prospektif untuk MDF dengan mencampurnya bentuk pulp) dengan pulp pelepah nipah pada proporsi (b/b) 25%+75% dan 50%+50%. MDF yang menggunakan perekat TF memiliki sifat lebih baik dibandingkan MDF percobaan sebelumnya (menggunakan perekat UF), antara lain kekuatan lebih tinggi, emisi formaldehida lebih rendah, dan lebih banyak memenuhi persyaratan JIS dan ISO.
KEMUNGKINAN PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN GUNA MEMPERTINGGI KETAHANAN OKSIDASI BIODIESEL DARI MINYAK BIJI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Roliadi, Han; Sudradjat, R.; Anggraini, Arum
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 1 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6298.705 KB)

Abstract

Telah dilakukan percobaan kemungkinan pemanfaatan minyak biji jarak pagar (Jatropa curcas) untuk biodiesel sebagai alternatif petrosolar melalui proses estrans (esterifikasi dan transesterifikasi) dan penggunaan bahan antioksidan. Proses estrans mengakibatkan perubahan karakteristik minyak jarak (antara lain penurunan kerapatan, viskositas, bilangan asam, dan bilangan iod), sehingga meningkatkan kinerjanya sebagai biodiesel. Tiga macam bahan antioksidan digunakan (BHT, TBHQ, dan Formula X), masing-masing dengan variasi konsentrasi 0,03-0,10%, dan sesudahnya diberi tenggang waktu mulai dari minggu pertama hingga minggu ke empat. Respons yang diamati adalah bilangan peroksida, bilangan asam, dan viskositas kinematik. Hingga minggu keempat pada biodiesel dengan penggunaan antioksidan tetap terjadi oksidasi (bilangan peroksida, bilangan asam, dan viskositas biodiesel meningkat), tetapi dengan intensitas jauh lebih rendah dibandingkan dengan biodiesel kontrol (tanpa antioksidan). Antioksidan yang paling efektif menghambat oksidasi adalah TBHQ, disusul oleh BHT dan Formula X. Formula X diharapkan bisa seefektif seperti TBHQ dan BHT, tetapi pada konsentrasi lebih tinggi (>0.10%). Karakeristik biodiesel baik kontrol ataupun yang diberi antioksidan (hingga tenggang waktu minggu keempat) banyak memenuhi persyaratan SNI dan sebanding dengan karakteristik petrosolar.
POTENSI TEKNIS PEMANFAATAN PELEPAH NIPAH DAN CAMPURANNYA DENGAN SABUT KELAPA UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG Roliadi, Han; Indrawan, Dian Anggraini; Pari, Gustan; Tampubolon, Rossi Margareth
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 3 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6170.825 KB)

Abstract

Kayu hutan alam tropis Indonesia masih merupakan bahan baku konvensional papan serat berkerapatan sedang (MDF), di mana potensinya semakin berkurang dan langka. Oleh karena itu penggunaan bahan baku serat alternatif perlu dipertimbangkan, di mana potensinya berlimpah dan sebagian besar belum dimanfaatkan, seperti pelepah nipah dan sabut kelapa. Dalam kaitannya, telah dilakukan percobaan pemanfaatan dua macam bahan serat tersebut untuk MDF. Masing-masing bahan serat tersebut mengalami tahapan persiapan, dan pemeriksaan sifat dasar (berat jenis, komposisi kimia, dan dimensi serat berikut nilai turunannya), lalu dilakukan pengolahanpulp menggunakan proses semi-kimia soda panas terbuka, dilanjutkan dengan penggilingan hingga pulp mencapai derajat kehalusan 600-700 ml CSF. Pada pulp ditambahkan bahan aditif (alum 4%, perekat urea formaldehida 3%, dan arang aktif 5%) dan kemudian dibentuk menjadi lembaran MDF dengan cara basah. Selanjutnya dilakukan pengempaan panas, conditioning, dan pengujian sifat MDF. Pencermatan terhadap sifat fisis dan kekuatan MDF menunjukkan bahwa serat pelepah nipah lebih prospektif untuk MDF dari pada serat sabut kelapa. Penggunaan arang aktif menurunkan emisi formaldehida MDF tetapi menurunkan sifat kekuatannya. Sifat MDF dari serat pelepah nipah lebih banyak memenuhi persyaratan standar (JIS) dibandingkan dari serat sabut kelapa. Meskipun demikian, serat pelepah nipah bisa bermanfaatan untukMDF, dengan mencampurmya (bentuk pulp) dengan pulp pelepah nipah (b/b) pada proporsi: 25%+75%dan 50%+50%.
PEMBUATAN PAPAN ISOLASI DARI CAMPURAN PULP LIMBAH PEMBALAKAN HUTAN DAN ARANG AKTIF DENGAN BAHAN PEREKAT KHITOSAN CANGKANG UDANG Roliadi, Han; Siagian, Rena M; Indrawan, Dian Anggraini; Tampubolon, Rosi M.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 1 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3389.823 KB)

Abstract

Telah dilakukan percobaan pembuatan papan isolasi menggunakan bahan baku campuran limbah pembalakan kayu HTI (Hutan Tanaman Industri) jenis Eucalyptus hybrid dan arang aktif, dengan Limbah pembalakan dibuat menjadi serpih, lalu diolah menjadi pulp menggunakan proses semi- kimia soda panas terbuka pada kondisi: konsentrasi NaOH 8%, nilai banding bahan baku serpih dengan larutan pemasak 1 : 8 (b/v), dan suhu pemasakan maksimum 100OC yang dipertahankan selama 3 jam. Pembentukan papan isolasi menggunakan cara basah dari campuran pulp limbah pembalakan HTI dan arang aktif dengan komposisi (b/b) 100% + 0%, 97,5% + 2,5%, 95% + 5%, 92,5% + 7,5%, dan 90% + 10%. Sebelum dibentuk lembaran, pada campuran tersebut ditambahkan dua macam perekat (khitosan dan tapioka) secara terpisah masing-masing sebanyak 5%. Sifat fisis dan mekanis papan isolasi dengan perekat pati lebih baik dibandingkan dengan perekat khitosan. Semakin tinggi porsi campuran arang aktif pada pulp limbah pembalakan, cenderung menurunkan kerapatan dan sifat kekuatan (MOR), meningkatkan kadar air, tetapi memperbaiki kestabilan dimensi. Papan isolasi yang memenuhi persyaratan JIS adalah dengan perekat pati pada porsi campuran pulp limbah pembalakan-arang aktif 97,5% + 2,5%, dan papan isolasi dengan perekat khitosan tetapi dari pulp limbah pembalakan 100%.  
PEMBUATAN KARTON SKALA INDUSTRI KECIL DARI CAMPURAN LIMBAH PEMBALAKAN KAYU HUTAN TANAMAN INDUSTRI DAN SLUDGE INDUSTRI KERTAS Roliadi, Han; Yoswita, Yoswita
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3164.519 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.1.29-42

Abstract

Industri karton skala kecil yang dewasa ini menggunakan bahan baku campuran lumpur padat (sludge) dan kertas bekas mengalami kesulitan mendapatkan kertas bekas tersebut. Di lain hal, limbah pembalakan hutan tanaman industri berlimbah potensinya sehingga disarankan penggunaannya sebagai pengganti kertas bekas untuk campuran sludge tersebut. Terkait dengan hal tersebut, telah dilakukan percobaan pembuatan karton skala industri kecil menggunakan campuran pulp limbah pembalakan tersebut dan sludge industri kertas pada 2 proporsi yaitu 25% : 75% dan 100% : 0%. Pengolahan limbah pembalakan menjadi pulp dilakukan dalam ketel pemasak skala semi pilot dengan kondisi pulping semi-kimia soda pada konsentrasi alkali (NaOH) 14% dan 16%, perbandingan berat limbah dengan larutan pemasak 1:5,5, suhu maksimum pemasakan 120oC selama 3 jam pada tekanan 1,2-1,5 atmosfir. Hasil pulp pada konsentrasi 14% lebih sesuai sebagai campuran sludge ditinjau dari rendemen, konsumsi alkali dan bilangan Kappa. Pembentukan lembaran karton dari campuran tersebut dilakukan di industri karton rakyat (skala kecil), dengan menggunakan aditif yaitu kaolin 5%, tawas (alum sulfat) 2%, perekat tapioka 4% dan rosin soap 2%. Rendemen dan sifat fisik/kekuatan karton dari campuran pulp limbah pembalakan (25%) dan sludge (75%) berikut bahan aditif lebih rendah dari campuran dengan proporsi 100%:0% (ke dua proporsi tersebut menggunakan aditif). Akan tetapi sifat fisik/kekuatan karton dari campuran tersebut (25%:75%) masih lebih baik/tinggi dari pada sifat karton produksi industri rakyat yang menggunakan campuran kertas bekas (50%) dan sludge (50%) tanpa aditif dan banyak memenuhi persyaratan karton komersial. Dengan demikian pulp limbah pembalakan tersebut berprospek cerah sebagai campuran sludge dan sebagai bahan substitusi kertas bekas yang banyak digunakan industri karton rakyat.
PEMBUATAN PULP DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK KARTON PADA SKALA USAHA KECIL Anggraini, Dian; Roliadi, Han
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 3 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3893.893 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.3.211-225

Abstract

Industri karton skala kecil saat ini mengalami kesulitan kontinuitas pasokan bahan baku (khususnya pulp dan kertas bekas). Limbah pengolahan minyak kelapa sawit sebagai bahan serat berlignoselulosa jumlahnya berlimpah, dan sebegitu jauh belum banyak dimanfaatkan, sehingga berindikasi potensial sebagai bahan baku industri karton. Pembuatan pulp tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk karton dilakukan dengan proses semi-kimia soda panas pada ketel pemasak, dengan kondisi pemasakan TKKS tetap, yaitu konsentrasi soda (NaOH) 10%, perbandingan berat TKKS dengan larutan pemasak 1:5,5, dan suhu maksimum 120C yang dipertahankan selama 2 jam. Ketel ini merupakan bagian peralatan pada pembuatan karton skala kecil. Rendemen pulp TKKS mencapai 60,17%. Lembaran karton dibentuk di industri rakyat dari pulp TKKS 100%, dan dari campurannya dengan kertas bekas dan sludge industri kertas (50%:25%:25%), masing-masing bahan serat tersebut diberi bahan aditif (kaolin 5%, alum 2%, dan perekat tapioka 4%). Rendemen dan sifat kekuatan karton dari campuran bahan serat (pulp TKKS, kertas bekas, dan sludge) sedikit di bawah sifat karton dari pulp TKKS 100%, tetapi masih lebih baik dari pada sifat karton buatan industri rakyat dari campuran kertas bekas - sludge (50%:50%, tanpa aditif); dan sebagian besar memenuhi persyaratan standar karton komersial, kecuali indeks tarik dan indeks sobek. Kekurangan tersebut diharapkan dapat diatasi dengan penggunaan bahan rosin-soap sizing dan lebih banyak perekat tapioka.
PENENTUAN DAUR TEKNIS OPTIMAL DAN FAKTOR EKSPLOITASI KAYU HUTAN TANAMAN JENIS EUCALYPTUS HYBRID SEBAGAI BAHAN BAKU PULP KERTAS Roliadi, Han; Dulsalam, Dulsalam; Anggraini, Dian
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 4 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6248.964 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.4.332-357

Abstract

Dewasa ini terdapat kesenjangan antara produksi kayu dari hutan alam produksi dengan konsumsinya untuk industri pengolahan kayu termasuk industri pulp/kertas. Atas dasar itu, Departemen Kehutanan menerapkan kebijakan soft landing yaitu mengurangi peran hutan alam produksi sebagai pemasok kayu untuk industri pulp/kertas, dan secara berangsur-angsur diganti peranannya oleh hutan tanaman industri (HTI) kayu pulp antara lain mencakup jenis Acacia mangium dan Eucalyptus spp. Dalam memanfaatkan kayu HTI, perlu dicermati aspek-aspek seperti faktor eksploitasi, karakteristik dasar kayu, sifat pengolahan pulp, dan mutu hasil lembaran pulp/kertas yang baik dan dapat memuaskan konsumen. Terkait dengan uraian tersebut, telah dilakukan penelitian Penentuan Daur Optimal Kayu HTI jenis eukaliptus (Eucalyptus hybrid) untuk Bahan Baku Pulp Ditinjau dari Sifat Dasar Kayu, Sifat Pengolahan Pulp Sulfat, dan Kualitas Lembaran Pulp/Kertas. Contoh kayu jenis tersebut diambil dari Sumatera Utara dengan variasi umur 4, 5, 6, dan 10 tahun. Hasil menunjukkan daur teknis optimum jenis eukaliptus dengan memperhitungkan aspek krakateristik, sifat, dan kualitas tersebut, dicapai pada umur 7.01 tahun. Besarnya faktor eksploitasi pada umur tersebut tidak diketahui. Akan tetapi pada umur 6 tahun, faktor tersebut sekitar 95.5 - 97.0%, maka masih diperlukan penelitian lebih lanjut penetapan faktor eksploitasi pohon pada umur 7.01 tahun. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan maupun pengusaha HTI sebagai pelaksana di lapangan.
ENERGY CONVERSION FROM WOODY BIOMASS STUFF: POSSIBLE MANUFACTURE OF BRIQUETTED CHARCOAL FROM SAWMILL-GENERATED SAWDUST Roliadi, Han; Pari, Gustan
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 3, No 2 (2006): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2006.3.2.93-103

Abstract

There are three dominant kinds of wood industries in Indonesia which consume huge amount of  wood materials as well as generate considerable amount of  woody waste stuffs, i.e. sawmills, plywood, and pulp/paper. For the two latest industries, their wastes to great extent have been reutilized in the remanufacturing process, or burnt under controlled condition to supplement their energy needs in the corresponding factories, thereby greatly alleviating environmental negative impacts.  However, wastes from sawmills (especially sawdust) still often pose a serious environmental threat, since they as of this occasion are merely dumped on sites, discarded to the stream, or merely burnt, hence inflicting dreadful stream as well as air pollutions. One way to remedy those inconveniences is by converting the sawdust into useful product, i.e. briquetted charcoal, as has been experimentally tried. The charcoal was at first prepared by carbonizing the sawdust wastes containing a mixture of the ones altogether from the sawing of seven particular Indonesias wood species, and afterwards was shaped into the briquette employing various concentrations of starch binder at two levels (3.0 and 5.0 %) and also various hydraulic pressures (1.0, 2.5, and 5.0 kg/cm2).  Further, the effect of those variations was examined on the yield and qualities of the resulting briquetted charcoal.The results revealed that the most satisfactory yield and qualities of the briquetted sawdustcharcoal were acquired at 3 % starch binder concentration with 5.0 kg/cm2 hydraulic pressure. As such, the briquette qualities were as follows: density at 0.60 gram/cm3, tensile strength 15.27 kg/cm2, moisture content 2.58 %, volatile matter 23.35 %, ash content 4.10 %, fixed carbon 72.55 %, and calorific value 5,426 cal/gram. Those qualities revealed that the experimented briquetted sawdust charcoal could be conveniently used as biomass-derived fuel.
PEMBUATAN DAN KUALITAS KARTON SENI DARI CAMPURAN PULP TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT, SLUDGE INDUSTRI KERTAS, DAN PULP BATANG PISANG Roliadi, Han; Anggraini, Dian
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 4 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.4.1-20

Abstract

Industri karton skala kecil saat ini mengalami kesulitan pasokan bahan baku serat (khususnya pulp dan kertas bekas) untuk bahan campuran sludge. Limbah industri pengolahan minyak kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan berligno-selulosa berlimpah keberadaannya dan belum banyak dimanfaatkan, sehingga memiliki peluang pemanfaatannya oleh industri karton. Untuk menambah daya guna karton (misal karton seni), batang pisang sebagai sumber serat panjang perlu dipertimbangkan pula sebagai campuran sludge. Terkait dengan hal tersebut, telah dilakukan percobaan pengolahan TKKS dan batang pisang menjadi pulp secara terpisah dalam ketel pemasak bertekanan dan berbahan bakar minyak tanah. Pengolahan pulp TKKS mennggunakan kondisi konsentrasi alkali (NaOH) 10%, nilai banding serpih TKKS dengan larutan pemasak 1:5,5, dan waktu pemasakan 2 jam pada suhu maksimum 120 C dan tekanan 1,2-1,5 atmosfir. Kondisi pengolahan pulp dari batang pisang adalah konsentrasi alkali 4% dan 6%, nilai banding serpih batang pisang dengan larutan pemasak 1:7, suhu maksimum 100 C (selama 1.5 jam), dan bertekanan udara terbuka (1 atmosfir). Pulp batang bisang ambon pada penggunaan alkali 4% lebih sesuai sebagai campuran pulp TKKS dan sludge untuk pembuatan karton (konsumsi alkali lebih rendah dan bilangan kappa lebih tinggi). Lembaran karton seni dibentuk dari campuran pulp TKKS (30-50%), sludge industri kertas (35-50%), dan pulp batang pisang ambon (0-30%). Selain itu digunakan juga aditif (kaolin 5%, retensi alum 2%, tapioka 4%, dan rosin size 2%). Sifat fisik dan kekuatan karton seni dari komposisi campuran tersebut lebih baik/tinggi dari sifat karton produksi industri rakyat (dari campuran sludge 50% dan kertas bekas 50%, tanpa aditif). Karton dengan penggunaan pulp batang pisang ambon hingga 15% memenuhi kualitas karton komersial. Selain itu permukaan karton seni yang dihasilkan berpenampilan visual menarik. Penggunaan pulp batang pisang ambon hingga 15% (bila kekuatan diperlukan) ataupun lebih (kekuatan tidak diperlukan) dapat digunakan untuk pembuatan karton seni asalkan dicampur dengan TKKS dan sludge.
PEMBUATAN PULP UNTUK KERTAS BUNGKUS DARI BAHAN SERAT ALTERNATIF Indrawan, Dian Anggraini; Efiyanti, Lisna; Tampubolon, Rossi Margareth; Roliadi, Han
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 4 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2015.33.4.283-302

Abstract

Konsumsi kertas Indonesia, termasuk kertas bungkus, diperkirakan meningkat di masa mendatang dan akan menimbulkan tantangan pada kemampuan produksi kertas bungkus domestik karena potensi bahan baku serat konvensional (kayu hutan alam) semakin langka.  Diperlukan sumber serat alternatif lainnya yang tersedia berlimpah, antara lain jenis kayu pohon pionir yang berpotensi untuk hutan tanaman (HTI), seperti  jabon dan terentang; limbah pembalakan HTI sengon; sludge (limbah padat industri pulp/kertas); dan serat daun nenas.  Sebagai kaitannya telah dilakukan percobaan menggunakan pulp dari serat alternatif untuk bahan kertas bungkus. Mula-mula, tiap bahan serat alternatif diperiksa sifat dasarnya (berat jenis, komposisi kimia, dan dimensi serat/nilai turunannya). Pengolahan pulp bahan serat menerapkan proses semi-kimia soda panas (kecuali sludge). Lembaran pulp bergramatur target 60 g/m2 dibentuk dari campuran pulp kayu jabon, pulp kayu terentang, pulp limbah kayu sengon, sludge, dan pulp serat daun nenas pada proporsi tertentu (b/b); lalu ditambahkan bahan aditif (alum/tawas 2%, pati tapioka 4%, kaolin 5%, emulsi lilin 3%, dan sabun rosin 3%) pada setiap proporsi; lembaran yang terbentuk diuji sifat fisis, kekuatan, dan optiknya. Hasil penelitian menunjukkan proporsi campuran yang paling berprospek untuk ketas bungkus adalah pulp kayu terentang (20%), pulp kayu jabon (20%), pulp kayu sengon (40%), pulp serat daun nenas (20%). Untuk memanfaatkan sludge, proporsi yang bisa ditolerir adalah sludge (20%), pulp terentang (20%), pulp jabon (20%), pulp sengon (20%), pulp serat daun nenas (20%). Sludge telah diindikasikan kuat mengandung logam berat yang berbahaya/beracun sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengeliminir/menurunkan kandungan logam pada sludge, sebelum digunakan untuk kertas bungkus.       Â