Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining hipoteroid kongenital (SHK) dari tahun 2000 sampai 2014 beberapa lokasi terpilih di indonesia ditemukan kasus positif dengan proporsi sebesar 0,4 per 1000 bayi baru lahir. Jika angka kelahiran sebanyak 5 juta bayi/tahun, dengan kejadian 1:3000 kelahiran, maka terdapat lebih dari 1600 bayi dengan hipotiroid kongenital per tahun yang akan terakumulasi tiap tahunnya. Tujuan Penelitian mengekplorasikan, mendeskripsikan, menginterprestasikan, dan mengevaluasi Pelaksanaan Skrining Hipoteroid Kongenital Pada Bayi Baru Lahir Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Solok Tahun 2020. Jenis penelitian mixed methods dengan desain sequential explanatoy. Desain kuantitafif dengan Cross Sectional dan kualitatif dengan indepth interview. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai September 2020. Hasil analisis menunjukan komponen Kualitatif bahwa tenaga kesehatan masih merasa takut untuk melakukan SHK pada bayi baru lahir dengan alasan belum mengikuti pelatihan. Komponen proses semua sudah sesuai Permenkes 78 tahun 2014, walaupun masih ada belum maksimal sehingga berdampak dalam pencapaian target pada program SHK. Dari hasil analisis Kuantiatif didapatkan bahawa tidak adanya hubungan antara Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan terhadap Pelaksanaan SHK. Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa program SHK di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan belum tercapai secara maksimal. Dan perlu peningkatan untuk memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan dan sosialisasi kepada masyarakat agar SHK berjalan dengan maksimal