Imam Setiadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Geologi Kelautan: Media Hasil Penelitian Geologi Kelautan

INTERPRETASI GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ANALISIS DATA GAYABERAT MENGGUNAKAN FILTER OPTIMUM UPWARD CONTINUATION DAN PEMODELAN 3D INVERSI : (STUDI KASUS: CEKUNGAN AKIMEUGAH SELATAN, LAUT ARAFURA) Imam Setiadi; Catur Purwanto; Dida Kusnida; Yulinar Firdaus
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 17, No 1 (2019)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5585.434 KB) | DOI: 10.32693/jgk.17.1.2019.579

Abstract

Cekungan Akimeugah terletak pada paparan Laut Arafura yang merupakan bagian dari passive margin yang berasosiasi dengan cekungan di kontinen Australia yang sudah memproduksi hidrokarbon seperti cekungan Bonaparte, Carnavon dan cekungan Canning. Secara tektonik cekungan ini berkembang akibat pertemuan lempeng Australia dengan Pasifik sehingga menyebabkan munculnya struktur lipatan, tinggian, rendahan dan patahan. Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan adalah metoda gayaberat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi struktur geologi bawah permukaan, mendelineasi sub-cekungan sedimen serta memperkirakan ketebalan sedimen di Cekungan Akimeugah bagian selatan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis spektrum, filter optimum upward continuation serta pemodelan inversi 3D. Hasil analisis spektral menunjukkan bahwa tebal batuan sedimen rata rata di daerah penelitian adalah sekitar 3.6 Km. Ketinggian optimum yang digunakan pada filter optimum upward continuation yaitu pada ketinggian 6000 m dan menghasilkan anomali regional serta residual. Sub-cekungan yang didelineasi dari analisis data gayaberat adalah sebanyak 7 sub-cekungan sedimen, dimana pola struktur yang teridentifikasi yaitu berupa tinggian, graben dan patahan. Hasil pemodelan 3D menunjukkan bahwa batuan dasar cekungan berupa batuan metamorfik dengan nilai rapat massa 2.7 gr/cc. Kemudian secara berurutan dari bawah ke atas diendapkan batuan sedimen dari kelompok Aifam yang berumur Paleozoikum dengan nilai densitas 2.6 gr/cc, kemudian di atasnya lagi adalah batuan sedimen kelompok Kemblengan yang berumur Mesozoikum dengan nilai rapat massa 2.5 gr/cc, dan yang paling atas adalah batuan sedimen tersier kelompok batugamping Nugini dengan nilai rapat massa 2.4 gr/cc dan Formasi Buru dengan nilai rapat massa 2.2 gr/cc.. Hasil analisis model bawah permukaan menunjukkan bahwa berdasarkan pola graben dan tinggian, Cekungan Akimeugah bagian selatan cukup potensial untuk berkembangnya petroleum system seperti cekungan di Australia yang sudah berproduksi hidrokarbon.Kata Kunci : Gayaberat, spektral analisis, filter optimum upward continuation, pemodelan 3D inversi, Cekungan Akimeugah selatan, Papua.The Akimeugah Basin is located on the Arafura Shelf which is part of the passive margin associated with basins of Australian continent that have produced hydrocarbons such as the Bonaparte basin, Carnarvon and the Canning basins. Tectonically this basin develops due to the collision between the Australian and the Pacific plates, resulting folds, highs, lows and faults. One of the geophysical methods that can be used to determine the subsurface geological structure is the gravity method. The purposes of this study are to identify subsurface geological structures, delineating sediment sub-basin and to estimate sediment thickness in the southern Akimeugah basin. Data analysis used are spectrum analysis, optimum upward continuation filters and 3D inversion modeling.. The spectral analysis results show that the average thickness of the sedimentary rock in the study area is about 3.6 Km. Optimum height that used at the optimum upward contiuation filter was at an altitude 6000 m and resulting regional and residual anomaly. The delineated sub-basin obtained from gravity data analysis is as many as 7 sediment sub-basins, where the identified structural pattern is in the form of high, graben and fault. The 3D modeling results show that the basement of the basin is of a metamorphic rock with a mass density value of 2.7 gr/cc. Then sequentially from the lowest, sedimentary rocks from the Aifam group of Paleozoic were deposited with a density value of 2.6 gr/cc, hereafter is sediment group of Kemblengan of Mesozoic with mass density values of 2.5 gr/cc, and at the top is a Tertiary sedimentary rock, limestone Nugini group with a mass density value of 2.4 gr/cc and Buru Formation with density value 2.2 gr/cc. The results of the subsurface model analysis show that based on a graben and high pattern, the southern Akimeugah basin is potential for the development of petroleum systems such as the basins those already produce hydrocarbons in Australia.Keywords: gravity, spectral analysis, optimum upward continuation filter, modeling 3D inversion, southern Akimeugah Basin, Papua.
INTERPRETASI GEOLOGI CEKUNGAN BERAU - PAPUA DAN SEKITARNYA, BERDASARKAN ANALISIS DATA GAYABERAT Imam Setiadi; Tumpal Bernhard Nainggolan; Ali Albab
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.18.2.2020.671

Abstract

Cekungan Berau merupakan cekungan yang mempunyai potensi menghasilkan hidrokarbon seperti halnya cekungan Bintuni dan Salawati. Penelitian yang telah dilakukan pada cekungan ini umumnya membahas studi tektonik dan stratigrafi regional serta geokimia. Analisis mengenai pola sub-cekungan dan konfigurasi batuan dasar belum pernah dilakukan pada daerah ini. Pada eksplorasi hidrokarbon, informasi mengenai tebal sedimen pola struktur dan pola tinggian diperlukan sebagai informasi awal dalam memetakan keberadaan deposenter yang ditindaklanjuti dengan survei lebih detail menggunakan metode seismik sehingga penelitian ini penting dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi keberadaan sub-cekungan sedimen, mengidentifikasi pola struktur geologi, dan konfigurasi batuan dasar pada cekungan Berau berdasarkan analisis data gayaberat. Metode yang dilakukan yaitu dengan menganalisis data gayaberat menggunakan analisis spektral, filter polinomial, dan pemodelan 2D. Hasil analisis spektral menunjukkan bahwa ketebalan batuan sedimen rata-rata diperkirakan 3.38 Km, orde yang dipilih dari hasil filter polinomial yaitu orde 6 yang digunakan untuk menentukan anomali regional dan residual. Sub-cekungan yang didelineasai berdasarkan hasil anomali residual gayaberat yaitu sebanyak 6 sub-cekungan sedimen, sedangkan pola struktur yang teridentifikasi yaitu berupa pola tinggian, graben, dan patahan/sesar. Hasil pemodelan 2D menunjukkan bahwa batuan dasar pada cekungan Berau yaitu batuan metamorfik dengan nilai rapat massa sebesar 2.8 gr/cc, lapisan di atasnya di interpretasikan sebagai batuan sedimen berumur PraTersier dengan nilai rapat massa 2.5 gr/cc, di atas batuan PraTersier di interpretasikan sebagai batuan sedimen berumur Paleogen dengan nilai densitas sebesar 2.3 gr/cc, lapisan yang paling atas diinterpretasikan sebagai batuan sedimen berumur Neogen dengan nilai rapat massa sebesar 2.4 gr/cc. Berdasarkan hasil analisis gayaberat menunjukkan bahwa Cekungan Berau mempunyai lapisan batuan sedimen yang cukup tebal dan beberapa struktur tinggian yang diduga sebagai tempat migrasi hidrokarbon yang menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk mengetahui keberadaan hidrokarbon.Kata Kunci : Gayaberat, Analisis Spektral, Polinomial, Pemodelan 2D, Cekungan Berau, Papua BaratBerau Basin is one of basin that potential to produce hydrocarbons like Bintuni and Salawati Basin. Research that has been carried out in these basins is generally tectonic and stratigraphic regional and geochemical studies. Analysis of sub-basin patterns and basement configurations haven’t been done in these area. In hydrocarbon exploration, information about sediment thickness, structure lineament and basement hight patterns is needed as initial information to mapping the depocenter existence which is followed by a more detailed survey such as seismic methods, so that this study is important to do. The research was conducted to delineate sediment sub-basin, to identify geological structure patterns, and basement configuration in the Berau basin based on gravity data analysis. The method used by analyzing gravity data by using spectral analysis, polynomial filtering and 2D forward modeling. The spectral analysis result showed that the average thickness of sedimentary rocks estimated 3.38 Km. The polynomial order chosen from the results of the polynomial filter is order 6 which is used to determine regional and residual anomalies. The sub-basins were delineated based on the results of gravity residual anomalies were 6 sediment sub-basins, while the structural patterns identified are basement height, graben, and fault. The 2D modeling results show that the basement of the basin is metamorphic rock with a mass density value of 2.8 gr/cc, the upper layer of the basement is interpreted as PraTersier sedimentary rock with a mass density value of 2.5 gr/cc, on PraTersier rocks is interpreted as Paleogene sedimentary rocks with a density value of 2.3 gr/cc, the top layer is interpreted as a Neogene sedimentary rock with a mass density value of 2.4 gr/cc. Based on the results of gravity analysis shows that the Berau Basin has a thick layer of sedimentary rocks and some basement height structures that are suspected as places of migration of hydrocarbons which are interesting to be explored further to determine the presence of hydrocarbons.Keywords : Gravity, Spektral Analysis, Polynomial, 2D Modeling, Berau Basin, West Papua