Claim Missing Document
Check
Articles

Pengembangan Aplikasi Web Monitoring Klimatologi Berbasis CMS Andy S, Arief; Suhartanto, Ery; Prasetya, Budi
Proceedings Konferensi Nasional Sistem dan Informatika (KNS&I) 2015
Publisher : Proceedings Konferensi Nasional Sistem dan Informatika (KNS&I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.892 KB)

Abstract

Infomasi prakiraan cuaca merupakan informasi yang penting bagi masyarakat khususnya masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada iklim seperti bidang pertanian dan perikanan. Kurangnya informasi iklim mengurangi kinerja dan produktifitas kegiatan masyarakat. Karenannya perlu diseminasi informasi oleh Stasiun Klimatologi Kelas II Karangploso Malang sebagai penyedia informasi iklim Jawa Timur berbasis web secara update. Metode pengembangan yang dilakukan adalah adalah wawancara & observasi, penentuan perlengkapan (tools) pengembangan aplikasi, analisis kebutuhan sistem, analisis dan perancangan kebutuhan perangkat lunak dan implementasi dan pengujian. Pengembangan web menggunakan content management system (CMS) yang dapat digunakan untuk melakukan proses managemen, distribusi, publikasi. Pengembangan aplikasi telah berhasil memenuhi requirements yang diharapkan oleh pihak Staklim Karangploso, berbekal dengan analisis kebutuhan, perancangan diagram, implementasi, dan pengujian.
EVALUASI DAN RASIONALISASI KERAPATAN JARINGAN POS HUJAN DAN POS DUGA AIR DENGAN METODE STEPWISE DI SUB DAS LESTI Kurniawati, Tri; Suhartanto, Ery; Harisuseno, Donny
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1021.04 KB)

Abstract

ABSTRAK Kuantitas dan kualitas data hidrologi yang akurat tidak terlepas dari pentingnya jaringan pos hidrologi yaitu pos hujan dan pos duga air. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi dan merasionalisasi kerapatan jaringan pos hujan dan pos duga air di Sub DAS Lesti menggunakan metode stepwise. Evaluasi kerapatan jaringan pos hujan dan pos duga air eksisting menggunakan standar WMO (World Meteorological Organization). Sedangkan analisa hubungan kerapatan jaringan pos hujan dan pos duga air menggunakan metode stepwise dan mendapatkan rekomendasi pos hujan dilihat dari nilai koefisien korelasinya. Rekomendasi pos hujan yang rasional dilihat dari 2 aspek yaitu uji statistika dan luas daerah pengaruh dari masing-masing pos hujan. Hasil evaluasi kerapatan jaringan pos hujan dan pos duga air dengan standar WMO, sudah rasional untuk pos duga air. Sedangkan untuk pos hujan walaupun terdapat 6 pos hujan dan telah memiliki kerapatan jaringan yang bagus namun hal tersebut belum rasional karena penyebarannya belum cukup merata jika dilihat dari luas daerah pengaruh pada masing-masing pos hujan. Dan hasil analisa hubungan kerapatan jaringan pos hujan dan pos duga air dengan metode stepwise didapatkan rekomendasi jumlah pos hujan yang rasional yaitu rekomendasi 1 dengan jumlah 2 pos hujan dan rekomendasi 2 dengan jumlah 3 pos hujan. Kata kunci: kerapatan jaringan pos hujan, standar WMO, hubungan pos hujan dan pos duga air, metode stepwise   ABSTRACT The accuracy of quantity and quality hydrology data is related with the importance of hydrology station network especially rain gauge station and automatic water level recorder. This study discusses about evaluation and rationalization network density of rain gauge station and automatic water level recorder in Lesti sub watershed with stepwise method. Evaluation network density of rain gauge station and automatic water level recorder existing uses WMO (World Meteorological Organization)’s standard. Analysis the relation in network density of rain gauge station and automatic water level recorder uses stepwise method and the result will get rain gauge station recommendation from its correlation coefficient. Then rain gauge station recommendation which is rational is seen by 2 aspects, they are statistic result and catchment area of rain gauge station. Based on evaluation network density of rain gauge station and automatic water level recorder with WMO’s standard, automatic water level recorder has been rational. And rain gauge station has not been rational yet because deployment of rain gauge station is not prevalent, although there are 6 rain gauge stations and it has good network density. Rain gauge station recommendation which is rational are recommendation 1 with 2 rain gauge stations and recommendation 2 with 3 rain gauge stations based on the result of analysis relation in network density of rain gauge station and automatic water level recorder with stepwise method. Keywords: network density of rain gauge station, WMO standard, relation of rain gauge station and automatic water level recorder, stepwise method
Evaluasi dan Rasionalisasi Kerapatan Jaringan Pos Hujan dan Pos Duga Air dengan Metode Stepwise di Sub DAS Brantas Hulu Cipta, Dara Marreta; Suhartanto, Ery; Harisuseno, Donny
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.966 KB)

Abstract

ABSTRAK Salah satu analisa penting dalam sebuah perencanaan, pengembangan, maupun pengendalian insfrastruktur keairan adalah analisa hidrologi. Ketepatan analisa hidrologi bergantung pada kualitas data hidrologi yang didapatkan dari pos hujan dan pos duga air dengan penempatan yang benar-benar mampu merepresentasikan keadaan daerah studi. Selain itu adanya pengaruh kejadian hujan terhadap debit, maka ketepatan analisa hidrologi seharusnya didukung dengan adanya hubungan yang berkaitan antara data pos hujan dan pos duga air. Pada studi ini evaluasi penempatan pos hujan dan pos duga air dilakukan berdasarkan pedoman WMO (World Meteorological Organization) dengan menghitung luasan kerapatan pengaruh setiap pos dengan poligon thiessen. Rasionalisasi dilakukan dengan pemodelan regresi metode Stepwise untuk mencari pos hujan yang memiliki korelasi tertinggi terhadap pos duga air. Hasil evaluasi dan rasionalisasi menunjukkan bahwa terdapat kombinasi dengan lima pos hujan yang memiliki korelasi tertinggi bahkan sempurna (R=1,00) dengan pos duga air dan menghasilkan kerapatan yang sesuai kondisi ideal pedoman WMO.   Kata kunci: kerapatan jaringan pos hujan, pos duga air, metode Stepwise, pedoman WMO   ABSTRACT One of the most important analysis in a planning, development, and control of water infrastructure is hydrological analysis. The accuracy of hydrological analysis depends on hydrological data quality obtained from rain gauges and Automatic Water Level Recorder (AWLR) placements that are actually capable to represent the study area condition. In addition to the influence of rainfall on discharge, the accuracy of hydrological analysis should be supported by corresponding relationship between rain gauges and AWLR data. In this study, evaluation of rain gauges and AWLR placements were done based on Water Meteorological Organization (WMO) guidance by calculating the influence of rain gauges densities with Polygon Thiessen. Rationalization was done by regression modelling with Stepwise method to find rain gauges which have the highest correlation to AWLR. The evaluation and rationalization results show that there is combination of five rain gauges with the highest even perfect correlation (R=1.00) to AWLR and achieved the appropriate densities of ideal condition based on WMO guidance. Keywords: rain gauge network density, AWLR, Stepwise method, WMO guidance
RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN MENGGUNAKAN METODE KAGAN – RODDA DENGAN MEMPERHITUNGKAN FAKTOR TOPOGRAFI PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAROKAH, KABUPATEN SUMENEP, PULAU MADURA Siswanti, Yuvika Rega; Dermawan, Very; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.287 KB)

Abstract

Ketelitianodata hujan yang didapat sering kali tidak akurat yang menyebabkan penelitian, perencanaan dan penglelolaan tidak efektif. Sehingga dibutuhkan rasionalisasi jaringan stasiun hujan. Rasionalisasi dilakukan dengan memperhitungkan faktor topografi dan keterkaitannya dengan penyebaran stasiun hujan. Studi ini menggunakan metode Kagan-Rodda dengan berpedoman pada standar WMO (World Meteorogical Organization) dalam menentukan jumlah dan pola sebaran stasiun hujan di DAS Sarokah. Berpedoman pada standar WMO dan hasil analisa Kagan-Rodda, diperoleh 7 stasiun hujan dengan kualitas data yang baik dengan kesalahan perataan dan interpolasi 10%. Jarak antar simpul Kagan-Rodda adalah 8012,150 km2. Hubungan yang terjadi antara faktor jarak dan elevasi memiliki nilai R2 tertinggi yaitu 0,212. Sedangkan hubungan antara curah hujan dengan faktor jarak memiliki nilai R2 tertinggi yaitu 0,706.Kata kunci: stasiun hujan, standar WMO, Kagan-Rodda, faktor topografiThe accuration of rainfall data is oftently not accurate, which leads to ineffective research, planning and mangement. Thus, it need rainfall station rasionalization. This rasionalization was implemented by calculating topography factors and its relevance with  distribution of rainfall station. This study used Kagan-Rodda method, based on WMO (World Meteorologycal Organization) standard to determine the number and distribution pattern of rainfall station in Sarokah basin. Reference to WMO standard and Kagan-Rodda analysis, the result was 7 rainfall station with good quality of rainfall data and just 10% in an average error and interpolation error. The distance between Kagan-Rodda vertices was 8012,150 km2. The relevance of distance and elevation factors has the highest R2, is 0,212. Whereas the relevance of rainfall data and distance factor has the highest  R2, is 0,706. Key Words: rainfall station, WMO standard, Kagan-Rodda, topohraphy factor
ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA BAGIAN HULU DAS CILIWUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Razianto, Muhamad Zakaria; Suhartanto, Ery; Fidari, Jadfan Sidqi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1796.737 KB)

Abstract

ABSTRAK : Aktivitas alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan arahan fungsi kawasan berdampak buruk bagi ekosistem pada DAS Ciliwung. Bencana longsor, pendangkalan pada dasar sungai akibat sedimentasi dan banjir dengan kandungan lumpur pada bagian hilir sering terjadi pada DAS Ciliwung. Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada DAS Ciliwung perlu dilakukan usaha konservasi dengan metode tata guna lahan baru (skenario) dan penentuan lokasi checkdam pada bagian Hulu DAS Ciliwung. Penelitian dengan model ArcSWAT 2012 bertujuan untuk menghitung besarnya limpasan, erosi dan sedimentasi yang terjadi pada DAS Ciliwung Hulu. Proses kalibrasi menggunakan tahun 2007, 2011, 2013, verifikasi pada tahun 2014 dan hasil eksisting pada tahun 2015. Hasil simulasi pada kondisi eksisting menunjukan besarnya limpasan rata – rata 140.84 mm/tahun, erosi rata – rata 66.28 ton/ha/tahun dan sedimentasi rata – rata 43143.41 m3. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat kekritisan lahan pada DAS Ciliwung Hulu dengan kriteria semi kritis seluas 925.47 ha (6.31% luas DAS), kritis seluas 8662.5 ha (57.37% luas DAS) dan super kritis seluas 5510.88 ha (36.5% luas DAS). Dengan usaha konservasi tata guna lahan baru dalam kurun waktu 15 tahun dapat menurunkan limpasan sebesar 30.51%, erosi sebesar 54.69% dan sedimentasi 66.55%. Dalam kurun waktu 1 tahun efektivitas penanganan sedimentasi dengan usaha konservasi tata guna lahan baru (skenario) sebesar 4.36% dan checkdam sebesar 8.56%.   Kata kunci : Perubahan tata guna lahan, ArcSWAT 2012, Limpasan, Erosi, Sedimentasi   ABSTRACT : The activity of land conversion which was not in accordance with the direction of the function of the area has a negative impact on the ecosystem in Ciliwung Watershed. The landslide, sedimentation at the bottom of the river due to silting and flooding with mud content on the downstream often occurred in Ciliwung Watershed. To solve the problems occurring in Ciliwung Watershed, conservations should be carried out with new land use methods (scenarios) and determination of checkdam sites in the upstream of Ciliwung Watershed. ArcSWAT 2012 model is used in aims to calculate the amount of runoff, erosion and sedimentation occurred in upstream of Ciliwung Watershed. Land use in 2007, 2011 and 2013 were used for the calibration, verification process was done with 2014 and 2015 was used for the existing result. Simulation results on existing conditions shows an average runoff rate of 140.84 mm/year, average erosion rate of 66.28 ton/ha/year and average sedimentation rate of 43143.41 m3. The condition showed the critical level of land in upper watershed of Ciliwung with semi – critical criteria covering 925.47 ha (6.31% of watershed area), critical area of 8662.5 ha (57.37% of watershed area) and super critical area of 5510.88 ha (36.5% of watershed area). With the conservation of new land use within 15 years could decrease runoff by 30.51%, erosion of 54.69% and sedimentation 66.55%. within a period of 1 year the effectivity of handling sedimentation with new land use conservation (scenarios) of 4.36% and checkdam of 8.56%.  Keywords: Land use changes, ArcSWAT 2012, Watershed, Run off, Erosion, Sedimentation
EVALUASI DAN PERENCANAAN KERAPATAN JARINGAN POS HUJAN DENGAN METODE KRIGING MENURUT REKOMENDASI WMO (WORLD METEOROLOGICAL ORGANIZATION) DI WILAYAH SUNGAI ROKAN PROVINSI RIAU Wicaksono, Bagus; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.855 KB)

Abstract

Dalam kegiatan analisis hidrologi dibutuhkan data hidrologi seperti data curahhujan, debit air, data iklim dan lain sebagainya. Data hidrologi didapat atau dipantau melaluiberbagai pos hidrologi yang tersedia di beberapa daerah dalam suatu wilayah, namun belumtentu data yang diperoleh atau yang dihasilkan selalu akurat. Keakuratan data dalam hidrologi dilihat dari kerapatan pos hidrologi satu  dengan yang lain, semakin rapat pos hidrologi makadata yang diperoleh akan semakin akurat. Mengingat pentingnya informasi data hidrologi yangbergantung pada infrastruktur pengairan maka diperlukan kajian evaluasi dan perencanaanjaringan stasiun hujan yang efektif dan efisien. Wilayah Sungai Rokan secara keseluruhanmemiliki luas sekitar 22.325 km2. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunderyang diperoleh dari instansi terkait (data hujan). Untuk  mengevaluasi dan merencanakankerapatan jaringan pos hujan eksisting digunakan metode Kriging. Keoptimalan letak pos hujanrekomendasi dilihat dari besarnya nilai RMSE dan MAE serta memenuhi standart WMO(World Meteorological Organization). Sedangkan pengujian metode Kriging dilakukan denganmenentukan besarnya kesalahan relatif antara curah hujan rancangan eksisting dengan curahhujan rancangan pada pos hujan rekomendasi. Hasil analisa evaluasi stasiun hujan berdasarkanstandar WMO rekomendasi I adalah 8 stasiun hujan dengan kondisi normal dan untukrekomendasi II adalah 25 stasiun hujan dengan kondisi normal dan ideal. Sedangkan hasil darimetode Kriging didapatkan jumlah ideal stasiun hujan yaitu 8 stasiun hujan, dengan nilaiRMSE dan MAE rekomendasi I lebih kecil dari pada eksisting. Sedangkan nilai rata-ratakesalahan relatif rekomendasi adalah 8,1% pada peta galat baku exponential.Kata kunci: evaluasi, standar WMO, KrigingIn hydrology analysis activities required hydrological data such as rainfalldata, water discharge, climate data and so forth. Hydrological data obtained or monitoredthrough various hydrological posts available in some areas within a region, but notnecessarily the data obtained or produced is always accurate. The accuracy of the data inhydrology seen from the hydrological heading density with each other, the closer thehydrological post, the data obtained will be more accurate. Given the importance ofhydrological data information depend on irrigation infrastructure it was necessary toevaluated or planned an effective and efficient network of rainfall stations. The entire RokanRiver region has an area of approximately 22.325 km2. The data used in this study wassecondary data obtained from related institution (rainfall data). Evaluated and planned theexisting rainfall network density the Kriging method was used. The optimization of rainfallrecommended location was seen from the value of RSME and MAE and meet the standart ofWMO (World Meteorological Organization). While test of Kriging method was done bydetermining the relative error between the rainfall of the existing design with rainfall design onthe recommended rainfall network. Result of evaluation of rainfall network evaluation basedon WMO standart recommendation I was 8 rain station with normal condition and forrecommendation II was 25 rain station with normal and ideal condition. While the result of theKriging method obtained the ideal number of rain station that was 8 rain stations, with RMSEand MAE value of the recommendation I was smaller than the existing. While the averagerelative error value of recommendation was 8,1% at the Exponential raw error map.Key words: evaluation, WMO standard, Kriging
ANALISA LAJU EROSI DAN ARAHAN KONSERVASI LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA SUBDAS LESTI KABUPATEN MALANG khairunnisa, khairunnisa; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1032.588 KB)

Abstract

Aktifitas pengelolaan DAS yang dilakukan diera saat ini banyak mengalami ketidakseimbangan dengan kemampuan lahan yang ada sehingga sangat berdampak pada ekosistem DAS. Permasalahan erosi lahan yang menyebabkan pendangkalan sungai di Sub DAS Lesti sudah masuk pada kondisi sangat kritis, penumpukan sedimen pada sungai, bencana longsor dan banjir sering terjadi didaerah Sub Das Lesti. Oleh sebab itu, untuk mengurangi masalah tersebut Sub DAS Lesti perlu dilakukan arahan konservasi dengan metode vegetatif dan metode mekanis. Penelitian ini menggunakan model ArcSWAT 2012 dalam memperhitungkan nilai erosi dan sedimen. Proses penggambaran tata guna lahan dilakukan dengan bantuan citra landsat seri tahun 2010, 2015 dan 2017 sebagai salah satu data input untuk proses running ArcSWAT 2012. Proses kalibrasi menggunakan tahun 2010, 2015 dan 2017. Hasil simulasi menunjukan nilai erosi rata-rata 63,92 ton/ha dan nilai rata-rata sedimen 96004,30 m3. Dari hasil erosi dan sedimen yang diperoleh, tingkat kekritisan sub DAS Lesti pada kriteria potensial kritis sebesar 18448,48 ha (31% dari luasan DAS), semi kritis sebesar 7634,16 ha (13% dari luasan DAS), kritis sebesar 15075,06 ha (25% dari luasan DAS) dan sangat kritis sebesar 18053,58 ha (31% dari luasan DAS). Dengan arahan konservasi yang disesuaikan dengan kemampuan lahan yang ada, erosi rata-rata menurun 26,23% dan sedimen rata-rata menurun 39,26%. Sedangkan dengan metode mekanis, efektifitas penanganan sedimen dapat berkurang hingga 9,24%.
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Identifikasi Lahan Kritis dan Arahan Fungsi Lahan Daerah Aliran Sungai Sampean Asmaranto, Runi; Suhartanto, Ery; Permana, Bias Angga
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 1, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1579.333 KB)

Abstract

DAS Sampean merupakan daerah aliran sungai yang kondisi topografinya rata-rata sangat curam. Kondisi tata guna lahan yang sebagian besar sawah irigasi ini cukup memungkinkan terjadinya erosi. Apalagi tataguna lahan lainnya berupa ladang, semak dan sawah tadah hujan yang tanamannya merupakan tanaman berkedalaman akar rendah dan berperan besar dalam proses penyebab terjadinya kerusakan tanah, mempercepat laju erosi dan meningkatkan volume limpasan permukaan. Berdasarkan kondisi tersebut, studi ini mengkaji tingkat bahaya erosi yang terjadi saat ini pada tata guna lahan eksisting Das Sampean serta menentukan arahan penggunaan lahan yang tepat sesuai dengan kemampuan lahan kawasannya dengan mempertimbangkan kondisi DAS Sampean.Metode yang digunakan dalam menghitung besarnya laju erosi adalah metode MUSLE dimana metode tersebut menggunakan pendekatan dari faktor limpasan permukaan. Pengolahan data-datanya menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) karena memudahkan dalam penganalisaan dan pengelompokan data. Dari hasil analisa diperoleh debit limpasan permukaan yang terjadi sebesar 247,967 m3/dt. Total Erosivitas Limpasan Permukaan yang terjadi adalah 48.129,73 m2/jam, hal ini memicu terjadinya laju erosi yang rata-ratanya mencapai 43.939,94 ton/ha/thn, atau identik dengan kehilangan tanah sebesar : 258,470 cm/thn. Besarnya laju erosi pada DAS Sampean ini mengakibatkan tingkat bahaya erosi sebesar 95,54% dari luas wilayahnya termasuk sangat berat. Sedangkan untuk tingkat bahaya erosi lainnya yaitu, berat : 2,72%, sedang : 1,02%, ringan :0,72%. Analisa kemampuan lahan didominasi kemampuan kelas VII (75,39%), yang merupakan daerah Pengembalaan Terbatas. Sedangkan ARLKT di DAS Sampean terdiri dari 3 (tiga)kawasan, yaitu Kawasan lindung (10,53%), Kawasan Penyangga (52,23%), Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan (37,23%).Kata – kata kunci: Sistem Informasi Geografis, Erosi, MUSLE ( Modified Universal Soil LossEquation), Daerah Aliran Sungai (DAS)
Studi Optimasi Distribusi Air Irigasi Di Daerah Irigasi Lodoyo Ekorini, Lucky Dyah; Limantara, Lily Montarcih; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.794 KB)

Abstract

Lodoyo Irrigation Area covers two districts namely Blitar and Tulungagung. Irrigation Area Lodoyo itself has intakes in Dam Wlingi in Blitar. Wlingi dam located on the Brantas River in the Village District Jegu Sutojayan Blitar ± 30 km in the downstream dam Sutami. The expected benefits and purpose of the construction of this dam is Wlingi Raya for the supply of irrigation water and generate hydropower. Irrigated area has a wide DI Lodoyo raw rice 12,219 ha, comprising 12 204 irrigation and 15 ha for ponds. Types of crops grown in the area of DI Lodoyo for each growing season are: (1) rainy season, planting season I: Rice - Crops; (2) Dry Season I, II Planting season: Rice - Crops; (3) Dry Season II, Planting season III: Rice - Crop. While the availability of discharge in irrigated areas Lodoyo is based on the availability of existing discharge in the Brantas River, in this case is Wlingi Reservoir catchment. Based on the results of the optimization analysis conducted extensive rice plants obtained optimum results: in dry conditions 4,041 ha, 4,242 ha under normal conditions;, in wet conditions: 4,682 ha. While the results of the maximum benefit in dry conditions Rp. 58,780,404,629.00; under normal conditions Rp. 59,792,367,463.00;, in wet conditions Rp. 62,009,795,069.00. To obtain the results of the sensitivity analysis results are sensitive land: in dry conditions between 2844-15359 ha; under normal conditions between 3051-15999 ha while in wet conditions between 305117400 ha.Keywords : Irrigation, Optimization, Sensitivity
Aplikasi Model AVSWAT 2000 untuk Memprediksi Erosi, Sedimentasi dan Limpasan di DAS Sampean Asmaranto, Runi; Suhartanto, Ery; Yuanita, Mike
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 2, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.775 KB)

Abstract

DAS Sampean merupakan salah satu DAS yang memiliki kondisi kritis, dengan musim penghujan pada Bulan Desember - Maret. Salah satu faktor yang menyebabkan kondisi DAS Sampean menjadi kritis adalah karena penggundulan hutan oleh masyarakat. Akibat kondisi DAS yang kritis tersebut, maka tingkat kekeringan dan banjir akan terus semakin bertambah apabila kondisi DAS tersebut tidak segera ditangani. Software AVSWAT 2000 adalah program yang berbasis SIG yang bekerja sebagai tambahan (Graphical User Interface) dalam software Arc View. Program AVSWAT 2000 dirancang khusus dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah- masalah yang ada dalam suatu DAS. Salah satu kemampuannya adalah untuk memprediksi erosi, sedimentasi dan limpasan yang ada pada DAS Sampean. Besarnya debit limpasan rata-rata pada DAS Sampean mulai tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 sebesar 358,67 m3/dt, laju erosi rata –rata sebesar 303,98 ton/ha/th atau sekitar 25,33 mm/th dan sedimen sebesar416960,9 ton/th. Berdasarkan Indeks Bahaya Erosi, DAS Sampean memiliki Indeks Rendah sebesar 9,64% (11997,47 ha), Indeks Sedang sebesar 39,38% (48863,70 ha), Indeks Tinggi sebesar 3,16% (3929,83 ha), dan Indeks Sangat Tinggi sebesar 47,92%(59609,87 ha).Kata Kunci : DAS Sampean, Erosi, Sedimentasi dan Limpasan