Ahmad Ahmad
Prodi Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Banten, Banten, Indonesia

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS VII SMPN 2 DESA TAMBAK BAYA KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2017 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 5 No 1 (2018): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.198 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v5i1.48

Abstract

Pada undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009 dikatakan bahwa pemeliharaan kesehatan remaja diarahkan untuk mempersiapkan kaum remaja menjadi orang dewasa sehat serta produktif baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Data Riskesdas 2013 menggambarkan provinsi Banten adalah salah satu provinsi dengan prevalensi remaja usia 13-15 tahun sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional. Hasil penelitian Indah dkk diketahui bahwa; hasil pengukuran IMT/U 11,3% anak sekolah dasar tergolong sangat kurus dan kurus sebesar 6,5%. Hasil penelitian oleh Suhartini di SMPN2 Tambak Baya, diketahui bahwa 63% siswi status gizinya kurang dari normal. Penjajakan awal siswi kelas VII di SMPN 2 Tambak Baya ada 111 orang, namun kondisi status gizi remaja belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi bagi remaja putri serta faktor-faktor yang berpengaruh. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain “crossectional” Populasi penelitian adalah siswi kelas VII SMPN Cibadak Kabupaten lebak . Dari 111 orang yang berhasil di data 92 orang, sampel penelitian sama dengan populasi. Tehnik pengambilan sampel secara purporsiv..Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai November 2017. Hasil penelitian menunjukkan masih ditemukan status gizi remaja putri < normal 29,3%, pendidikan ibu < SLTP 82,6%, Pekerjaan Ayah sebagian besar non PNS 98,9%. Pendapatan < UMR sebanyak 88%, Pola makan siswi < 3 kali dalam sehari 55,4%. Pengetahuan siswi kurang tentang gizi remaja sebanyak (90,2%). Ada hubungan bermakna antara pendapatan dengan status gizi 0,694 artinya pendapatan orang tua dapat mencegah status gizi < normal. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keadaan gizi remaja putri OR 1,5 artinya siswi dengan pengetahuan kurang tentang gizi remaja berisiko 1,5 kali lipat mengalami gizi kurang Kepada pihak sekolah disarankan dapat menyampaikan informasi formal melalui mata pelajaran terkait disekolah, mendatangkan nara sumber, serta menyebarluaskan informasi gizi bagi remaja putri melalui buku saku, brosur, leaflet , poster. Kepada puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan gizi remaja, menyebarluaskan informasi tentang status gizi remaja putri melalui poster, brosur, leaflet, dan melakukan kegiatan rutin penjaringan kesehatan terhadap remaja putri, melalui pengukuran BB,TB berkala, dan bila memungkinkan memberikan Makanan Tambahan dan TabletTambah Darah bekerjasama dengan komite sekolah, Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat
PENGARUH METODA KONSELING TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG OBESITAS DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI I RANGKASBITUNG TAHUN 2016 Ahmad Ahmad; Kadar Kuswandi
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 4 No 1 (2017): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.658 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v4i1.68

Abstract

Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan lemak di dalam tubuh yang berlebihan. Pada tahun 2013, di Indonesia prevalensi obesitas penduduk usia lebih dari 18 tahun mencapai 15,4%.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh metoda konseling teman sebaya terhadap pengetahuan remaja tentang obesitas di Sekolah Menengah Kejuruan I Rangkasbitung Tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi ekperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan I Rangkasbitung kelas XI. Sampel diambil dari kelas yang berbeda. Satu kelas diberikan promosi kesehatan dengan metoda ceramah yang dilakukan oleh peneliti (kelompok control) dan satu kelas lagi diberikan promosi kesehatan dengan metoda konseling teman sebaya yang dilakukan oleh siswa yang telah diberikan pelatihan tentang konseling teman sebaya mengenai obesitas (kelompok perlakuan). Pengumpulan data dilakukan dua kali yaitu sebelum diberikan promosi kesehatan dengan metoda ceramah dan setelah diberikan ceramah pada kelompok control serta sebelum dilakukan promosi kesehatan dengan metoda konseling teman sebaya dan setelah pemberian konseling sebaya pada kelompok perlakuan Analisis data menggunakan perangkat computer dengan uji T dependen pada masing-masing kelompok dan uji T independen pada kelompok kasus dan kelompok control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata pengetahuan siswa tentang obesitas pada kelompok Kontrol untuk pengukuran pertama adalah 5,755 dengan standar deviasi 1,04, dan pengukuran kedua rata-rata pengetahuan 6.475 dengan standar deviasi 1.21. Hasil uji statistik ada perbedaan yang signifikan rata – rata pengetahuan siswa pada pengukuran pertama dan kedua Sementara itu, rata – rata pengetahuan siswa tentang obesitas pada kelompok perlakuan, pengukuran pertama adalah 5,500 dengan standar deviasi 0.88. dan pengukuran kedua rata-rata pengetahuan 6.427 dengan standar deviasi 1.10. Hasil uji statistik menunjukan ada perbedaan yang signifikan rata –rata pengetahuan siswa pada pengukuran pertama dan kedua. Hasil analisis lebih lanjut,menunjukan rata – rata pengetahuan siswa tentang obesitas pada kelompok perlakuan adalah 5,500 dengan standar deviasi 0.88, dan pada kelompok kontrol rata-rata pengetahuan 5.755 dengan standar deviasi 1.04. Hasil uji stantistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan rata – rata pengetahuan siswa pada kelompok perlakuanj / teman sebaya dengan kelompok kontrol. Perlunya tenaga kesehatan atau pendidik mengembangkan konseling teman sebaya sebagai pilihan metoda dalam memberikan penyuluhan kesehatan
HUBUNGAN KARATERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG IMMUNISASI TT 2 + DI DESA PASARKEONG KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2015 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 3 No 2 (2016): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.724 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v3i2.101

Abstract

Tetanus di 28 hari pertama kehidupan (Tetanus Neonatorum) telah lama diakui sebagai penyebab utama kematian neonatal. Upaya pencegahannya adalah melaui immunisasi TT. Data Dinkes Lebak 2013 Cakupan TT 2+ di puskesmas Cibadak baru mencapai 66,5%, cakupan ini lebih rendah dari target yang ingin dicapai yaitu 80%. Pada tahun 2013 di puskesmas Cibadak masih ditemukan 1 kasus TN berasal dari desa Pasir keong. Hasil penelitian terdahulu Mislianti dkk (2012) menyatakan bahwa, responden dengan pengetahuan rendah mempunyai resiko 2,497 kali lebih besar tidak melakukan imunisasi TT jika dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan tinggi. Dari data inilah penulis tertarik untuk melihat apakah ada hubungan antara karatestik ibu dengan pengetahuan tentang immunisasi TT 2+. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain Cross sectional. populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terdata di desa pasar keong wilayah kerja puskesmas Cibadak berjumlah 67 orang. Sampel penelitian setelah dipilih dengan menggunakan kriteria insklusi dan ekslusi didapatkan sampel berjumlah 55 orang responden, tehnik sampling menggunakan Acidental sampling. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan sejak pertengahan Mei s/d Juli 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil berpengetahuan kurang (67,3%), sebagian besar ibu berusia ≤30 tahun (85%), berpendidikan≤ SLTP kebawah (61,8%) sebagian besar ibu tidak bekerja (83,6%), paritas ≤1 (63,6%), Ibu yang tidak/belun mendapatkan TT 2 + (63,6%). Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan tentang immunisasi TT (OR 9,4), ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan tentang immunisasi TT 2 + (OR 6), ada hubungan keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu tentang immunisasi TT 2+ (OR 12,6%), Tidak ada hubungan antara usia, paritas, status immunisai TT 2 + ibu hamil Dari hasil analisis hubungan karateristik ibu dengan pengetahuan tentang immunisai TT 2+ disimpulkan ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang TT 2+. Disarankan agar dalam memberikan informasi tentang immunisasi TT 2 + kepada Ibu hamil agar memperhatikan karateristik ibu meliputi; pendidikan, pekerjaan ibu dan media penyampaian informasi dalam upaya mempromosikan pentingnya immunisasi TT 2+ pada ibu hamil. Koordinasi lintas program terkait immunisasi TT 2+ di berbagai level perlu ditingkatkan.
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN (HDK) DI DESA BOJONGLELES PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2015 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 2 (2015): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.133 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i2.117

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu. Hipertensi Dalam Kehamilan/ Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan. Di desa Bojongleles tahun 2014 kejadian Hipertensi pada ibu hamil ditemukan sebanyak 7 % lebih tinggi dari prediksi . Kejadian hipertensi pada kehamilan dimungkinkan terjadi karna kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang penyakit hipertensi pada kehamilan. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain crossectional populasi penelitianini adalah seluruh ibu hamil yang terdata di desa Bojongleles wilayah kerja puskesmas Mandala berjumlah 60 orang. Sampel penelitian setelah seleksi dengan menggunakan kriteria insklusi danekslusi didapatkan sampel berjumlah 40 orang responden, tehnik sampling menggunakan Acidental sampling. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan sejak pertengahan Mei s/d Juli 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil berpengetahuan kurang (65%), sebagian besar ibu berusia ≤20>35 tahun (67,5%), berpendidikan ≤ SLTP kebawah (57,5%) sebagian besar ibu tidak bekerja (60 %), Ibu hamil Risti (42,5%), ANC ≤2 kali (52,5%), Riwayat Hipertensi. (25%), Tidak terpapar informasi (55%) . Ada hubungan antara usia ibu dengan pengetahuan (OR 19), ada hubungan antara antara pendidikan ibu dengan pengetahuan (OR,25), ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan tentang HDK (OR,33), ada hubungan antara riwayat ANC dengan pengetahuan tentang HDK. ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan HDK (OR 54%), Tidak ada hubungan antara Gravida, Riwayat hipertensi dengan pengetahuan ibu hamil tentang HDK Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian terdapat hubungan antara usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu , riwayat ANC, keterpaparan informasi dengan pengetahuan tentang HDK, sedangkan gravida dan riwayat hipertensi tidak berhubungan. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pengetahuan Ibu hamil tentang HDK perlu menyermati faktor-faktor tersebut.Untuk puskesmas dan Bidan desa di wilayah kerja puskesmas diharapkan dapat menyampaikan informasi tentang HDK di wilayah kerjanya melalui berbagai media baik secara formal maupun non formal, baik media elektronik maupun non elektronik.
HUBUNGAN KUALITAS ANTE NATAL CARE DENGAN PRAKTIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS DI RUANG WIJAYAKUSUMA RSUD SERANG TAHUN 2012 Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 1 (2014): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.706 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i1.126

Abstract

Praktek menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif saja, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar yang baik khususnya bagi ibu yang pertama kali melahirkan karena biasanya ibu melahirkan anak pertama tidak memiliki ketrampilan menyusui yang benar. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan “manusia baru” ini agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik bagi bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan Kualitas Ante natal care dengan praktik menyusui yang benar di Ruang Wijayakusuma RSUD Serang tahun 2012. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu nifas yang dirawat di ruang Wijayakusuma RSUD Serang, dengan jumlah sampel sebanyak 177 ibu nifas diambil dengan cara asidental sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya ( 55,9 % ) responden kurang baik dalam melakukan praktik menyusui. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas ANC saat hamil, paritas ibu serta pengetahuan ibu tentang menyusui berhubungan dengan praktik menyusui yang benar. Sementara itu pendidikan ibu tidak berhubungan dengan praktik menyusui yang benar.Kualitas ante natal care dan paritas berhubungan dengan praktik menyusui yang benar. Ibu nifas dengan kualitas ante natal care yang kurang baik, memiliki peluang 5,389 kali untuk melakukan praktik menyusui yang kurang baik dibandingkan ibu nifas dengan kualitas ante natal care yang baik Perlunya petugas kesehatan untuk selalu memberikan penyuluhan tentang praktik menyusui yang benar pada setiap ibu hamil yang melakukan layanan ante natal maupun upaya promosi lainya seperti leaflet atau brosur yang dapat dipelajari ibu hamil.
STATUS GIZI BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-2 TAHUN Nurul Misbah; Ahmad Ahmad; Darti Rumiatun
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 2 (2014): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.035 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i2.133

Abstract

Prevalensi anak usia 1-2 tahun gizi kurang atau anak usia 1-2 tahun kurus masih tinggi. Keadaan gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, khusus pada perkembangan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi otak. Di Indonesia diperkirakan sekitar 30,8 % anak berumur 0-13 tahun mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami fenomena antara status gizi, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, ekonomi dan pola asuh dengan Perkembangan Anak usia 1-2 tahun di Puskesmas kecamatan Warungunung Kabupaten Lebak tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 100 responden dan cara pengambilan sampel dengan accidental sampling. Analisis data dengan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun, sementara variabel jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status sosial ekonomi dan pola asuh tidak berhubungan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa yang diduga berhubungan dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun, ternyata hanya variabel status gizi yang secara signifikan berhubungan dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun. Saran bagi Petugas kesehatan hendaknya melakukan pemantauan perkembangan anak sesuai dengan program Puskesmas secara rutin khususnya pada anak usia keemasan (golden age). Sekaligus memberikan penjelasan pada ibu yang memiliki anak usia keemasan tersebut tentang manfaat dan pentingnya gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
ANALISIS EPIDEMIOLOGIA PENYAKIT DEMEM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN LEBAK 2011 – 2013 Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.805 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.142

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderitanya semakin meningkat dan wilayah terjangkitnya semakin meluas. Sejak Kasus demam berdarah dengue, pertama kali ditemukan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, sampai saat ini penyakit DBD di Indonesia belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Jumlah korban dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meluasnya daerah terjangkit yang hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Keadaan yang sama juga terjadi di wilayah Propinsi Banten , termasuk di kabupaten Lebak data DBD pada tahun 2013 berjumlah 249 kasus kasus dan 5 kematian. Secara epidemiologis faktor risiko yang menjadi penyebab kejadian dimaksud sampai saat ini belum teranalisis secara baik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologis penyakit demam berdarah dengue di Kabupaten Lebak tahun 2011 – 2013.Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crossectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder tentang kejadian penyakit demam berdarah dengue yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak selama tahun 2011 – 2013. Hasil penelitian menunjukkan Kasus penyakit demam berdarah selama tahun 2011 – 2013 di Kabupaten Lebak sebanyak 648 kasus. Proporsi kejadian penyakit demam berdarah di Kabupaten Lebak tahun 2011 – 2013 relatif sama antara laki – laki dengan perempuan masing – masing 49.1 % dan 50,9 % , dengan usia terendah berusia 1 tahun dan tertinggi berusia 84 tahun. Penyakit demam berdarah rata – rata menyerang usia produktif setiap tahunnya dengan rentang usia antara 21 sampai 26 tahun. Penderita demam berdarah, sebagian besar (60 %) tinggal di daerah perkotaan, sementara sebagaian kecil lainnya tinggal di pedesaan. Penyakit ini sebagian besar menyerang penduduk di tiga kecamatan, sementara sebagian kecil lainnya tersebar di 25 kecamatan lainnya di Kabupaten Lebak.Penyakit demam berdarah di beberapa tempat di Kabupaten Lebak sudah termasuk penyakit endemic, karena penyakit ini selalu ditemukan setiap bulannya.Penyakit ini cenderung meningkat pada bulan Desember sampai dengan Pebruari setiap tahunnya. Rata – rata kematian akibat penyakit demam berdarah di Kabupaten Lebak dalam tiga tahun terakhir sebanyak 2 %, yang berarti setiap 100 penderita demam berdarah akan terjadi kematian 2 orang. Perlunya petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah kepada masyarakat khususnya di wilayah perkotaan Kabupaten Lebak mengingat penyakit ini sebagian besar diderita oleh masyarakat perkotaan Kabupaten Lebak. Selain itu, Keluarga dapat mengenali penyakit demam berdarah lebih dini, sehingga penangan penyakit ini semakin baik dan tingkat kematian akibat penyakit demam berdarah dapat ditekan.
UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN DAUN KATUK TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PYOGENES SECARA INVITRO Ahmad Ahmad; Hanny Siti Nuraeni
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.695 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.144

Abstract

Penggunaan tanaman obat didasarkan pada kepercayaan dan pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi yang bersifat pengetahuan tradisional. Daun katuk (Sauropus androgunus) merupakan salah satu tanaman obat yang bersifat sebagai antikuman dan antiprotozoa karena mengandung zat aktif diantaranya flavonoid dan tanin. Telah dilakukan penelitian mengenai daya hambat air perasan daun katuk (Sauropus androgunus) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes dengan variasi konsentrasi dan waktu kontak tertentu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa konsentrasi terendah air perasan daun katuk dalam menghambat Streptococcus pyogenes. Metode dalam penelitian ini adalah dilusi, yaitu variasi konsentrasi air perasan daun katuk sebanyak 5 mL dikontakkan dengan strain murni Streptococcus pyogenes sebanyak 0,1 mL dengan kerapatan 1,5x108/mL dengan variasi waktu kontak yang berbeda kemudian digores pada media Agar Darah (AD). Pengamatan dilakukan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes pada media AD. Uji penelitian menggunakan air perasan daun katuk dengan variasi konsentrasi 25%,50%, 75%, dan 100% dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit. Hasil Uji Penelitian pada air perasan daun katuk adalah hasilnya tidak dapat menghambat bakteri Streptococcus pyogenes pada konsentrasi 25%,50%, 75%, dan 100% dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit. Berdasarkan hal tersebut, maka uji penelitian menggunakan air perasan daun katuk dengan variasi konsentrasi 25%,50%, 75%, dan 100% dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit. Kesimpulan penelitian ini adah air perasan daun katuk tidak menghambat Streptococcus pyogenes.
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES BANTEN SEMESTER I YANG MASUK MELALUI JALUR PMDP TAHUN 2012 – 2014 Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 3 No 1 (2016): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.497 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v3i1.151

Abstract

Prestasi belajar merupakan salah satu indicator daya serap dan kecerdasan mahasiswa, yang dapat digunakan untuk menyusun dan menetapkan langkah-langkah kebijkan baik yang menyangkut mahasiswa, proses pendidikan maupun institusi pendidikan yang mengelola program pendidikan tersebut. Indikator yang menjadi tolok ukur prestasi belajar mahasiswa adalah perolehan prestasi.. Berdasarkan pengamatan penulis, dalam dua tahun terakhir ini, masih sering terungkap mahasiswa yang mengalami permasalahan yang berkaitan dengan prestasi belajar yang dibuktikan dengan perolehan prestasi yang masih rendah, masih adanya mahasiswa yang sering kali harus mengulang saat ujian akhir semester. Permasalahan tersebut terjadi juga pada mahasiswa yang masuk melalui jalur PMDP, padahal mahasiswa tersebut pada saat proses masuk, sudah menunjukan nilai prestasi belajar yang tinggi di sekolah asalnya. Penelitian ini dilakukan guna memperoleh informasi factor yang berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banten semester I yang masuk melalui jalur PMDP tahun 2012 – 2014 Penelitian ini mengunakaan desain crosesctional study, dengan jumlah sampel sebanyak 60 mahasiswa yang masuk melalui jalur PMDP tahun 2012 – 2014. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari bagian kemahasiswaan Poltekkes Kemenkes Banten bagian adak masing-masing jurusan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mahasiswa semester I yang masuk melalui jalur PMDP memiliki prestasi belajar yang baik (70%), sementara sebagian kecil lainnya memperoleh prestasi belajar kurang baik (30%) Sebagian besar mahasiswa semester I yang masuk melalui jalur PMDP berasal dari sekolah negeri (76,7 %) , Hampir seluruhnya mahasiswa semester I yang masuk melalui jalur PMDP berasal dari jenis sekolah SMA (93,4%) Sebagian besar mahasiswa semester I yang masuk melalui jalur PMDP berjenis kelamin perempuan (85%) Tidak ada hubungan antara asal sekolah, jenis sekolah dan jenis kelamin dengan perolehan prestasi belajar mahasiswa semester satu. Perlunya melakukan telaahan lebih lanjut pada mahasiswa yang memperoleh IP semester I dibawah 3,00 terhadap perolehan nilai pada waktu belajar di SMA serta lembaga sekolah SMA asal mahasiswa tersebut
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGETAHUAN KADER TENTANG DETEKSI DINI RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKULUR TAHUN 2018 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 6 No 1 (2019): Mei
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.675 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v6i1.167

Abstract

SDGs, mentargetkan menurunkan Angka Kematian Ibu hingga dibawah 70 per 100.000 KH dan menurunkan Angka Kematian Neonatal menjadi 12 per 1000 KH..Data dari Dinas kesehatan Kabupaten Lebak diketahui bahwa jumlah kematian ibu tahun 2015 berjumlah 43 orang dan tahun 2016 38 orang dan tahun 2017 s/d Okober berjumlah 30 orang. Data Puskesmas Cikulur menunjukan terjadi peningkatan jumlah kematian ibu sejak tahun 2015 tidak ada kematian 2016 ada 1 (satu) kematian dan pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 2 (dua) kasus kematian Ibu. Dari data belum diketahui pengetahuan kader tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pegetahuan kader tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan di Puskesmas kecamatan cikulur kabupaten lebak Metodelogi penelitian ini menggnakan desain “croos sectional” populasi penelitian adalah Kader kesehatan di kecamatan cikulur dan jumlah sampel sebanyak 120 orang kader kesehatan di wilayah kerja puskesmas Cikulur. Tehnik pengambilan sampel dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sampel, didapatkan sampel 120 orang di 34 posyandu. Masing-masing posyandu didata 3-4 orang kader. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan November 2018 Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Masih ditemukan (28,3%) Kader yang memiliki pengetahuan kurang tentang deteksi dini resiko tinggi kehamilan, (75,8%) Kader pendidikan terakhir ≤ SLTP., (70,8%) Kader belum pernah mengikuti pelatihan terkait Deteksi Risiko Tinggi kehamilan., Masih terdapat (15,8%) Kader yang lama menjadi kader nya ≤ 1 Tahun. Sebagian besar (84,2%) Kader menyatakan tidak memiliki pedoman deteksi dini resiko tinggi kehamilan, Hasil analis lanjut diketahui bahwa, Pengetahuan kader kurang tentang deteksi dini resiko tinggi kehamilan proporsinya lebih tinggi pada kelompok pendidikan kader ≤ SLTP (31,9%) , belum pernah mengikuti pelatihan kader (21,2%). kelompok <1 tahun menjadi kader (42,1%), kelompok tersedianya pedoman (42,1 %), dan Kader memperoleh sumber informasi informal (33,3%),namun hasil analisis lanjut dari beberapa variabel dinyatakan tidak menunjukkan hubungan yang antara pendidikan, pelatihan, lama menjadi kader, ketersediaan pedoman dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan P.value > dari 0.05. Mengingat masih ditemukan kader yang berpengetahuan kurang dan belum terlatih, serta tidak memiliki petoman untu melakukan deteksi risiko tinggi kehamilan, maka disarankan kepada puskesmas untuk meningkatkan pelatihan, menyediakan pedoman, serta membuat brosur,leaflet, dan buku saku deteksi dini risiko tinggi kehamilan, mengembangkan model surveilans KIA berkoordinasi dengan dinas kesehatan maupun dosen pada kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat berikutnya