Claim Missing Document
Check
Articles

SIFAT FISIK TANAH DAN KEMAMPUAN TANAH MERESAPKAN AIR PADA LAHAN HUTAN, SAWAH, DAN PERMUKIMAN Setyowati, Dewi Liesnoor
Jurnal Geografi Vol 4, No 2 (2007): July 2007
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan penggunaan lahan dari hutan atau perkebunan menjadi lahan pertanian maupun permukiman akan menurunkan fungsi tanah. Tanah merupakan media untuk pertumbuhan vegetasi, terdapat hubungan erat antara komponen tanah, air, dan vegetasi. Bagaimanar kemampuan tanah meresapkan air pada beberapa vegetasi dan tipe penggunaan lahan? Penelitian dilakukan di DAS Kreo Semarang. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling pada berbagai tipe penggunaan lahan meliputi hutan, kebun campuran, permukiman, sawah, dan rumput. Pengambilan sampel tanah dalam bentuk sampel tanah terusik dan tanah tidak terusik. Sifat fisik tanah pada hutan memiliki nilai BO dan permeabilitas paling tinggi, kebun campuran memiliki nilai rata-rata kadar air dan BV paling tinggi, sedangkan pada lahan sawah memiliki nilai paling tinggi untuk porositas dan BJ. Pada lahan permukiman dan rumput mempunyai nilai sedang hingga rendah, dengan kelas permeabilitas sedang hingga lambat. Kemampuan tanah meresapkan air diukur dari nilai kapasitas infiltrasi, pada lahan hutan lebih cepat dibandingkan dengan lahan kebun campuran dan sawah. Rata-rata nilai kemampuan potensial sementara tanah menahan air hujan dan aliran permukaan di DAS Kreo sebesar 0,094 m. Nilai ini menunjukkan bahwa keberadaan tanah dalam menahan air di DAS Kreo masih baik. Sifat tanah seperti tekstur, BO, kadar air, dan permeabilitas tanah sangat mendukung dalam meresapkan air ke dalam tanah. Kata Kunci: sifat fisik tanah, kemampuan tanah meresapkan air
KAJIAN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN TEKNIK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Setyowati, Dewi Liesnoor
Jurnal Geografi Vol 4, No 1 (2007): January 2007
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemukiman merupakan tempat yang sangat diperlukan oleh manusia sebagai tempat tinggal dan melakukan segala aktivitas hidupnya. Pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi kebutuhan akan permukiman. Namun kenyataannya luas lahan tetap tidak berubah, sehingga nilai tanah menjadi mahal dan masyarakat tetap membangun walaupun sebenarnya lahan tersebut tidak layak untuk dibangun. Inventarisasi data yang akurat tentang identifikasi kelayakan suatu lahan untuk permukiman sangat diperlukan, namun pada kenyataannya data tersebut sulit diperoleh. Teknologi Sistem Informasi Geografis sangat membantu dalam upaya inventarisasi dan penyajian data dalam bentuk peta, Hasil inventarisasi dan evaluasi kesesuaian lahan untuk keperluan kawasan permukiman sangat diperlukan, data ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi instansi terkait maupun masyarakat pengguna lahan dalam rangka pembangunan permukiman sehingga terjadi keselarasan dengan lingkungan alam. Kota Semarang terdapat 4 kelas kesesuaian lahan yaitu kelas S2 (sesuai), kelas S3 (sesuai dengan beberapa hambatan) dan kelas N1 (tidak sesuai) dan kelas N2 (sangat tidak sesuai). Kelas kesesuaian S2 meliputi kawasan seluas 5.549 hektar (36,9%), kelas S3 meliputi daerah seluas 944 hektar (6,3%), kelas N1 meliputi daerah seluas 8.059 hektar (53,5%), dan kelas N2 seluas 503 hektar (3,4%). Faktor penghambat atau pembatas yang dominan kelas kesesuaian lahan di Kota Semarang adalah kemiringan lereng, kekuatan batuan, kembang kerut tanah, jalur patahan, bahaya erosi, dan bahaya longsor. Kata kunci: SIG, mitigasi rawan bencana
MODEL SPASIAL KETERSEDIAAN AIRTANAH DAN INTRUSI AIR LAUT UNTUK PENENTUAN ZONE KONSERVASI AIRTANAH Setyowati, Dewi Liesnoor; Qudus, Nur; Sriyono, -
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 8, No 2 (2010): December 2010
Publisher : Unnes Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v8i2.326

Abstract

Airtanah merupakan sumberdaya air yang paling baik untuk air bersih danair minum. Kebutuhan airtanah selalu meningkat sesuai dengan pertambahanpenduduk. Peningkatan pengambilan airtanah pada kawasan pantai memacuterjadinya intrusi air laut, atau masuknya air laut ke air tawar. Tujuan umumpenelitian membuat model spasial ketersediaan airtanah dan intrusi air laut padakawasan pantai. Penelitian dilakukan di kawasan pantai Kota Semarang. Datameliputi: data fisik lahan, data hasil booring, karakteristik fisik airtanah, kedalamanmuka freatik, fluktuasi airtanah, sifat fisik airtanah, dan karakteristik akifer. Peralatanpenelitian berupa satu set alat geolistrik, GPS, EC-meter, dan Notebook. Pemilihandan pengukuran sampel sumur dan pendugaan geolistrik dengan teknik stratifiedpurposive sampling. Analisis meliputi uji kualitas air, analisis geolistrik dengansclumberger, sebaran intrusi, kedalaman dan arah aliran airtanah. Kondisi air sumurdi Pantai Semarang sebagian besar berasa payau sampai asin, dengan nilai DHLberkisar antara (6.448,1-5,7) ms/cm. Akifer bebas pada kawasan pantai Semarangtersusun material aluvium campuran dengan batupasir dengan lempung, pada bagianbawah terdapat lapisan akuitard dan lapisan kedap berupa akuiclud berupa materiallempung. Analisis hubungan antara ketersediaan dengan arah perkembangan wilayahmenghasilkan zone konservasi dalam enam zona, yaitu zone kritis, zone rawan, zoneaman 1, zone aman 2 zone aman 3, zone aman 4. Saran penelitian perlu dilakukanpemeliharaan dan pembatasan penggunaan airtanah, upaya mencari sumber airtanah,peningkatan cadangan airtanah dengan konservasi vegetatif, membuat embung,sumur resapan, biopori.Kata Kunci: akifer, intrusi, konservasi
UPAYA KONSERVASI LINGKUNGAN PADA KAWASAN INDUSTRI CANDI KOTA SEMARANG Setyowati, Dewi Liesnoor
Indonesian Journal of Conservation Vol 3, No 1 (2014): IJC
Publisher : Indonesian Journal of Conservation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The opening of Candi Industrial Area (KIC) resulted in hill cutting, deforestation, geological structure changes, the loss of two streams, the construction of warehousing with the stainless roof, installation, and  construction of artesian wells. As a result, there is a problem of air, water, and soil pollution. The study was conducted in KIC. The data of land use was interpreted from Landsat TM imagery in 1994, and SPOT 5 imagery in 2006, as well as the field inspection in 2010. In General, there were changes in land use to residential and industrial. The extent of the settlement in 1994 amounted to 371.824 ha, in 2010, it was 486.350 ha, and 16,097 ha area of the industry in 1994 became 319.043 ha in 2010. Changes in land use had an impact on the increased value of peak discharge flow, amounting to 1,471 m3 / s in 1994, 3.338 m 3 / s in 2005, and in 2010 increased to 7.229 m3 / s. Conservation models are done in the upstream area of Silandak River. KIC must build green line with annual plants, a garden with shade trees, reservoirs or absorption pools, and absorption wells for every industry building and each residential plots of the industry. In the downstream area, it is essential to build solid embankments on the right and left side of the river. It is also important to construct proper drainage system  to prevent  the water stagnating. Last, planting trees which have strong roots durability is necessaryKeywords: land use, environmental conservation, industrial estates.Pembukaan Kawasan Industri Candi (KIC), mengakibatkan pemotongan bukit, penebangan pohon, perubahan struktur geologis, hilangnya dua aliran sungai, pembangunan pergudangan dengan atap steanless, pemasangan instalasi, dan pembuatan sumur artetis. Akibatnya terjadi permasalahan polusi udara, air, dan tanah. Penelitian dilakukan di KIC. Data penggunaan lahan diinterpretasi dari citra Landsat TM tahun 1994, dan citra SPOT 5 tahun 2006, serta ceking lapangan tahun 2010. Pada umumnya terdapat, perubahan penggunaan lahan menjadi pemukiman dan industri. Luas pemukiman tahun 1994 sebesar 371,824 Ha, tahun 2010 menjadi 486,350 Ha, luas industri 16,097 Ha tahun 1994, menjadi 319,043 Ha tahun 2010. Perubahan penggunaan lahan berdampak pada meningkatnya nilai debit puncak aliran, sebesar 1,471 m3/dt tahun 1994, pada tahun 2005 sebesar 3,338 m3/dt, dan tahun 2010  meningkat menjadi 7,229 m3/dt. Model konservasi dilakukan pada kawasan hulu Kali Silandak. KIC harus membangun jalur hijau, dengan tanaman tahunan, pembuatan taman dengan pohon pelindung, pembuatan embung atau kolam resapan, kewajiban membuat sumur resapan pada setiap bangunan industri, dan setiap kapling perumahan industri. Pada kawasan hilir sungai, dilakukan pembuatan tanggul, yang kokoh pada sisi kanan kiri sungai, pembuatan sistem drainase yang layak, supaya air tidak menggenang, sisi sungai ditanami tanaman yang mempunyai daya tahan akar yang kuat.Kata Kunci: penggunaan lahan, konservasi lingkungan, kawasan industri. 
Hubungan Hujan dan Limpasan Pada Sub DAS Kecil Penggunaan Lahan Hutan, Sawah, Kebun Campuran di DAS Kreo Setyowati, Dewi Liesnoor
Forum Geografi Vol 24, No 1 (2010): July 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v24i1.5014

Abstract

Tendency of land use conversion is followed by maximum discharge of Kreo River, but unknown land use type what which can race improvement of runoff. Purpose of the research is study the relation of rainfall runoff at forest, rice field, and mixed garden. Research about rainfall runoff study is including research type of experiment for purpose of descriptive, through observation of rain data and water level at small watershed with one land use types that is forest, rice field, and mixed garden. Instrument of rain and water level attached at small watershed during the rains 2007.Data analysis comprises analysis of stream hydrograph, rain analysis, stream coefficient, and statistic analysis as well. Big the so small runoff value is more determined by rainfall amounts happened non land use type. Number of big rains at one land use will yield big runoff also, while the same rainfall amounts at some land use types will yield varying runoff follows land use type and condition of soil At small watershed (less than 200 ha), the relation of rainfall (P) with direct runoff (DRO) has very strong correlation (R2 bigger than 0.7). Relation between rain intensity (I) with DRO; I with peak discharge (Qp); duration of rain (DR) with DRO; DR with Qp indicated weak reaction (R2 less than 0.3). It indicated there were many factors (more than 70%) which influenced the above mentioned relations. Runoff coefficient value at forest was 0,3566, mix forest was 0,4227, rice field was 0,6661, and mixed garden was 0,4227. Land ability to permeate in the forest (65%) is bigger than mixed garden (57%) and rice field (33%).
TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN DI DATARAN TINGGI DIENG SEBAGAI DATABASE GUNA UPAYA KONSERVASI Ngabekti, Sri; Setyowati, Dewi Liesnoor; Sugiyanto, Sugiyanto R. Sugiyanto
Jurnal Manusia dan Lingkungan (Journal of People and Environment) Vol 14, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1.84 KB)

Abstract

Penebangan hutan secara liar guna memperluas area tanaman kentang di wilayah Dieng, berakibat menurunnya tingkat keanekaragaman hayati. Berdasarkan hasil penilaian oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah (2001), hanya ditemukan kurang dari 50 jenis tumbuhan per hektar, sehingga dikategorikan sebagai kawasan miskin jenis tumbuhan dan perlu dilakukan upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan di dataran tinggi Dieng melalui konservasi lingkungan. Agar konservasi lingkungan berhasil, perlu adanya database kondisi lingkungan sehingga diperoleh cara konservasi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan di dataran tinggi Dieng sebagai database guna upaya konservasi. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi secara langsung di lokasi penelitian melalui pengamatan, pengukuran, pemetaan, dan wawancara dengan petani dan aparat terkait. variabel yang akan diukur adalah tingkat kerusakan fisik lahan, kerusakan biologis lingkungan, dan aspek demografi, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisik, tingkat kerusakan lahan pertanian semakin parah, sehingga menurunkan produksi kentang di daerah ini. Secara biologis, tingkat keanekaragaman jenis tanaman liar berkisar antara 0,81 – 0,98, dan termasuk kategori rendah. Dari aspek perilaku penduduk dalam upaya konservasi, belum menunjukkan hasil, karena areal tanaman kentang menjadi semakin luas akibat penebangan hutan konservasi. Tingkat kerusakan lingkungan di daataran tinggi Dieng semakin parah, sehingga dapat menurunkan produksi kentang. Saran yang dapat disampaikan adalah perlunya dilakukan upaya pengelolaan dan konservasi kawasan Dataran Tinggi Dieng. Oleh karena kondisi geografisnya, pola usaha pertanian yang dilakukan di Dieng harus diikuti dengan kajian konservasi lahan, perlunya dicari tanaman pengganti kentang yang dapat mencegah terjadinya erosi.  
IKLIM MIKRO DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SEMARANG Setyowati, Dewi Liesnoor
Jurnal Manusia dan Lingkungan (Journal of People and Environment) Vol 15, No 3 (2008)
Publisher : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1.84 KB)

Abstract

Salah satu darnpak perkembangan jumlah penduduk kota adalah terjadinya konversi lahan. Konversi ruang terbuka hijau (RTH) menjadi fasilitas bangunan menyebabkan terjadi pencemaran di kota. Berkurangnya RTH mengakibatkan terjadinya kenaikan temperatur lokal dalam kota. Keberadaan RTH memiliki manfaat cukup besar dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup kota, seperti sebagai pengendali iklim mikro. Sebaran vegetasi perindang termasuk kategori jarang, terutama komposisi vegetasi rendah dan kerapatan pohon sangat jarang. Kondisi Iklim mikro secara keseluruhan termasuk kategori sebagian tidak nyaman, khususnya pada siang hari. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kurangnya vegetasi perindang di sepanjang jalan, sehingga kondisi iklim mikro menjadi panas dan kering. Keberadaan RTH di Semarang Tengah yang hanya seluas 6,77% perlu ditambah RTH seluas 14,02%. Diharapkan luas RTH sebesar 20,79% dari total luas wilayah, sehingga akan dapat memperbaiki iklim mikro di kawasan perkotaan.
SEBARAN VEGETASI DAN KONSENTRASI GAS CO - Pb DI TAMAN KB, SIMPANG LIMA, DAN TUGU MUDA KOTA SEMARANG Margahayu, Hilyana; Hariyanto, Hariyanto; Setyowati, Dewi Liesnoor
Indonesian Journal of Conservation Vol 4, No 1 (2015): IJC
Publisher : Indonesian Journal of Conservation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The warming temperatures are caused high gas escaping emissions in the air. Industrial activities and transport in the city led to increased gas CO, Pb, dust and noise. It needs the efforts to restructure and improve the environment through a city park. City park in addition to having a value of beauty is also able to absorb dust particles, gases CO, Pb and noise. This study aimed to vegetation distribution and gas concentration CO, Pb, dust, noise in the garden city of Semarang. The object of this study was the city park area in the district of Semarang and Semarang in the form of South Central. The research sample KB Park, Taman Simpang Lima and Garden Tugu Muda. The research variables include the type and amount of vegetation, species composition of vegetation, vegetation density and state of vegetation distribution, gas concentration CO, Pb, dust and noise. Data analysis techniques use quantitative descriptive analysis. The distribution of vegetation in the park KB, Simpang Lima Park and Garden Tugu Muda of aspects of the composition of the vegetation is very little to the value category ≤20,0%, aspects of the category of very rare vegetation density value ≤14,0%, and distribution of vegetation including the category of very ugly with ≤20,0% value. The concentration of air pollutants such as dust 409 μgr / m3 and 76.19 dBA noise both have exceeded the national ambient air quality standard. When compared to the air pollution in Taman Simpang Lima and Garden Tugu Muda higher than Taman KB. Semarang City Government needs to increase the number of trees in the Garden of KB to be effective in lowering the levels of CO, lead and noise. Memanasnya suhu di kota-kota besar disebabkan oleh tingginya gas emisi yang lepas di udara. Kegiatan industri dan transportasi di kota menyebabkan meningkatnya gas CO, Pb, debu dan kebisingan. Diperlukan usaha untuk menata dan memperbaiki lingkungan melalui taman kota. Taman kota selain mempunyai nilai keindahan juga mampu menyerap partikel debu, gas CO, Pb dan kebisingan. Tujuan penelitian mengetahui sebaran vegetasi dan konsentrasi gas CO, Pb, debu, kebisingan di taman Kota Semarang. Objek penelitian ini adalah kawasan taman kota di Kecamatan Semarang berupa Selatan dan Semarang Tengah. Sampel penelitian Taman KB, Taman Simpang Lima dan Taman Tugu Muda. Variabel penelitian meliputi jenis dan jumlah vegetasi, komposisi jenis vegetasi, kerapatan vegetasi dan keadaan sebaran vegetasi, konsentrasi gas CO, Pb, debu dan kebisingan. Teknik analisis data berupa analisis deskriptif kuantitatif. Sebaran vegetasi di Taman KB, Taman Simpang Lima dan Taman Tugu Muda dari aspek komposisi vegetasi kategori sangat sedikit dengan nilai ≤20,0%, aspek kerapatan vegetasi kategori sangat jarang dengan nilai ≤14,0%, dan sebaran vegetasi termasuk kategori sangat jelek dengan nilai ≤20,0%. Konsentrasi cemaran udara seperti debu 409 µgr/m3 dan kebisingan 76,19 dBA keduanya telah melebihi batas baku mutu udara ambien nasional. Kalau dibandingkan maka cemaran udara di Taman Simpang Lima dan Taman Tugu Muda lebih tinggi dari Taman KB. Pemkot Kota Semarang perlu menambah jumlah pohon di Taman KB agar efektif dalam menurunkan kadar CO, timbal dan kebisingan. 
KAJIAN GENANGAN AIR HUJAN PADA OULET EMBUNG DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI SEKITAR KAMPUS UNNES Setyowati, Dewi Liesnoor; Handayani, Handayani
Indonesian Journal of Conservation Vol 4, No 1 (2015): IJC
Publisher : Indonesian Journal of Conservation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study was to (1) determine the distribution of stagnant water around the outlet Embung Campus UNNES Semarang, (2) the effect of rainwater towards student activities UNNES, (3) knowing participation Village community have now in maintaining the cleanliness of the water channel (drainage) in Embung outlet UNNES around campus. Objects in the study were a puddle of water at the outlet Embung UNNES Campus, students UNNES and communities around the village have now Embung UNNES. Variabel outlet in the research study includes: distribution outlets Embung puddle, puddle influence on student UNNES, community participation around the village have now oulet Embung. Based on the results of this research is that waterlogging occurred at FIS, FE, FH, Science Faculty, FBS. Puddles disrupt the activities of students UNNES and until now there is no harm in the form of casualties. Village communities have now cared about the cleanliness of the water channel but lack of coordination between the students and the local community. Suggestions put forward in this study: (1) the waterway in the Campus UNNES improved with a larger size and more in adjustable slope and topography, (2) the guidance of the UNNES to local residents about the pattern of development is in side of the road like a home, business premises and parking of vehicles not built on channels. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui persebaran genangan air disekitar outlet Embung Kampus UNNES Semarang, (2) mengetahui  pengaruh  genangan  air  hujan  terhadap aktivitas mahasiswa UNNES, (3) mengetahui partisipasi masyarakat Kelurahan  Sekaran  dalam  menjaga kebersihan saluran air (drainase) di sekitar outlet Embung Kampus UNNES. Obyek dalam penelitian adalah genangan air di outlet Embung Kampus UNNES, mahasiswa UNNES, dan masyarakat Kelurahan Sekaran disekitar outlet Embung UNNES.Variabel penelitian dalam penelitian antara lain: sebaran genangan air di outlet Embung, pengaruh genangan terhadap mahasiswa UNNES, partisipasi masyarakat Kelurahan Sekaran sekitar oulet Embung. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa genangan air terjadi di FIS, FE, FH, FMIPA, FBS. Genangan air mengganggu aktifitas mahasiswa UNNES dan sampai saat ini belum ada kerugian berupa korban jiwa. Masyarakat Kelurahan Sekaran perduli terhadap kebersihan saluran air tetapi kurang koordinasi antara mahasiswa dan masyarakat setempat. Saran yang diajukan dalam penelitian ini: (1) saluran air yang ada di dalam Kampus UNNES diperbaiki dengan ukuran yang lebih lebar dan lebih dalam disesuaikan kemiringan lereng serta topografi, (2) adanya pengarahan dari pihak UNNES kepada warga setempat tentang pola pembangunan yang berada di pinggir jalan raya seperti rumah, tempat usaha dan parkir kendaraan  tidak dibangun di atas saluran. 
PEMODELAN KETERSEDIAAN AIR UNTUK PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BLORONG KABUPATEN KENDAL Setyowati, Dewi Liesnoor
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 10, No 2 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

At centered of Blorong watershed happened switching function of farm run quickly, towards to form of setlement area, causes happened improvement of floods at downstream Kali Blorong. Making base concept of water availability model is water balance. Software yielded in the form of KTSAIRDAS.EXE is made with program delphi version 7. Result of examination shows relationship enough signifikan between debits result of model with result of measurement in field. Test value t-tes shows value t-model 0,97 bigger than t-table 0,576, told model applicable to analyse water availability in Blorong watershed by doing simulation. Debit ratio value yielded from various alternative of land uses shows smallest debit ratio value at first alternative 27,64. The biggest ratio value at alternative of 3 is 28,48. Although result of debit ratio in Blorong watershed still at tolerance threshold boundary, but current debit Kali Blorong has value to range from 27,64 to 28,48 closing stall number. Degradation of ratio is not followed with improvement of farm production rate. Evaluated from aspect produce of farm, hence composition of farm wide in the form of reduction of area of rice field and garden, can reduce debit ratio but produce of farm declines.DAS merupakan suatu ekosistem yang memiliki kekomplekan variabel, untuk mempermudah dalam melakukan analisis sistem maka diperlukan pemodelan. Pemodelan dapat menyederhanakan sistem dengan tetap mempertahankan karakteristiknya. Model ketersediaan air disusun dalam rangka  melakukan upaya perencanaan pengelolaan DAS, dinamakan software model KTSAIRDAS. EXE. Pengujian model secara grafis dan uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan cukup signifikan antara debit hasil model dengan hasil pengukuran lapangan. Model dapat digunakan untuk analisis ketersediaan air suatu DAS dengan melakukan simulasi berbagai alternatif penggunaan lahan. Nilai rasio debit Kali Blorong berkisar antara 27,64 sampai 28,48 mendekati angka kritis. Berdasarkan aspek produksi lahan, pengurangan lahan sawah dan kebun, dapat menurunkan rasio debit dan produksi juga menurun. Analisis aspek ekonomi termasuk merugikan karena terganggunya suplai beras dan tanaman tegalan yang diperlukan untuk menopang kehidupan masyarakat. Upaya pengendalian banjir Kali Blorong dapat ditekan dengan melakukan perencanaan simulasi penggunaan lahan sampai memperoleh angka rasio debit kecil, dengan harapan produksi lahan juga meningkat sehingga dari aspek ekonomi menguntungkan masyarakat.
Co-Authors - Sriyono A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdurohim, Siha Ananto Aji, Ananto Andi Irwan Benardi, Andi Irwan Annisa, Aulia Annisa, Aulia Ariesta, Freddy Widya Cahyo Budi Utomo Cintang, Nyai Dewanti Handayani, Sri Sularti Dewi Agustina Edy, Agus Nowo Emi Anwarul Prastiwi, Emi Anwarul Erni Suharini Etty Soesilowati Eva Banowati Fatmawati, Noor Hairumini, Hairumini Hamdan Tri Atmaja Hasyim, Muhammad Azwar Hidayati, Ratna Agustina Hilyana Margahayu, Hilyana Imam Santoso Juhadi Juhadi Khasan Setiaji Leksono, Karyono Budi Lita Latiana Lucky, Citra M.Pd S.T. S.Pd. I Gde Wawan Sudatha . Maemonah, Maemonah Marlianawati, Fitria Martitah Martitah Marza Aditya Kusuma, Marza Aditya Masnita Indriani Oktavia, Masnita Indriani Migawati Hari Dwi Jayanti, Migawati Hari Dwi Muhammad Khafid Muhammad Mujibur Rohman, Muhammad Mujibur Mulyadi, Wiwid Bangun Nana Kariada Trimartuti Nisa, Lana Shofiatun Nisa, Lana Shofiatun Nugraha, Satya Budi Nugroho Trisnu Brata Nugroho, Danit Aji Nur Qudus Papa Yohanes, Kristi Dese Imanuel Adi Prabowo, Kholid Zuhud Prasetiyo, Bagus Pratiwi, Elok Surya Priyanto, Agustinus Sugeng Puji Hardati Purwadi Suhandini Putra Muhammad Rifqi, Putra Muhammad Putri Handayani R. Sugiyanto, R. Rahma, Ainayya Rausyanfikr, Hamas Rausyanfikr, Hamas Rini, Bekti Sulistya Riskiyanto, Riskiyanto Rokhim, Mohammad Abdul Saddam Saddam, Saddam Safitri, Novia Faiz Satyanta Parman Sholekhah, Siti Nur Fatimah Sholekhah, Siti Nur Fatimah Siti Pratiwi Iriani, Siti Pratiwi Sri Mantini Rahayu Sedyawati Sri Ngabekti Sriyono Sriyono Subkhan, Akhmad Subkhan, Akhmad Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti Sugiyanto R. Sugiyanto Sugiyanto, Sugiyanto R. Sugiyanto Suharto Linuwih Suroso Suroso Susianti, Oni Marliana Thriwaty Arsal Tjaturahono Budi Sanjoto Tri Marhaeni Pudji Astuti Tukidi Tukidi, Tukidi Wahid Akhsin Budi Nur Sidiq, Wahid Akhsin Budi Nur Wahyu Setyaningsih Wasino Wasino Wasro Wasro, Wasro Widyastiti, Ririh Wiratuningsih, Dina Wulandari, Nadia Dewi Yudi Aryanto, Yudi Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto, Yuli Kurniawati Sugiyo