Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Media Literacy in Information Chaos Era: Qualitative Study Bandung Literacy Activist Cevi Mochamad Taufik; Suhaeri Suhaeri
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 13, No 1 (2020): (Accredited Sinta 2)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v13i1.5791

Abstract

Media must get control in order that the practice is not authoritative. In the context, when it is in an individualist form, it tends to produce information without considering the norm. In the individualist characteristic, all the information flow spread massively with the tendency for thick interest.  The research arranged to find out literacy activities in this chaotic era, using qualitative descriptive methods to uncover the minds of literacy avtivists in the information chaos era.  The aim is to find out the form of literacy in accordance with the chaotic conditions of information and literacy activities in growing public awareness in information management. The results showed that literacy forms carried out through the introduction of media (media knowledge) concerning the credibility of the media and recognizing the nature of mainstream and non-mainstream media. Another platform is digital literacy and management of public information. Meanwhile, to raise public awareness is done by producing digital content in anticipation of hoax news, making fact check content, media practices through radio broadcasts and websites, introduction to news construction.
URGENSI LITERASI DALAM SUASANA CHAOS Cevi Mochamad Taufik; Suhaeri Suhaeri
ENSAINS JOURNAL Vol 3, No 2 (2020): ENSAINS Journal Mei 2020
Publisher : UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/ensains.v3i2.439

Abstract

Abstract: The torrent of information sprayed by different media platform is creating a public psychic atmosphere that is breaking down. Information that is breathed out interlaced and dispersed in mere seconde. This kind of dispersal pattern doesn’t give the public the opportunity to assess the truth of the information that comes to it. The public can only receive by wondering. The purpose of this study therefore, is to identify what literacy media activist do in the face of increasingly chaos situations and what activities they face. The new methodology used in this study is descriptive qualitative with a view to getting live data from activist moving in increasingly challenging situation. Reasearch has proved that media literacy is one of the proper solutions to ripening public knowledge of the variety of information that reaches him.Key words:   information, literacy, mediaAbstrak: Arus deras informasi yang disemburkan berbagai platform media meciptakan suasana psikis publik kian tercabik. Informasi-informasi yang dihembuskan saling bersusulan dan disebarkan hanya dalam hitungan detik. Pola penyebaran seperti ini tidak memberikan kesempatan kepada publik untuk menilai kebenaran informasi yang sampai kepadanya. Publik hanya dapat menerima dengan bertanya-tanya. Tujuan peneltiian ini untuk mengetahui langkah yang dilakukan aktivis literasi media dalam menghadapi situasi yang semakin chaos dan mengetahui kegiatan yang dilakukannya. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah kualitatif deskriptif dengan maksud untuk mendapatkan data langsung dari para aktivis yang bergerak dalam situasi yang semakin menantang. Hasil peneltiian membuktikan bahwa literasi media sebagai salah satu solusi yang tepat dalam mencerdaskan pengetahuan publik mengenai berbagai informasi yang sampai kepadanya.Kata Kunci: informasi, literasi, media  
Gegera Budaya dalam Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) (Komunikasi Lintas Budaya Warga Graha Rancamanyar dalam Menghadapi Pandemi COVID-19) Suhaeri Suhaeri
JURNAL SYNTAX IMPERATIF : Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 1 No 4 (2020): Jurnal Syntax Imperatif : Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan
Publisher : Rifa'Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-imperatif.v1i4.43

Abstract

Perubahan kebiasaan merupakan bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan terutama kebiasaan yang memang belum pernah sama sekali dihadapi. Fenomena tersebut dikenal dengan fenomena gegar budaya (culture shock), umumnya feneomena ini dijumpai pada seseorang yang baru merasakan kebiasaan atau budaya baru terutama bagi yang tinggal di luar daerahnya seperti di luar negeri/negara asing. Akan tetapi, fenomena ini juga dapat kita jumpai di lingkungan sekitar kita terutama pada masa pandemi COVID-19 ini. Adanya pandemi COVID-19 menjadikan segala kehidupan dunia berubah drastis. Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) diberlakukan sehingga segala sesuatunya harus mengikuti peraturan atau kebiasaan yang diluar kebisaan sebelumnya. Bahkan di beberapa daerah pemerintah setempat menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Hal ini tentunya menimbulkan dampak yang sangat signifikan, terutama pada kebiasaan masyaraka. Penulis melakukan penelitian ini pada warga Graha Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung hal ini merujuk kepada data yang diperoleh dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat bahwa pelanggaran terbanyak dalam masa pemberlakuan Adaptasi Kebiasaan Baru adalah Kabupaten Bandung. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Metode ini memungkinkan peneliti mengkaji interaksi sosial subjek melalui wawancara mendalam. Melalui kajian komunikasi lintas budaya ini akan memberikan pemahaman dan gambaran kepada masyarakat dalam menghadapi permasalahan gegar budaya (culture shock).
FENOMENA MEDIA SOSIAL BIGO LIVE DALAM NEGOSIASI IDENTITAS KOMUNITAS BELOK (LESBIAN) KOTA BANDUNG Suhaeri .
Jurnal TEDC Vol 11 No 2 (2017): Jurnal TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.897 KB)

Abstract

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi telah memberikan kita banyak kemudahan untuk berkomunikasi dengan satu orang maupun banyak orang sekaligus. Sebuah media sosial baru Bigo Live merupakan aplikasi yang dapat melakukan siaran video secara live melalui ponsel dengan jaringan internet dan penyiar dapat berinteraksi secara langsung dengan penontonnya. Media ini dimanfaatkan untuk membuat sebuah negosiasi identitas terutama dikalangan minoritas yang berbeda orientasi seksual dalam hal ini komunitas lesbian (belok) yang ada di kota Bandung. Kajian ini bertujuan untuk melihat dan mempelajari fenomena Bigo Live sebagai media untuk negosiasi identitas kalangan belok di kota Bandung dengan masyarakat heteroseksual . Penggunaan media sosial Bigo Live dikalangan komunitas belok Bandung mempunyai suatu tujuan tersendiri selain mengisi waktu luang, menambah teman, hiburan juga sebagai bentuk eksistensi dan negosiasi identitas mereka. Aktivitas yang mereka lakukan pun juga cukup beragam untuk dapat menarik perhatian sehingga identitas mereka dapat diterima. Bahkan mereka juga dari menggunakan Bigo, mendapatkan sesuatu yang menguntungkan seperti penghasilan, teman serta pasangan. Kendala banned yang mereka hadapi terjadi karena mereka menyuguhkan konten siaran yang bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh Bigo Live.