Sri Sutyasmi, Sri
Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik - Kementerian Perindustrian

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Pengelolaan Lumpur Limbah Industri Penyamakan Kulit dengan Sanitary Land Fill Sunaryo, Ign; Sutyasmi, Sri
Jurnal Riset Industri Vol 3, No 1 (2009):
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1876.901 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap selama dua tahun. Penelitian selama tahun I dimaksudkan untuk mendapatkan prototip landfill yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Penelitian selama tahun II dimaksudkan untuk mewujudkan prototip landfill hasil peneltitian tahun I, yang siap utuk digunakan. Lumpur yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari salah satu industri penyamakan kulit di Yogyakarta. Lumpur Industri Penyamakan Kulit bisa dibuang ke landfill asalkan memenuhi ketenteuan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lumpur yang akan dimasukkan ke dalam land fill terlebih dahulu diperiksa karakteristiknya, diuji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan kandungan kromnya. Berdasarkan hasil uji karakteristik, uji TCLP, dan kandungan kromnya dapat diketahui bahwa lumpur dalam penelitian ini masuk dalam Kategori II, sehingga bisa menggunakan landfill Tipe 3. Lokasi untuk penelitian ini sudah memenuhi persyaratan yang berlaku. Dalam penelitian tahun I ini dapat diperoleh satu prototipe dari empat tipe LandFill yang dibuat, yakni prototip landfill tipe 3, dengan 2 lapis geomembran (1 lapis geomembran untuk lapisan dasar dan 1 lapis geomembran untuk lapisan penutup), berukuran panjang x lebar x dalam = 6x1x2 m. Penelitian selama tahun II mewujudkan landfill tipe 3 dengan ukuran 4,82x6,5x3,5 m3 yang akan penuh dalam waktu 5,8 tahun.
TEKNOLOGI PENGAMBILAN KEMBALI KROM DALAM LIMBAH SHAVINGS INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sutyasmi, Sri; Sunaryo, ing
Jurnal Riset Industri Vol 3, No 3 (2009): Peningkatan Nilai Tambah melalui Inovasi Kemasan
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1100.885 KB)

Abstract

Telah di lakukan ekstraksi khrom dali limbah shavings industri penyamakan kulit di jogjakarta dengan cara hidrolisis mengunakan  asam klorida (HCI) dan kapur (Ca(OH)2). Limbah shavings seberat 40 gram dihidrolisa dengan asam klorida (HCI) dan kapur (Ca(OH)2 ) masing-masing dengan variasi 1: 1,,5: 2: 2,5 dan 3 % dalam air 500 ml, diikuti dengan pemanasan pada suhu 100 0c selama 1 jam dan pengendapan. Larutan mengandung krom dipisahkan dari padatan mengandung protein. Hasil hidrolisa dengan asam klorida (HCI) menghasilkan krom tertingi pada HCI 2% yaitu sebesar 0.33% sementara dengan kapur (Ca(OH)2 ), di peroleh kadar krom tertingi pada (Ca(OH)2 2 %yaitu 2.98%. pemurnian oksida krom yang didapat dilaksanakan dengan cara pembentukan garam kromat. Hasil pemurnian terbaik di peroleh dari hidrolisa (HCI) 2 % yakni sebesar 44.38 % da dengan kapur (Ca(OH)2 2 % yakni sebesar 66.79 %. Kemurnian oksida krom ini sudah dapat di golongkan ke dalam aksida krom teknis.
Pemanfaatan lemak fleshing tersulfonasi untuk peminyakan pada proses penyamakan kulit Sutyasmi, Sri
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 25, No 1 (2009): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2031.188 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v25i1.231

Abstract

The objective of this research was to produce sulfonated oil of fleshing grease and to use for fat liquoring process in leather tanning industries. Fleshing wastes were collected from Yogyakarta. The extract was obtained from fleshing waste by boiling at 100o C for 15 minute 400 – 450 g of extract contained 99.96% of fat were obtained from 5 kg of fleshing. The extract then was sulfonated to increase solubility in water and more reactive with the fiber of processed skin. The sulfonated extract was then analyzed to determine content, iodine value, acid value and saponification value. The result of analysis showed that fat/grease content 158.48. While fat content of goat skin fleshing was 30.27%, iodine value 92.30, acid value 23.74and saponification value 157.03. The quantity parameters are able to meet requirement for leather tanning. Sulfonated extract was then used for fat liquoring process of goat skin with the variation of concentration 4,5 and 6% respectively. Control was made by using 5% synthetic oil. The result of crust testing in this research showed that all of quality parameters meet the document of SNI 06-3536-1994 about goat/sheep crust leather. Key words : leather, tanning, fleshing, sulfonation greasing.  ABSTRAK Tujuan penelitian adalah mendapatkan minyak limbah flesing tersulfonasi, digunakan untuk peminyakan industri penyamakan kulit. Limbah fleshing untuk peneltiian diambil dari industri penyamakan kulit Yogyakarta. Pengambilan lemak limbah fleshing dengan cara perebusan pada suhu (100o C selama 15 menit). Perebusan 5 kg limbah fleshing diperoleh ekstrak 400 – 450 g dengan kadar lemak 99,96%. Selanjutnya lemak disulfonasi agar mudah larut dalam air, dan mudah bereaksi dengan kulit. Lemak yang telah disulfonasi diuji kadar lemak/minyak, bilangan yod, bilangan asam dan bilangan penyabunan. Hasil uji lemak sulfonasi menunjukkan bahwa lemak fleshing kulit sapi mempunyai kadar lemak/minyak 40,13%, bilangan yod 88, bilangan asam 31,52 dan bilangan penyabunan 158,48. Sementara lemak/minyak 30,27%, bilangan yod 92,3, bilangan asam 33,74 dan bilangan penyabunan 157,03. Parameter mutu lemak fleshing kulit sapi maupun kulit kambing memenuhi persyaratan sebagai peminyakan dalam proses penyamakan kulit. Lemak sulfonasi yang dihasilkan untuk peminyakan penyamakan kulit krus kambing dengan variasi berturut-turut : 4,5 dan 6%. Sebagai kontrol digunakan minyak sintetis 5%. Hasil uji kulit krus kambing sesuai dengan ketentuan yang dimuat SNI: 06 – 3536 – 1994, tentang kulit krus domba/kambing. Kata kunci: kulit, penyamakan, fleshing, lemak tersulfonasi.
Rancang bangun unit pengolahan air limbah industri Penyamakan kulit ikan pari di labuan maringgai, Lampung timur Sunaryo, Ignatius; Sutyasmi, Sri
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 23, No 1 (2007): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1138.909 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v23i1.331

Abstract

This waste water treatment plant (WWTP) was designed and built to treat the waste water coming from the sting rays leather tannery in Labuan Maringgai, Lampung Selatan. By treating this kind of waste water coming from the sting rays leather tannery, it will decrease the environmental pollution. The product capacity of this tannery was 400 pieces per month and the weight of it was 120 kg. Those skins were tanned into two steps, the number of skins in each process was 200 pieces or 60 kg during 2 weeks. The volume of waste water discharged varied  from 1,5 to 5 m3 during 3 days in the beginning of beam house operation or 0.5 to 1 m3per day during the first step of process. The pollution content of such waste water was as follows: COD: 1205,66 -  1400 mg/l; BOD 550 – 950 mg/l; S : 28,9 – 213 mg/l, TSS: 55,16 – 775 mg/l; N-NH3 : 30,18 – 129,6 mg/l; fat/oil : 21 – 292. mg/l; total Cr: 0,47 – 0,76 mg/l; and pH: 9 – 12 respectively. The work hours in operating the WWTP was 5 hours per day, and the debit of it ranged from 0.5 to 1 m3 per hour. The WWTP was designed for the max COD of 1.500 mg/l and BOD 750 mg/l. The system of WWTP was pre treatment, homogenization, flocculation and coagulation, 1st  anaerobic facultative and 2nd anaerobic facultative, sludge drying bed and final control tank. The efficiency of this WWTP ranged from 22,53 to 97%. Key word: stin rays, leather tanning, waste water, plant design, wwtp, environment   ABSTRAK Unit pengolahan air limbah (UPAL) ini dirancang dan dibangun untuk mengolah air limbah dari pabrik penyamakan kulit ikan pri di Labuan Maringgai, Lampung Timur. Dengan terolahnya air limbah dari pabrik tersebut, berarti akan menurunkan tingkat pencemaran ke lingkungan. Kapasitas produksi pabrik tersebut per bulan adalah sebesar 400 lebmar, dengan berat 120 kg. Kulit sebanyak itu diproses 2 sekali @ 200 lembar atau 60 kg, dan akan menghasilkan air limbah sekitar 1,5 – 5 m3 per hari, dengan kandungan COD: 1205,66 – 1400 mg/l; BOD 550 – 950 mg/l; S : 28,9 – 213 mg/l, TSS: 55,16 – 775 mg/l; N-NH3 : 30,18 – 129,6 mg/l; lemak : 21 – 292. mg/l; total Cr: 0,47 – 0,76 mg/l; dan  pH: 9 – 12. UPAL tersebut diopersikan selama 5 jam/hari dengan debit berkisar antara 0,5 sampai 1 m3 per jam, dengan tingkat pencemaran COD 1.500 mg/l dan BOD maks 750 mg/l. Unit pengolahan air limbah (UPAL) ini terdiri dari perlakuan awal pre treatment (penyaringan pengendapan awal), penampungan (homogenisasi), perlakuan kimia (flokulasi/koagulasi), fakultatif anaerob I, fakultatif anaerob II, penyaringan lumpur dan bak kontrol akhir. Efisiensi pengolahan berkisar antara 22,53 sampai 97%. Kata kunci: air limbah, rancang bangun, UPAL, lingkungan.
Rekayasa alat daur ulang limbah padat industri penyamakan kulit untuk pembuatan insol dan kertas karton Sunaryo, Ignatius; Sutyasmi, Sri
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 22, No 1 (2006): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1298.514 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v22i1.327

Abstract

The aim of engineering of equipment for tannery solid waste reuse to make insole and card board was to assist the problem coming from shavings wastes and sludge. This unit was designed and mainly consisted of three parts, those were raw materials destroying machine (beater type), insole/carton sheet printing machine and insole/carton sheet pressing machine. This was an eco-friendly machine, because it was able to recycle all of the excess raw materials. The product capacity of it was 600 kg of raw material to produce 1,200 sheet per day, with assumption that the rejects were varied from 10 – 15%. The specifications of the insole produced by this machine were that the weight was 416 gr/sheet; the length x wide was 78 cm x 66 cm. based on the economical analysis when the marketing price was Rp. 2.000,- per sheet, with the total production 360,000 sheets, the benefit after property was Rp. 33,650,200,- per year, with 2 years 1 month pay back of the investment.  Keywords : shavings waste, sludge, recycled unit, insole, cardboard.   ABSTRAK Tujuan dari rekayasa alat daur ulang limbah padat industri penyamakan kulit untuk pembuatan insol dan kertas karton ini ialah untuk membantu industri penyamakan kulit dalam mengatasi masalah limbah shaving dan lumpur. Alat ini dirancang dengan 3 (tiga) komponen utama yakni alat penghancur bahan baku dengan tipe beater, alat pencetak lembaran insol/karton, dan alat press lembaran insol/karton yang disebut calendar. Alat ini bersifat ramah lingkungan karena seluruh sisa adonan dapat di daur ulang. Kapasitas produksi alat daur ulang ini ialah 600 kg bahan baku untuk menghasilkan 1200 lembar per hari, dengan asumsi tingkat kerusakan berkisar antara 10 – 15%. Insol yang dihasilkan mempunyai berat 416 gram/lembar dengan ukuran p x 1 = 0,78 m x 0,66 m. berdasarkan analisis ekonomi bila harga jual Rp. 2000,- per lembar, maka per tahun dapat diperoleh keuntungan sesudah pajak sebesar Rp. 33.650.200,- dengan jumlah produksi sebesar 360.000 lembar. Waktu pengembalian modal ialah 2 tahun 6 bulan. Kata Kunci : limbah shaving, lumpur, alat daur ulang, insol, kertas karton. 
Pemanfaatan limbah fleshing kulit kambing untuk pembuatan kompos Sutyasmi, Sri; Sunaryo, Ignatius; Dahono, Edi
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 24, No 1 (2008): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.345 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v24i1.323

Abstract

The aim of this research was to create method for managing the environmental pollution caused by fleshing from leather tanning industry. Compos production was carried out by using the cooked fleshing and uncooked fleshing with variation of fleshing 85,60,45, and 30 % respectively mixed with 13.8% of chaff, 0.2% of brand, and 1% of lime and the rest was soil to gain 100% of compound. Protein bio-city as much as 50 ml/kg was used as a starter and it was added after having diluted and fermented for 48 hours. The compound was filled in the 10 I of plastic bucket and cured by lid on it. Every two days they were agitated and sprayed with water regarding to keep the humidity to be constant. The C/N ratio of the compos was analyzed chemically. The compos had been nature for about one month, and they  were characterized by the change of the natural color into dark brown with soil smell, and the volume decreased would be 30% of the initial volume. The mean C/N ratio of compos from cooked fleshing was 14 which varied between 12.46-15.50. That value has a smaller range compared with the compos from uncooked fleshing, the mean value of which was 11, with the variation of C/N ratio of that was bigger 7.07-16.24. Key words : fleshing, goat skins, environment, compos, C/N ratio ABSTRAK            Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan salah satu cara untuk pemecahan masalah penanganan pencemaran yang diakibatkan oleh limbah fleshing dari industri penyamakan kulit. Untuk itu telah dilakukan penelitian tentang pembuatan kompos dari limbah fleshing baik yang sudah direbus untuk diambil lemaknya maupun yang belum direbus. Kompos dibuat dri sisa fleshing dengan variasi jumlah berturut-turut 85,60, dan 30% fleshing dan dicampur dengan sekam 13,8%, bekatul 0,2%, kapur 1 % dan sisanya berupa tanah untuk mendapatkan campuran 100% masa yaitu berturut-turut 0,25, 40 dan 55 %. Sebai starter digunakan protein. Biosity yang sudah diencerkan dan diinkubasi selama 48 jam sebanyak 50 ml/kg campuran kompos. Campuran kompos kemudian dimasukan ke dalam ember volume 101 dan ditutup, kemudian setiap dua hari sekali diaduk dan disiram air untuk menjaga kelembabanya (80%). Bahan kompos tersebut akan masak menjadi kompos setelah inkunbasi selama 1 bulan. Kompos yang telah masak mempunyai ciri-ciri warna aslinya berubah menjadi coklat gelap, berbau tanah, volume tinggal sepertiganya. Kompos diuji untuk mengetahui C/N rasionya. Hasil uji menunjukan bahwa semua variasi untuk kompos dari sisa fleshing yang sudah direbus mempunyai C/N rasio rata-rata 14 yang berkisar antara 12,46 – 15, 50. Nilai tersebut lebih baik dibanding sisa fleshing yang belum direbus karena mempunyai C/N rasio rata-rata 11 dengan kisaran C/N rasio berkisar antara : 7,07 – 16,24. Kata Kunci : fleshing, kulit kambing, lingkungan, kompos, C/N rasio
Teknologi pengambilan lemak dari sisa fleshing Sutyasmi, Sri; Sunaryo, Ignatius
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 22, No 1 (2006): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (988.899 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v22i1.333

Abstract

The aim of this research was to recover the fat from fleshing in order it could be useful for many kinds of industries such as soap, oil/grease for tanning manufactures, etc. There are some systems to recover the fat from fleshings, those are heat systems (cooking, steaming, smoking) and extrac system using solvent (hexan, CCl4, alcohol, etc). Over all of the systems cooking and steaming are the most simply system to recover the fat. By cooking, smoking, and steaming from 5 kg fleshing with the time variation of 15,30, 45 and 60 minutes could produce fat with the quantity of which varied from 0,220 – 0,425 kg. The highest quantity of fat, produced by  heating system in 60 minutes could be gained by steaming, but the quality of it was low.  The quantity of fat produced by extract system using hexan, CCl4, and  alcohol as solvents with the time variation of 3,4 and 5 hours were varied from 5,21 % to 10,20 % of dried weight. The highest quantity of fat gained by extract system was found by using hexan solvent. Fat from fleshing should be sulphated prior for substantial application. The economical evaluation shows that the basic price of 1 kg of fat was Rp. 1.250,- whereas the basic price of 1 kg of sulphated fat was Rp. 3.200,-  Keywords ; fleshing, grease, recovery  ABSTRAK  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memisahkan lemak dari fleshing agar bias digunakan untuk berbagai keperluan industri seperti sabun, peminyakan kulit dan sebagainya. Pengambilan lemak dari sisa fleshing ini ada beberapa cara yaitu cara pemanasan (rebus, kukus dan steam) dan cara ekstraksi menggunakan pelarut (hexan, CCl4, alcohol dll). Setiap 5 kg sisa fleshing yang direbus, dikukus dan ataupun menggunakan steam, dengan variasi waktu 15, 30, 45 dan 60 menit dapat menghasilkan lemak berkisar antara 0,220 – 0,425 kg. Hasil lemak tertinggi dari cara pemanasan ini diperoleh dari cara steam dengan waktu 60 menit namun kwalitas lemak yang diperoleh tidak baik. Pengambilan lemak secara ekstraksi dengan menggunakan pelarut hexan, CCl4 dan alcohol dengan variasi waktu 3 jam, 4 jam dan 5 jam dan lemak yang diperoleh berkisar antara 5,21% - 10,20 %. Hasil lemak tertinggi diperoleh dari cara ekstraksi menggunakan pelarut hexan. Agar lemak dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, maka lemak perlu disulfonasi. Hasil perhitungan ekonomi harga pokok 1 kg lemak adalah Rp.1.250,- sedangkan harga pokok 1 kg minyak sulfonasi adalah Rp. 3.200,- Kata kunci : fleshing, lemak, pengambilan
Kajian pemanfaatan lemak fleshing industri penyamakan kulit Sutyasmi, Sri
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 27, No 1 (2011): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2882.027 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v27i1.212

Abstract

The process of fleshing in the leather tannery generates solid waste in theform of pieces of meat mixed with fat. Fleshing wastes contain approximately 50-80 o% protein and 20-40 % fat. Protein from fleshing waste can be used for animal feed, cornpost and gelatin. The fat can be used as a base for soap rnaking, fat liquoring at leather tanning processes, and fuel (diesel oil substitute). This research aimed to study the possibility of utilizing fat fron fleshing waste in leather tannery.The result show that fat offleshing waste could be obtained by heating or by mechanical/enzymatic extraction. Fats obtained from fleshing waste were called tallow that had a triglyceride with unsaturated carboxylic acid and considered to be ester group. Ester group could be reacted with bases by saponification reaction to produce soap. Ta use thefat offleshing waste in leather anointment as fat liquoring, then the fat must be sulfonated. Meanwhile, for the manufacture of enginefuel then fleshing waste fat rnust be compressed, heated, and thenfiltered. For the manufacture of biodiesel thefat must be added with 5% diesel fuel in order to meet the biodiesel standard DIN 5 I 606
Sifat fisik, kimia, dan morfologik kulit jaket kambing tersamak menggunakan krom hasil recovery air limbah penyamakan Sutyasmi, Sri
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 31, No 2 (2015): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.945 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v31i2.176

Abstract

The purpose of this study was to recover chrome in tanning waste water to reduce environmental pollution and to utilize chrome as tanning agent. Chrome in tanning waste water leaching out of the drum was filtered and put in the tank and subsequently it was added with NaOH to generate chrome hydroxide. Furthermore, chrome hydroxide was converted to chrome sulfate as tanning agent by addition of concentred sulfuric acid. Cr2O3 content of chrome sulfate was determined before being used for tanning. The result showed that Cr2O3 content was 3958.6 mg/l. Variation of recovered chrome sulfate concentrations for tanning jacket leather were 25, 50, 75 and 100% respectively. Controls were made with the use of 100% of industrial grade chrome sulfate. The best result were goat jacket leather tanned with recovered chrome of 75 and 100 % for its physical properties and 25% for its chemical properties. Test results of SEM showed that chrome was morphologically presence in tanned goat leather mass.Keywords: tanning, jackets leather, chrome recovery, physical and chemical properties, leather morphology.ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah mengambil kembali krom dalam air limbah penyamakan krom untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan menghemat pembelian puder krom sebagai bahan penyamak krom. Air limbah penyamakan krom yang keluar dari drum, disaring dan dimasukkan dalam tangki dan ditambah NaOH untuk diendapkan menjadi krom hidroksida. Selanjutnya krom hidroksida dialirkan ke tangki yang lain dan ditambahkan asam sulfat pekat menjadi krom sulfat yang digunakan untuk menyamak. Hasil diuji kadar Cr2O3 terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menyamak. Hasil uji kadar Cr2O3 adalah rata-rata sebesar 3958,6 mg/l. Variasi konsentrasi krom sulfat hasil recovery untuk penyamakan kulit jaket berturut-turut 25, 50, 75, dan 100%. Krom sulfat pasaran dengan konsentrasi 100% digunakan sebagai kontrol. Hasil uji sifat fisis kulit jaket kambing terbaik adalah konsentrasi krom berturut-turut 75 dan 100 % dan untuk sifat kimia kulit jaket terbaik 25 % yang disamak dengan krom sulfat hasil recovery. Hasil uji SEM menunjukkan bahwa secara morfologi krom dijumpai dalam kulit tersamak.Kata kunci: penyamakan, kulit jaket, chrome recovery, sifat fisik dan kimia, morfologi kulit.
Daur ulang limbah shaving industri penyamakan kulit untuk kertas seni Sutyasmi, Sri
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 28, No 2 (2012): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (974.163 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v28i2.114

Abstract

A research has been done on recycling of shavings waste for art paper. The aim of this research was to utilize shaving waste from tanning industry for making art paper in order not to pollute the environment, and to add raw materials to the manufacture of art paper. In this study the majority of shaving waste was used as a motif (20%) and partly made of pulp (10%) together with paper waste (newspaper). As the materials starch and resin adhesive (fox) used was (1%) that served as an adhesive. Dyes were used to the beauty of the appearance of art paper. There were two stages of the paper making, first made from waste paper pulp added with the waste shaving,  then printing given motives shaving motive of waste too. Part of the sheet of paper were pressed (about half), and the other parts were not pressed. They were then tested on gramatur art paper, tear index, tensile index, and the fracture index. The test results showed that pressed art paper had a tear index, tensile index and the fracture index (3.85; 0.59; 8.4 x 10 -3), and the impressed was (3.57; 0.52; 6.9 x 10 -3) respectively the art paper that used fox adhesive on the pressed (15,545; 0,76; 3528 x 10-1), and on impressed (16,366; 0,80; 3549 x 10-1). The overall appearance of art paper results could still compete with the art of paper are the market. ABSTRAKTelah dilakukan penelitian daur ulang limbah shaving untuk kertas seni. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendaur ulang limbah shaving industri penyamakan kulit untuk dibuat kertas seni agar tidak mencemari lingkungan dan menambah bahan baku pembuatan kertas seni. Dalam penelitian ini limbah shaving sebagian digunakan sebagai motif (20 %) dan sebagian lagi dibuat pulp (10 %) bersama-sama dengan kertas bekas (koran). Sebagai bahan pembantu digunakan pati kanji dan juga lem fox (1 %) yang berfungsi sebagai perekat. Pewarna digunakan untuk memperindah penampilan kertas seni. Ada dua tahap pembuatan kertas seni ini yaitu pertama membuat pulp dari kertas bekas yang ditambah dengan limbah shaving, kemudian pencetakan yang diberi motif limbah shaving pula. Lembaran kertas seni yang dihasilkan ada yang di pres (sekitar setengahnya) dan sisanya tidak dipres. Kertas seni kemudian diuji gramatur, indeks sobek, indeks retak dan indeks tarik. Hasil uji kertas seni yang menggunakan lem pati kanji menunjukkan bahwa kertas seni yang dipres mempunyai indeks sobek, indeks retak dan indeks tarik (3,85; 0,59; 8,4 x 10 -3) dan yang tidak di pres (3,57; 0,52; 6,9 x 10 –3 ), sedangkan kertas seni yang menggunakan lem fox dan di press mempunyai indeks sobek, indeks retak dan indeks tarik (15,545; 0,76; 3528 x 10-1) yang tidak di press (16,366; 0,80; 3549 x 10-1). Secarakeseluruhan penampilan kertas seni hasil penelitian masih bisa bersaing dengan kertas seni yang ada di pasaran.