Catur Rini Widyastuti, Catur Rini
Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Jl Raya Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Production of Furfural from Corncobs Agricultural Waste by Acid Hydrolysis at Atmospheric Pressure Widyastuti, Catur Rini; Istiqomah, Istiqomah
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 3, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v3i2.5765

Abstract

Corncob is the renewable agricultural biomass which has great potency to be developed into useful chemical. It can be used as raw material for producing furfural as it contains high concentration of pentosan up to 32%. Furfural is a useful chemical intermediate which may be further processed into other valuable products, such as furan, furoic acid, and furfuryl alcohol. Furfural is also an important chemical solvent. The aim of this research was to optimize the production process and maximize the yield of furfural. The research was conducted in three steps which included pretreatment of raw material, hydrolysis, and distillation. Corncobs was ground to form powder with a maximum particle size of 150 mesh and then hydrolysed in a stirred reactor using H2SO4 at temperature variation of 80oC, 90oC, and 100oC for 2 hr, 3 hr, and 4 hr at atmospheric pressure. The hydrolysate was filtrated and the filtrate was added by toluene and being kept for 12 hours. The product was separated by distillation at 110oC. The result showed the highest yield of furfural from corncobs was 31% which obtained by acid hydrolysis at 100oC for 4 hours. Analysis using GC-MS identified furfural in the product and several impurities, such as toluene, 1,5-heptadien-3-yne, and benzaldehyde.
SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA Chlorella vulgaris DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KOH Widyastuti, Catur Rini; Dewi, Ayu Candra
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 3, No 1 (2014): June 2014
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v3i1.3099

Abstract

Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang dianggap mampu menjawab permasalahan kelangkaan bahan bakar minyak. Biodiesel dapat disintesis dari minyak nabati melalui reaksi transesterifikasi. Sumber minyak nabati yang potensial adalah mikroalga yang memiliki produktifitas minyak yang lebih tinggi per satuan luas lahan yang digunakan jika dibandingkan dengan tanaman darat. Mikroalga jenis Chlorella sp diketahui mengandung komponen lipid cukup tinggi yaitu sebesar 14-22%. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi minyak mikroalga dengan n-heksana, reaksi transesterifikasi minyak mikroalga dan metanol dengan katalis KOH, dilanjutkan dengan filtrasi untuk memisahkan produk biodiesel dengan gliserol yang terbentuk. Untuk mengetahui kandungan kimia dalam bahan baku dan produk, minyak hasil ekstraksi mikroalga dan biodiesel yang dihasilkan dianalisis dengan GC-MS. Dari hasil uji GC-MS diketahui dua kandungan asam lemak terbesar dalam minyak mikroalga, yaitu Dodecanoic acid sebesar 59.52% dan n-Decanoic acid sebesar 12.64%. Dari proses transesterifikasi, yield biodiesel yang diperoleh sebesar 59.85% dengan densitas 0.88 g/cm3. Kandungan kimia biodiesel diketahui terdiri dari senyawa Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 15.4% dan Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) sebesar 21.14%.Biodiesel is one of the alternative energy which expected to provide a solution towards our dependence of fossil fuel. Biodiesel could be synthesized from vegetable oil through transesterification process. One of the most potential sources of vegetable oil is microalgae which is more productive than a land-based plant. One of the species of microalgae which is Chlorella sp is known for containing high lipid content from 14 to 22%. The steps of the research including extraction of microalgae oil using n-hexane, transesterification reaction between microalgae and methanol using KOH as a catalyst, and continued by filtration to separate the biodiesel product with the glycerol. To determine the chemical compound of the raw material and the product, the oil of the extracted microalgae and the biodiesel were analyzed using GC-MS. The GC-MS test shows two biggest fatty acid compound are Dodecanoic acid which is 59.52% and n-Decanoic acid which is 12.64%. From the transesterification process, the obtained biodiesel yield is 59.85% with density of 0.88 g/cm3. The chemical compound of the biodiesel known as fatty Acid Methyl Ester (FAME) which is 15.4% and Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) which is 21.14%.
SINTESIS BIOKOAGULAN BERBASIS KITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK PENGOLAHAN AIR SUNGAI YANG TERCEMAR LIMBAH INDUSTRI JAMU DENGAN KANDUNGAN PADATAN TERSUSPENSI TINGGI Ihsani, Shofia Lathifa; Widyastuti, Catur Rini
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 3, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v3i2.3700

Abstract

Koagulan sintetik telah umum digunakan untuk penjernihan air. Meskipun koagulan tersebut kelihatan lebih praktis dalam penggunaan dan mudah diperoleh tetapi pemakaian koagulan sintetik yang berlebih justru akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi lingkungan maupun kesehatan karena koagulan jenis ini tidak mudah terbiodegradasi. Eksplorasi terhadap material alami, yang lebih ramah lingkungan namun mempunyai potensi yang baik perlu terus dikaji. Keunggulan kitosan sebagai koagulan adalah sifatnya tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi, tidak mencemari lingkungan, dan mudah bereaksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Dengan demikian diharapkan bahwa koagulan yang diperoleh dari kulit udang adalah bahan yang ramah lingkungan dan mempunyai nilai tambah yang tinggi. Pada tugas akhir ini, isolasi kitosan dilakukan melalui tiga tahap yaitu deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Deproteinasi dilakukan dengan melarutkan kulit udang menggunakan NaOH 5% (b/v) pada perbandingan 1:10 (gr/mL) dan direfluks selama 1 jam pada suhu 650C. Sedangkan demineralisasi dilakukan dengan melarutkan serbuk hasil deproteinasi dengan HCl 1M dengan perbandingan 1:15 (g/mL) dan direfluks selama 2 jam pada suhu 650C. Serbuk kitin hasil demineralisasi selanjutnya diproses lebih lanjut dengan mereaksikan kitin menggunakan NaOH 50%(b/v) dengan perbandingan 1:15 (gr/mL) dan direfluks selama 4 jam pada suhu 1000C. Kitosan yang diperoleh diaplikasikan sebagai biokoagulan untuk menjernihkan air sungai yang tercemar limbah industri. Variabel yang diteliti adalah konsentrasi kitosan 0,01 %, 0,4%, 1%, 1,5%, 2%. Kemudian sampel limbah yang sudah diolah diuji pH dan tingkat kekeruhannya. Hasil proses deproteinasi kulit udang menghasilkan rendemen 55,55%, sedangkan proses demineralisasi menghasilkan rendemen 32,65%. Pada proses deasetilasi kitin dari kulit udang menghasilkan rendemen sebesar 69,25%, sedangkan rendemen kitosan yang diperoleh sebanyak 12,466%. Dari hasil uji FTIR diketahui derajat deasetilasi kitin dan kitosan berturut-turut adalah 27,7462 % dan 80,064 %. Dari hasil uji air limbah yang sudah diolah diketahui bahwa penurunan optimum diperoleh dari penambahan kitosan konsentrasi 0,4% dengan penurunan kekeruhan sebanyak 86,07%. The synthetic coagulant has been commonly used for purifying water. Although this coagulant seems more practise to use and easy to find, its applications affect the environment since they are not biodegradable. Therefore, the new natural materials has great potential to be explored. Chitosan has been known as a great multi-function material. The advantages of chitosan as coagulant relates to its characteristic that is not toxic, easy to biodegrade, not polute the environment, and easy to react with organic substances such as protein. Chitin and Chitosan are carbohydrate compounds produced by seafood waste, especially from shrimps, crabs, squids and oyster. The isolation of Chitosan was done in two steps. They were deproteinization and demineralization. Deproteinization was done by dissolving the shrimp’s shells using NaOH solution 5%(w/v) with ratio of 1:10 (g/mL) and refluxed for an hour in 650C. Whereas the demineralization was done by dissolving the deproteinized powder using HCl 1 M 1:15 (g/mL) and refkuxed for two hours in 650C. Then, the demineralized chitin was further processed to chitosan by deacetylation using NaOH 50% (w/v) with the ratio of 1:15 (g/mL) and refluxed for four hours in 1000C. Then, chitosan powder was used as coagulant for purifying the water of river that is contaminated with industrial waste. The examined variables were chitosan concentration of 0.01%, 0.4%, 1%, 1.5%, and 2%. The treated waste was then analized by measuring the pH and the degree of turbidity. The yield of chitin from deproteination, demineralization, and deacetylation were 55.55%, 32,65%, and 69.25% respectively. While the yield of chitosan was 12.47%. The FTIR analysis showed the degree of deacetylation of chitin and chitosan were 27.75% and 80.06%, respectively. The coagulant made of chitosan could reduce the turbidity of the water up to 86.07% with the chitosan concentration of 0.4%.
KATALIS HETEROGEN DARI ABU VULKANIK UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA 1,2 CHLORELLA Sp Widyastuti, Catur Rini; Hartanto, Dhoni
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 13, No 1 (2015): June 2015
Publisher : Unnes Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v13i1.5330

Abstract

Proses produksi biodiesel secara konvensional menggunakan bahan baku yang terbatas jumlahnya, proses yang rumit, dan banyaknya limbah yang dihasilkan menyebabkan produksi biodiesel dalam skala besar tidak dapat direalisasikan dengan mudah. Mikroalga merupakan sumber bahan alam terbarukan yang sangat potensial untuk produksi biodiesel karena kandungan minyaknya yang tinggi, kecepatannya tumbuh pada lahan yang terbatas, serta merupakan produk non-pangan. Salah satu jenis mikroalga dengan kandungan minyak yang relatif besar (28-32% berat kering) adalah mikroalga Chlorella sp. Selain bahan baku, pemilihan proses yang lebih sederhana dan ekonomis perlu dikembangkan. Selama ini, proses produksi biodiesel konvensioanal banyak menghasilkan air limbah pada tahap pemisahan produk dari katalis yang larut dan produk samping yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses pemisahan tersebut, jenis katalis heterogen dapat digunakan untuk menggantikan katalis homogen alkali yang biasa digunakan. Katalis padat tersebut dapat disintesis dari abu vulkanik yang mengandung unsur-unsur seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, MnO, CaO, MgO, Na2O, K2O, P2O5, serta beberapa elemen minor seperti Zr, Sr, dan V. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis katalis dan aktivitasnya dalam reaksi transesterifikasi minyak mikroalga Chlorella sp menjadi biodiesel. Tahap awal penelitian yang dilakukan adalah preparasi minyak mikroalga yang akan digunakan untuk uji aktivitas katalis. Minyak mikroalga diperoleh dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana. Rendemen minyak yang diperoleh sebesar 12,26%. Dari hasil uji GC-MS diketahui dua kandungan asam lemak terbesar dalam minyak mikroalga, yaitu Dodecanoic acid sebesar 59.52% dan n-Decanoic acid sebesar 12.64%. Selanjutnya minyak mikroalga direaksikan dengan metanol dengan rasio molar 1:6 menggunakan jenis katalis yang disintesis dari abu vulkanik. Preparasi katalis dilakukan dengan dua metode yang berbeda, yaitu refluks dengan larutan H2SO4 2M dan secara alkali hidrotermal menggunakan larutan NaOH 2M. Reaksi transesterifikasi berlangsung pada suhu 60 oC dengan penambahan katalis padat sebanyak 5% selama 60 menit. Yield biodiesel yang diperoleh dari reaksi menggunakan katalis yang dipreparasi dengan larutan H2SO4 adalah 28,27% dengan densitas 0,684 g/mL. Sedangkan reaksi dengan katalis yang dipreparasi secara alkali hidrotermal menghasilkan biodiesel sebanyak 23% dengan densitas 0,69 g/mL.
KATALIS HETEROGEN DARI ABU VULKANIK UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA CHLORELLA SP Widyastuti, Catur Rini; Hartanto, Dhoni
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 12, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Unnes Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v12i2.5430

Abstract

Selama ini, proses produksi biodiesel konvensioanal banyak menghasilkan air limbah pada tahap pemisahan produk dari katalis yang larut dan produk samping yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses pemisahan tersebut, jenis katalis heterogen dapat digunakan untuk menggantikan katalis homogen alkali yang biasa digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis katalis dan aktivitasnya dalam reaksi transesterifikasi minyak mikroalga Chlorella sp menjadi biodiesel. Tahap awal penelitian yang dilakukan adalah preparasi minyak mikroalga yang akan digunakan untuk uji aktivitas katalis. Minyak mikroalga diperoleh dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana. Rendemen minyak yang diperoleh sebesar 12,26%. Dari hasil uji GC-MS diketahui dua kandungan asam lemak terbesar dalam minyak mikroalga, yaitu Dodecanoic acid sebesar 59.52% dan n-Decanoic acid sebesar 12.64%. Selanjutnya minyak mikroalga direaksikan dengan metanol dengan rasio molar 1:6 menggunakan katalis yang disintesis dari abu vulkanik. Preparasi katalis dilakukan dengan dua metode yang berbeda, yaitu refluks dengan larutan H 2 SO 2 M dan secara alkali hidrotermal menggunakan larutan NaOH 2M. Reaksi transesterifikasi berlangsung pada suhu 60 o 4 C dengan penambahan katalis padat sebanyak 5% selama 60 menit. Yield biodiesel yang diperoleh dari reaksi menggunakan katalis yang dipreparasi dengan larutan H 2 SO adalah 28,27% dengan densitas 0,684 g/ mL. Sedangkan reaksi dengan katalis yang dipreparasi secara alkali hidrotermal menghasilkan biodiesel sebanyak 23% dengan densitas 0,69 g/mL.
Production of Furfural from Corncobs Agricultural Waste by Acid Hydrolysis at Atmospheric Pressure Widyastuti, Catur Rini; Istiqomah, Istiqomah
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 3, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v3i2.5765

Abstract

Corncob is the renewable agricultural biomass which has great potency to be developed into useful chemical. It can be used as raw material for producing furfural as it contains high concentration of pentosan up to 32%. Furfural is a useful chemical intermediate which may be further processed into other valuable products, such as furan, furoic acid, and furfuryl alcohol. Furfural is also an important chemical solvent. The aim of this research was to optimize the production process and maximize the yield of furfural. The research was conducted in three steps which included pretreatment of raw material, hydrolysis, and distillation. Corncobs was ground to form powder with a maximum particle size of 150 mesh and then hydrolysed in a stirred reactor using H2SO4 at temperature variation of 80oC, 90oC, and 100oC for 2 hr, 3 hr, and 4 hr at atmospheric pressure. The hydrolysate was filtrated and the filtrate was added by toluene and being kept for 12 hours. The product was separated by distillation at 110oC. The result showed the highest yield of furfural from corncobs was 31% which obtained by acid hydrolysis at 100oC for 4 hours. Analysis using GC-MS identified furfural in the product and several impurities, such as toluene, 1,5-heptadien-3-yne, and benzaldehyde.
SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA Chlorella vulgaris DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KOH Widyastuti, Catur Rini; Dewi, Ayu Candra
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 3, No 1 (2014): June 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v3i1.3099

Abstract

Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang dianggap mampu menjawab permasalahan kelangkaan bahan bakar minyak. Biodiesel dapat disintesis dari minyak nabati melalui reaksi transesterifikasi. Sumber minyak nabati yang potensial adalah mikroalga yang memiliki produktifitas minyak yang lebih tinggi per satuan luas lahan yang digunakan jika dibandingkan dengan tanaman darat. Mikroalga jenis Chlorella sp diketahui mengandung komponen lipid cukup tinggi yaitu sebesar 14-22%. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi minyak mikroalga dengan n-heksana, reaksi transesterifikasi minyak mikroalga dan metanol dengan katalis KOH, dilanjutkan dengan filtrasi untuk memisahkan produk biodiesel dengan gliserol yang terbentuk. Untuk mengetahui kandungan kimia dalam bahan baku dan produk, minyak hasil ekstraksi mikroalga dan biodiesel yang dihasilkan dianalisis dengan GC-MS. Dari hasil uji GC-MS diketahui dua kandungan asam lemak terbesar dalam minyak mikroalga, yaitu Dodecanoic acid sebesar 59.52% dan n-Decanoic acid sebesar 12.64%. Dari proses transesterifikasi, yield biodiesel yang diperoleh sebesar 59.85% dengan densitas 0.88 g/cm3. Kandungan kimia biodiesel diketahui terdiri dari senyawa Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 15.4% dan Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) sebesar 21.14%.Biodiesel is one of the alternative energy which expected to provide a solution towards our dependence of fossil fuel. Biodiesel could be synthesized from vegetable oil through transesterification process. One of the most potential sources of vegetable oil is microalgae which is more productive than a land-based plant. One of the species of microalgae which is Chlorella sp is known for containing high lipid content from 14 to 22%. The steps of the research including extraction of microalgae oil using n-hexane, transesterification reaction between microalgae and methanol using KOH as a catalyst, and continued by filtration to separate the biodiesel product with the glycerol. To determine the chemical compound of the raw material and the product, the oil of the extracted microalgae and the biodiesel were analyzed using GC-MS. The GC-MS test shows two biggest fatty acid compound are Dodecanoic acid which is 59.52% and n-Decanoic acid which is 12.64%. From the transesterification process, the obtained biodiesel yield is 59.85% with density of 0.88 g/cm3. The chemical compound of the biodiesel known as fatty Acid Methyl Ester (FAME) which is 15.4% and Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) which is 21.14%.
SINTESIS BIOKOAGULAN BERBASIS KITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK PENGOLAHAN AIR SUNGAI YANG TERCEMAR LIMBAH INDUSTRI JAMU DENGAN KANDUNGAN PADATAN TERSUSPENSI TINGGI Ihsani, Shofia Lathifa; Widyastuti, Catur Rini
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 3, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v3i2.3700

Abstract

Koagulan sintetik telah umum digunakan untuk penjernihan air. Meskipun koagulan tersebut kelihatan lebih praktis dalam penggunaan dan mudah diperoleh tetapi pemakaian koagulan sintetik yang berlebih justru akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi lingkungan maupun kesehatan karena koagulan jenis ini tidak mudah terbiodegradasi. Eksplorasi terhadap material alami, yang lebih ramah lingkungan namun mempunyai potensi yang baik perlu terus dikaji. Keunggulan kitosan sebagai koagulan adalah sifatnya tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi, tidak mencemari lingkungan, dan mudah bereaksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Dengan demikian diharapkan bahwa koagulan yang diperoleh dari kulit udang adalah bahan yang ramah lingkungan dan mempunyai nilai tambah yang tinggi. Pada tugas akhir ini, isolasi kitosan dilakukan melalui tiga tahap yaitu deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Deproteinasi dilakukan dengan melarutkan kulit udang menggunakan NaOH 5% (b/v) pada perbandingan 1:10 (gr/mL) dan direfluks selama 1 jam pada suhu 650C. Sedangkan demineralisasi dilakukan dengan melarutkan serbuk hasil deproteinasi dengan HCl 1M dengan perbandingan 1:15 (g/mL) dan direfluks selama 2 jam pada suhu 650C. Serbuk kitin hasil demineralisasi selanjutnya diproses lebih lanjut dengan mereaksikan kitin menggunakan NaOH 50%(b/v) dengan perbandingan 1:15 (gr/mL) dan direfluks selama 4 jam pada suhu 1000C. Kitosan yang diperoleh diaplikasikan sebagai biokoagulan untuk menjernihkan air sungai yang tercemar limbah industri. Variabel yang diteliti adalah konsentrasi kitosan 0,01 %, 0,4%, 1%, 1,5%, 2%. Kemudian sampel limbah yang sudah diolah diuji pH dan tingkat kekeruhannya. Hasil proses deproteinasi kulit udang menghasilkan rendemen 55,55%, sedangkan proses demineralisasi menghasilkan rendemen 32,65%. Pada proses deasetilasi kitin dari kulit udang menghasilkan rendemen sebesar 69,25%, sedangkan rendemen kitosan yang diperoleh sebanyak 12,466%. Dari hasil uji FTIR diketahui derajat deasetilasi kitin dan kitosan berturut-turut adalah 27,7462 % dan 80,064 %. Dari hasil uji air limbah yang sudah diolah diketahui bahwa penurunan optimum diperoleh dari penambahan kitosan konsentrasi 0,4% dengan penurunan kekeruhan sebanyak 86,07%. The synthetic coagulant has been commonly used for purifying water. Although this coagulant seems more practise to use and easy to find, its applications affect the environment since they are not biodegradable. Therefore, the new natural materials has great potential to be explored. Chitosan has been known as a great multi-function material. The advantages of chitosan as coagulant relates to its characteristic that is not toxic, easy to biodegrade, not polute the environment, and easy to react with organic substances such as protein. Chitin and Chitosan are carbohydrate compounds produced by seafood waste, especially from shrimps, crabs, squids and oyster. The isolation of Chitosan was done in two steps. They were deproteinization and demineralization. Deproteinization was done by dissolving the shrimp’s shells using NaOH solution 5%(w/v) with ratio of 1:10 (g/mL) and refluxed for an hour in 650C. Whereas the demineralization was done by dissolving the deproteinized powder using HCl 1 M 1:15 (g/mL) and refkuxed for two hours in 650C. Then, the demineralized chitin was further processed to chitosan by deacetylation using NaOH 50% (w/v) with the ratio of 1:15 (g/mL) and refluxed for four hours in 1000C. Then, chitosan powder was used as coagulant for purifying the water of river that is contaminated with industrial waste. The examined variables were chitosan concentration of 0.01%, 0.4%, 1%, 1.5%, and 2%. The treated waste was then analized by measuring the pH and the degree of turbidity. The yield of chitin from deproteination, demineralization, and deacetylation were 55.55%, 32,65%, and 69.25% respectively. While the yield of chitosan was 12.47%. The FTIR analysis showed the degree of deacetylation of chitin and chitosan were 27.75% and 80.06%, respectively. The coagulant made of chitosan could reduce the turbidity of the water up to 86.07% with the chitosan concentration of 0.4%.
KATALIS HETEROGEN DARI ABU VULKANIK UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA 1,2 CHLORELLA Sp Widyastuti, Catur Rini; Hartanto, Dhoni
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 13, No 1 (2015): June 2015
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v13i1.5330

Abstract

Proses produksi biodiesel secara konvensional menggunakan bahan baku yang terbatas jumlahnya, proses yang rumit, dan banyaknya limbah yang dihasilkan menyebabkan produksi biodiesel dalam skala besar tidak dapat direalisasikan dengan mudah. Mikroalga merupakan sumber bahan alam terbarukan yang sangat potensial untuk produksi biodiesel karena kandungan minyaknya yang tinggi, kecepatannya tumbuh pada lahan yang terbatas, serta merupakan produk non-pangan. Salah satu jenis mikroalga dengan kandungan minyak yang relatif besar (28-32% berat kering) adalah mikroalga Chlorella sp. Selain bahan baku, pemilihan proses yang lebih sederhana dan ekonomis perlu dikembangkan. Selama ini, proses produksi biodiesel konvensioanal banyak menghasilkan air limbah pada tahap pemisahan produk dari katalis yang larut dan produk samping yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses pemisahan tersebut, jenis katalis heterogen dapat digunakan untuk menggantikan katalis homogen alkali yang biasa digunakan. Katalis padat tersebut dapat disintesis dari abu vulkanik yang mengandung unsur-unsur seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, MnO, CaO, MgO, Na2O, K2O, P2O5, serta beberapa elemen minor seperti Zr, Sr, dan V. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis katalis dan aktivitasnya dalam reaksi transesterifikasi minyak mikroalga Chlorella sp menjadi biodiesel. Tahap awal penelitian yang dilakukan adalah preparasi minyak mikroalga yang akan digunakan untuk uji aktivitas katalis. Minyak mikroalga diperoleh dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana. Rendemen minyak yang diperoleh sebesar 12,26%. Dari hasil uji GC-MS diketahui dua kandungan asam lemak terbesar dalam minyak mikroalga, yaitu Dodecanoic acid sebesar 59.52% dan n-Decanoic acid sebesar 12.64%. Selanjutnya minyak mikroalga direaksikan dengan metanol dengan rasio molar 1:6 menggunakan jenis katalis yang disintesis dari abu vulkanik. Preparasi katalis dilakukan dengan dua metode yang berbeda, yaitu refluks dengan larutan H2SO4 2M dan secara alkali hidrotermal menggunakan larutan NaOH 2M. Reaksi transesterifikasi berlangsung pada suhu 60 oC dengan penambahan katalis padat sebanyak 5% selama 60 menit. Yield biodiesel yang diperoleh dari reaksi menggunakan katalis yang dipreparasi dengan larutan H2SO4 adalah 28,27% dengan densitas 0,684 g/mL. Sedangkan reaksi dengan katalis yang dipreparasi secara alkali hidrotermal menghasilkan biodiesel sebanyak 23% dengan densitas 0,69 g/mL.
KATALIS HETEROGEN DARI ABU VULKANIK UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA CHLORELLA SP Widyastuti, Catur Rini; Hartanto, Dhoni
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 12, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v12i2.5430

Abstract

Selama ini, proses produksi biodiesel konvensioanal banyak menghasilkan air limbah pada tahap pemisahan produk dari katalis yang larut dan produk samping yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses pemisahan tersebut, jenis katalis heterogen dapat digunakan untuk menggantikan katalis homogen alkali yang biasa digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis katalis dan aktivitasnya dalam reaksi transesterifikasi minyak mikroalga Chlorella sp menjadi biodiesel. Tahap awal penelitian yang dilakukan adalah preparasi minyak mikroalga yang akan digunakan untuk uji aktivitas katalis. Minyak mikroalga diperoleh dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana. Rendemen minyak yang diperoleh sebesar 12,26%. Dari hasil uji GC-MS diketahui dua kandungan asam lemak terbesar dalam minyak mikroalga, yaitu Dodecanoic acid sebesar 59.52% dan n-Decanoic acid sebesar 12.64%. Selanjutnya minyak mikroalga direaksikan dengan metanol dengan rasio molar 1:6 menggunakan katalis yang disintesis dari abu vulkanik. Preparasi katalis dilakukan dengan dua metode yang berbeda, yaitu refluks dengan larutan H 2 SO 2 M dan secara alkali hidrotermal menggunakan larutan NaOH 2M. Reaksi transesterifikasi berlangsung pada suhu 60 o 4 C dengan penambahan katalis padat sebanyak 5% selama 60 menit. Yield biodiesel yang diperoleh dari reaksi menggunakan katalis yang dipreparasi dengan larutan H 2 SO adalah 28,27% dengan densitas 0,684 g/ mL. Sedangkan reaksi dengan katalis yang dipreparasi secara alkali hidrotermal menghasilkan biodiesel sebanyak 23% dengan densitas 0,69 g/mL.