Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Karakterisasi Enzim Pemecah Pati dari Malt Serelia Alvina Cornelia Phieter; Ruth Chrisnasari; Tjandra Pantjajani
KELUWIH: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 1 No. 1 (2020): Keluwih: Jurnal Sains dan Teknologi (February)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.814 KB) | DOI: 10.24123/saintek.v1i1.2773

Abstract

Abstract- Starch-degrading enzymes not only can be found in bacteria and fungi, but also in plants. Some plants that produce starch-degrading enzymes are germinated grain of sorghum, maize, and mung bean. pH and temperature are factors that can affect the activity of enzyme. Effect of pH and temperature to starch-degrading enzyme activity of these 3 cereal grains are reported in this research. Grain of sorghum, maize, and mung bean were germinated for 2 days and dried to produce malt. Enzymes from these 3 different malts were extracted using 7 buffers with different pH (4.5, 5, 5.5, 6, 6.5, 7) . Buffer that produced highest enzyme activity based on degradation of starch as a substrate (iodine-starch method) and based on formation of reducing sugars as products (DNS method) would be used for determining the effect of temperatures (20 °C, 30 °C, 40 °C, 50 °C). Effect of pH and temperatures to enzyme activity from 3 different malts tend to be fluctuating. Sorghum malt had the highest enzyme activity per gram malt based on degradation of starch activity test. Estimated enzyme activity of sorghum malt was 103,82 mg.g- 1.min-1. Maize malt had the highest enzyme activity based on formation of reducing sugars activity test. Estimated enzyme activity of maize malt was 13.08 mg.g-1.min-1. Keywords: amylase enzyme, sorghum malt, maize malt, mung bean malt, pH temperature Abstrak- Enzim pemecah pati dapat diperoleh dari tanaman selain dari bakteri dan fungi. Beberapa jenis tanaman yang memiliki enzim pemecah pati adalah biji sorgum, jagung, dan kacang hijau yang berkecambah. pH dan suhu merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas dari enzim. Pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim amilase dari ketiga jenis biji ini akan diamati dalam penelitian ini. Biji sorgum, jagung, dan kacang hijau dikecambahkan selama 2 hari dan dikeringkan untuk menghasilkan malt. Enzim dari ketiga jenis malt ini akan diekstrak menggunakan 7 buffer pH berbeda yaitu buffer pH 4,5; 5; 5,5; 6; 6,5 dan 7. Buffer yang menghasilkan nilai aktivitas enzim tertinggi berdasarkan degradasi substrat pati (metode pati-iodin) dan berdasarkan pembentukan produk gula reduksi (metode DNS) akan digunakan lebih lanjut untuk melihat pengaruh suhu yaitu suhu 20 °C, 30 °C, 40 °C, dan 50 °C. Pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim ketiga jenis malt cenderung fluktuatif. Malt sorgum memiliki nilai aktivitas enzim per gram malt tertinggi berdasarkan uji aktivitas degradasi substrat pati (metode pati-iodin) yaitu 103,82 mg.g-1.min-1 dan malt jagung memiliki nilai aktivitas enzim per gram malt tertinggi berdasarkan uji aktivitas pembentukan gula reduksi (metode DNS) yaitu 13,08 mg.g-1.min-1. Kata kunci: amylase enzyme, sorghum malt, maize malt, mung bean malt, pH temperature
Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Fungsional Bawang Putih (Allium sativum) Chessa Uly Thalia; Ruth Chrisnasari; Ardhia Dheasy Rosita Dewi
KELUWIH: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 1 No. 1 (2020): Keluwih: Jurnal Sains dan Teknologi (February)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.216 KB) | DOI: 10.24123/saintek.v1i1.2782

Abstract

Abstract-Organosulphur compounds in garlic has bactericidal effect and antioxidant potentials. However, toxic effects and strong odor produced by the compound allicin contribute to the reduction of garlic consumption. The production of allicin compound can be inhibited by skipping grinding and substituting it with other methods such as heating with oven and soaking in salt water, so the production pathway of organosulphur compounds will produce S-allyl cysteine which have lower toxic effect and antioxidant activity up to six fold compared to allicin. This research is done as a preliminary test to know the effect of process towards functional value of garlic. The results showed that the best treatment for black garlic (80℃ for 40 days) and pickled garlic (salt concentration of 3% for 40 days) has antioxidant activity (37,03%, 72,30%, and 32,17%), phenolic content (0,50mg GAE/g sample, 1,09mg GAE/g sample, and 0,146mg GAE/g sample), vitamin C content (0,068% b/b, 0,348% b/b, and 0,054% b/b), and protein content (3,1% N, 7,61% N, and 1,45% N) respectively that was significantly different (pvalue < 0,05), antimicrobial activity and total plate count test was not significantly different (pvalue > 0,05). Therefore, the process that gives the highest functional value was the black garlic. Keywords: garlic, black garlic, pickled garlic, functional food, antioxidant activity, phenols, alliin, S-allyl cysteine Abstrak-Senyawa organosulfur dalam bawang putih memiliki efek bakteriosidal dan potensi sebagai antioksidan. Namun, adanya efek toksik dan bau menyengat yang dihasilkan oleh senyawa allisin mengurangi daya konsumsi masyarakat. Produksi senyawa allisin dapat dihambat dengan menghilangkan penggerusan dan melakukan pengolahan yang lain, yaitu pengovenan dan perendaman pada air garam, sehingga jalur produksi senyawa organosulfur akan menghasilkan S-allyl cysteine dengan efek toksik jauh lebih kecil namun aktivitas antioksidan enam kali lebih tinggi dibandingkan allisin. Penelitian ini sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui pengaruh pengolahan terhadap nilai fungsional bawang putih. Dari hasil uji, bawang putih, perlakuan terbaik bawang hitam (suhu 80℃ selama 40 hari), dan pickled garlic (kadar garam 3% selama 40 hari) secara berturut-turut memiliki aktivitas antioksidan (37,03%, 72,30%, dan 32,17%), senyawa fenolik total (0,50mg GAE/g sampel, 1,09mg GAE/g sampel, dan 0,146mg GAE/g sampel), kadar vitamin C (0,068% b/b, 0,348% b/b, dan 0,054% b/b), dan kadar protein (3,1% N, 7,61% N, dan 1,45% N) yang berbeda signifikan (pvalue < 0,05), aktivitas antimikroba dan uji total plate count tidak berbeda signifikan (pvalue > 0,05), sehingga pengolahan yang memberikan nilai fungsional tertinggi yaitu bawang hitam. Kata kunci: bawang putih, bawang hitam, pickled garlic, pangan fungsional, aktivitas antioksidan, fenolik, alliin, S-allyl cysteine.