Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

The effect of ant-plant (Hydnophytum formicarum) ethanol extract on collagen fibers for wound healing after tooth extraction in the guinea pig (Cavia cobaya) Siti Velanita; Efa Ismardianita; Andries Pascawinata
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 31, No 3 (2019): November 2019
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjd.vol31no3.19328

Abstract

Introduction: Tooth extraction causes tissue damage around the socket. Wound healing is essential for repairing damaged tissues. One of the medicinal plants often used is ant-plant (Hydnophytum formicarum), which contains flavonoids, triterpenoids, saponins and tannins. This research was aimed to determine the effect of ant-plant ethanol extract on the density of collagen fibers for wound healing after tooth extraction in the guinea pig (Cavia cobaya). Methods: The type of research was true experimental with a post-test only control group design. The study used 48 male guinea pig divided into 4 groups. Experimental groups received lower left incisor extraction, the control group was orally administered with 0.5% CMC, and the treatment group was administered with ant-plant extract dissolved with 0.5% CMC with dose of 4.65 mg, 6.2 mg, and 9.3 mg respectively; each guinea pig was given 3 cc of the extract 3 times a day until the termination day. On day 3, 7, 14, and 21 respectively, the guinea pigs were terminated and to make the histological preparations. The difference in collagen fibers density of the two observation groups was tested with one-way ANOVA, and the LSD test to analyse the significance between groups. Results: Application of ant-nest ethanol extract showed significant effects on the density of collagen fibers in the wound healing process after tooth extraction. Results of the one-way ANOVA test showed significant value on all treatment groups (p < 0.05). There were also found significant differences between the control group and the treatment group (p < 0.05). Conclusion: Ant-plant (Hydnophytum formicarum) ethanol extract increase the collagen fibers density on the wound healing after tooth extraction with the effective dose of 4.65 mg.Keywords: Ant-plant, Hydnophytum formicarum, wound healing, collagen, guinea pig, Cavia cobaya.
PENGARUH KECEPATAN DAN LAMA WAKTU SENTRIFUGASI DARAH TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT PADA PROSES PEMBUATANPLATELET RICH FIBRIN Andries Pascawinata; Andriansyah Andriansyah; Refo Bismanevi
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 8, Nomor 3, Desember 2021
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/jbd.v8i3.604

Abstract

Introduction: One of the most developed tissue engineering techniques to improve and spur the wound healing process in damage of soft and hard tissues of the oral cavity is the application of Platelet-Rich Fibrin (PRF). PRF contains many growth factors. Many studies have shown differences in the PRF preparation process especially in the variable speed and centrifugation time resulting in varied clinical trial results. Purpose: This study aims to find the effects of speed and time of centrifugation on the number of thrombocytes. Methods: In this experimental laboratory study, the samples were rat blood that was put into a vacuum tube centrifuged at different speeds and times. The sampling comprises 25 rat blood samples for the variable of the centrifugation speed and 25 rat blood samples for the centrifugation time, after which the number of histologically-formed thrombo-cytes was calculated. One-way ANOVA test was used for data analysis. Results: One-way ANOVA parametric test-assisted statistical analysis in the centrifugation speed group obtained a sig value of 0.000 <0.05, suggesting that the centrifugation speed was significantly affected the number of thrombocytes. One-way ANOVA test in the centrifugation time group obtained a sig value of 0.000 <0.05, indicating that all tested groups significantly affected the number of thrombocytes. Conclusion: Speed and time of blood centrifugation affect the number of thrombocytes in the process of Platelet-Rich Fibrin preparation
EFEKTIFITAS EKSTRAK ETANOL UMBI SARANG SEMUT (Hydnophytum formicarum) DALAM PEMBENTUKAN ZONA HAMBAT TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas sp SECARA IN VITRO Sarah Putri Utami; Efa Ismardianita; Andries Pascawinata
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 4, Nomor 1, June 2017
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.213 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.90

Abstract

Porphyromonas sp adalah bakteri Gram-negatif anaerob yang banyak ditemui di membran mukosa dan sering menyebabkan infeksi piogenik seperti infeksi mulut, gigi, saluran akar dan gingiva bila bereaksi bersamaan dengan beberapa bakteri. Pengobatan dengan obat-obatan herbal merupakan salah satu alternatif untuk mengganti obat-obatan dengan bahan dasar kimia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol umbi sarang semut (Hydnophytum formicarum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas sp, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group design, penelitian dilakukan pada bulan April 2017, besar sampel yang digunakan adalah 40 sampel dengan 8 konsentrasi yang terdiri dari 2 kelompok perlakuan dengan pengulangan sebanyak 4 kali. Penelitian ini menggunakan 8 konsentrasi dosis konsentrasi ekstrak 0.78%, 1.56%, 3.12%, 6.25%, 12.5%, 25%, 50% dan 100% serta kontrol negatif (aquades steril) dan kontrol positif (Metronidazole) dengan menggunakan uji one way anova. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol umbi sarang semut (Hydnophytum formicarum) efektif terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas sp dengan ekstrak etanol umbi sarang semut (Hydnophytum formicarum) yang paling efektif terhadap zona hambat adalah pada ekstrak 6,25%.
PENATALAKSANAAN GRANULOMA PYOGENIKUM PADA BIBIR BAWAH Andries Pascawinata
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 3, Nomor 1, Juni 2016
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.133 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.33

Abstract

Granuloma pyogenikum merupakan lesi mukokutaneus non-neoplastik yang muncul akibat respon terhadap iritasi kronis, traumatik injuri dan faktor hormonal. Granuloma pyogenikum dapat terjadi pada berbagai umur. Lesi ini umumnya terjadi pada gingiva namun juga dapat terjadi pada bibir, lidah dan mukosa mulut. Tujuan ; melaporkan penatalaksanaan kasus granuloma pyogenikum yang terjadi pada bibir bawah. Laporan kasus sebagai berikut Seorang wanita datang dengan keluhan utama terdapat benjolan pada bibir bawah yang terjadi sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan tersebut tumbuh perlahan hingga mencapai ukuran sekarang, benjolan terasa mengganggu. Pasien memiliki riwayat tergigitnya bibir bawah. Pemeriksaan klinis memperlihatkan sebuah benjolan tidak bertangkai, eritema, dan berukuran 1,5 cm. Penatalaksanaan yang dilakukan dengan eksisi lengkap dari lesi. Diagnosis defenitif diperoleh dari hasil pemeriksaan histopatologi. Hasil biopsi menunujukkan jika lesi adalah granuloma pyogenikum. Tidak terlihat rekurensi setelah 2 minggu perawatan. Kesimpulan ; Granuloma pyogenikum pada bibir bawah seorang pasien telah berhasil dilakukan perawatan dengan eksisi lengkap pada lesi.
GAMBARAN KARAKTERISTIK SCAFFOLD HIDROKSIAPATIT GIGI MANUSIA DENGAN METODE PLANETARY BALL MILL MENGGUNAKAN UJI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) Naim Bariyah; Andries Pascawinata; Firdaus Firdaus
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 3, Nomor 2, Desember 2016
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.461 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.69

Abstract

Latar belakang: Kerusakan tulang alveolar dapat menimbulkan berbagai defek. Salah satu cara untuk merekonstruksi defek tersebut adalah dengan teknik bone grafting. Hal ini membutuhkan bahan regenerasi seperti bonegraft. Berbagai jenis bahan bonegraft telah digunakan untuk meregenerasi kerusakan tulang akibat penyakit periodontal. Penelitian ini menggunakan gigi manusia karena bahan ini memiliki kesamaan struktur dengan tulang, dan selain itu gigi yang telah diekstraksi seringkali dibuang karena dianggap sebagai limbah klinis. Tujuan: Mengetahui hasil gambaran karakteristik scaffold hidroksiapatit dari gigi manusia dengan metode planetary ball mill menggunakan uji scanning electron microscope (SEM). Bahan dan Metode: Gigi yang telah diekstraksi dan telah dibuang mahkotanya kemudian direbus, dihancurkan menggunakan palu, di timbang menggunakan neraca, kalsinasi dengan suhu 600℃, 900℃ dan 1200℃ setelah itu di haluskan menggunakan alat ball mill kemudian dilakukan uji SEM. Hasil: Terdapat porus pada masing-masing sampel dengan diameter ± 1,08-2,18 µm dengan suhu 600℃, ± 1,24-1,53 µm dengan suhu 900℃ dan ± 1,34-2,65 µm dengan suhu 1200℃. Simpulan: Dari hasil pengujian SEM pada suhu 1200℃ diameter porusnya lebih besar dibandingkan sampel lainnya dan pada pengujian ini berhasil didapatkannya scaffold dengan sifat porus menggunakan metode planetary ball mill.
PENATALAKSANAAN FISTULA ORONASAL MENGGUNAKAN TEKNIK PEDICLE ROTATIONAL FLAP DAN AUTOGRAFT DARI SIMPHISIS MANDIBULA Andries Pascawinata; Masykur Rahmat
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 5, Nomor 2, Desember 2018
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.16 KB) | DOI: 10.33854/jbd.v5i2.158

Abstract

Pendahuluan : celah alveolar (gnatoschisis) merupakan salah satu molformasi kongenital yang terjadi pada struktur mulut dan wajah. Banyak permasalahan dapat terjadi bila penyakit ini tidak dilakukan perawatan seperti ketidakstabilan struktur tulang maksila, dukungan skletal yang kurang pada dasar hidung, fistula oronasal yang berulang, dukungan periodontal yang kurang sehingga terjadi retensi makanan dan diastema antara gigi dan region celah atau insisivus yang tidak erupsi. Tujuan: Melaporkan sebuah kasus penatalaksanaan fistula oronasal. Kasus dan penatalaksanaan : Seorang wanita berusia 43 tahun mengeluhkan celah pada gusinya yang berlokasi antara insisivus sentral dan insisivus lateral maksila kiri. Celah tersebut membuat makanan selalu masuk pada rongga hidung. Pasien pernah dilakukan operasi sebelumnya untuk penutupan celah bibir dan langit-langit. Pemeriksaan intra oral menunjukkan terdapat sebuah fistula oronasal pada bagian vestibulum pada regio 21 dan 22. Penatalaksanaan dari kasus ini adalah penutupan oronasal fistula pada vestibulum menggunakan teknik pedicle rotational flap dan autograft dari tulang simphisis mandibula. bedahan. Simpulan : Hasil perawatan menunjukkan penyembuhan dan tidak terdapatnya keluhan setelah perawatan. Pemeriksaan radigrafi menunjukkan terjadinya penyatuan antara tulang dan bonegraft pada darah alveolar regio 21 dan 22.
KARAKTERISTIK SCAFFOLD HIDROKSIAPATIT DARI GIGI MANUSIA MENGGUNAKAN UJI X-RAY DIFFRACTION (XRD) Wenny Rosalina; Andries Pascawinata; Masra Roesnoer
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 4, Nomor 2, Desember 2017
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.62 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.105

Abstract

Latar belakang: Resorpsi tulang alveolar diakibatkan oleh berbagai kasus, antara lain pencabutan gigi, trauma atau kecelakaan lalu lintas, kanker, tumor tulang, dan penyakit degeneratif yang semakin meningkat sehingga tulang alveolar tidak adekuat bagi penempatan dental implan. Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam rongga mulut yang sering menjadi limbah setelah pencabutan. Gigi memiliki kandungan hidroksiapatit sekitar 60% yang hampir sama dengan tulang sehingga gigi dapat dimanfaatkan sebagai bahan scaffold hidroksiapatit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik scaffold hidroksiapatit dari gigi manusia dengan metode planetary ball mill dengan uji x-ray diffraction (XRD). Bahan dan metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan gigi yang telah diekstraksi dan dibuang bagian mahkota kemudian dilakukan perebusan, dihancurkan manual menggunakan palu, ditimbang menggunakan neraca, dan dikalsinasi pada suhu 600°C, 900°C, dan 1200°C, setelah itu dihaluskan dengan planetary ball mill dan dilakukan uji XRD. Hasil: Terdapat pola difraksi XRD yang berbeda pada setiap sampel, kandungan hidroksiapatit dengan komposisi berbeda pada setiap sampel, dan ukuran kristal yang berbeda yaitu 30.771797 nm pada suhu 600°C, 42.401917 nm pada suhu 900°C, dan 46.175893 nm pada suhu 1200°C. Simpulan: Dari hasil pegujian XRD didapatkan scaffold dengan tingkat kristalinitas berbeda menggunakan metode planetary ball mill.