Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENGARUH RANCANGAN DENAH TERHADAP RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TIPE 36 DI KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Rafik, Aunur; Hadi, Sofwan
POROS TEKNIK Vol 3, No 2 (2011)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah tipe 36 dapat dibangun dengan bermacam-macam variasi denah. Namun variasi rancangan denah akan berpengaruh pada biaya pekerjaannya, karena banyaknya variasi rancangan denah untuk membangun rumah tipe 36 sehingga sulit menentukan rancang-an denah yang akan digunakan agar diperoleh biaya pekerjaannya yang terjang-kau.Tujuan dari menghitung biaya pekerjaan model A,B, dan C untuk mengetahui cara menghitung biaya pekerjaan untuk membangun rumah tipe 36 dan mengetahui model mana yang lebih ekonomis dari segi biayanya.Metode yang digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan tentang pengaruh rancangan denah terhadap Rencana Anggaran Biaya rumah tipe 36  adalah observasi la-pangan, metode deskriptif dan metode komperatif. Data-data yang diperlukan adalah daf-tar upah dan harga bahan bangunan, data harga satuan pekerjaan dan gambar kerja. Rencana lokasi  yaitu kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.Bagian pekerjaan yang membedakan biaya pekerjaan dari ketiga model tersebut adalah pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi/tanah/lantai, pekerjaan beton bertulang, pe-kerjaan plesteran/dinding/plafon dan pekerjaan pengecatan. Biaya pekerjaan rumah tipe 36 model A memerlukan total biaya pekerjaan Rp 82.775.000,00, model B memerlukan total biaya pekerjaan Rp 84.854.000,00, model C memerlukan total biaya pekerjaan Rp 81.644.000,00. Dari total biaya pekerjaan antara model A, B dan C diperoleh model rumah tipe 36 yang paling efisien dari segi biayanya yaitu model C..
IDENTIFIKASI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANJARMASIN Rafik, Aunur; Rahmani, Rudy
INTEKNA Vol 11, No 2 (2011)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota sebagai “paru-paru kota” merupakan salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur ulang antara gas karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2), hasil fotosintesis khususnya pada dedaunan. Sistem tata hijau ini berfungsi layaknya ventilasi udara dalam rumah (bangunan). Lebih dari itu, masih banyak fungsi RTH ter-masuk fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik, secara aktif maupun pasif, yang diwujudkan dalam sistem koridor hijau sebagai alat pengendali tata ruang atau lahan dalam suatu sistem RTH kota. Kebutuhan RTH masih sangat tinggi karena lahan kota yang terbatas. RTH kota biasanya didesain sedemikian rupa sehingga terlihat tetap indah, nyaman dan tetap memiliki fungsi yang baik. Untuk itu dalam upaya mengatasi masalah tersebut maka dilakukan Penerapan Sistem Informasi Sebaran RTH yang tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak RTH yang ada di kota Banjarmasin.Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi lapangan dan wawancara instansi terkait. Studi kasus yang dilakukan adalah RTH pada kota Banjarmasin yang meliputi Kecamatan Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Utara , Banjarmasin Timur, Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Selatan.Hasil penelitian menunjukkan sebaran ruang terbuka hijau Kota Banjarmasin yang masih tidak merata dan  jumlahnya kurang. Sehingga  merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah agar dapat dilakukan pengembangan dan pembangunan ruang terbuka hijau. Untuk itu direkomendasikan perlunya dilakukan pengembangan dan peningkatan terhadap jumlah ruang terbuka hijau.
PERBANDINGAN ANGGARAN BIAYA RUMAH PASANGAN KAYU DAN RUMAH PASANGAN KALSIBOARD TYPE 45 DI BANJARMASIN Rafik, Aunur; Dani, Umar
INTEKNA Vol 12, No 2 (2012)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guna mengatasi kelangkaan material kayu dan semakin meningkatnya harga kayu di pa-saran dan dimensi yang tidak stabil, maka diperlukan alternatif lain guna menunjang perkembangan dunia kostruksi di Indonesia. Hal ini menjadikan kalsiboard sebagai alter-natif bahan bangunan yang memiliki beberapa kelebihan dari solusi lain, selain memiliki dimensi stabil kalsi juga memiliki banyak pilihan sesuai dengan aplikasi yang diinginkan. Untuk itu perlu diadakan kajian anggaran biaya untuk mengetahui material mana yang lebih murah antara kayu dan kalsiboard.Metode deskriftif dan komperatif digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan anggaran biaya difokuskan pada pekerjaan material lantai, dinding, plafond dan kap atap pada rumah tipe 45 kemudian dilakukan perbandingan biaya antara kedua rumah tersebut. Hasil dari perbandingan tersebut berdasarkan perhitungan adalah rumah pasangan kayu  adalah Rp. 87.089.500 dan untuk rumah kalsiboard Rp. 84.892.600, didapatkan selisih sebesar Rp. 2.196.900 lebih murah rumah pasangan kalsiboard.
IDENTIFIKASI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANJARMASIN Rafik, Aunur; Rahmani, Rudy
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 11 No 2 (2011)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tinjauan Perbandingan Biaya Penggunaan Bekisting Kolom Kayu, Plywood Dan Sistem Peri (PERI LICO) Rafik, Aunur; Cahyani, Rinova Firman
Jurnal Teknik Sipil Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Juni 2017
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.682 KB) | DOI: 10.31961/gradasi.v1i1.409

Abstract

Hutan semakin lama semakin berkurang dengan cepat sehingga kayu pun semakin langka. Kayu bekisting semakin lama semakin sulit didapat menjadikan kebutuhan kayu terus meningkat. Seiring dengan perkembangan teknologi konstruksi, salah satu langkah untuk menghemat penggunaan bekisting adalah dengan menggunakan sistem bekisting modern seperti Peri Sistem ataupun menggunakan bekisting plywood. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan cara menjelaskan dan menghitung penggunaan bekisting kayu, plywood, dan Peri Sistem (Sistem Lico). Serta penelitian komparatif yang bersifat membandingkan perbedaan biaya antara penggunaan bekisting kolom tersebut. Hasil perhitungan didapat biaya penggunaan bekisting kayu perkolom Rp. 1.015.350,00 biaya penggunaan bekisting plywood perkolom Rp. 1.259.350,00 biaya penggunaan bekisting Sistem Lico (harga beli) perkolom Rp. 33.273.680,00 serta biaya penggunaan bekisting Sistem Lico (harga sewa) perkolom Rp. 8.864.150,00. Dari hasil tersebut terdapat selisih perbandingan biaya yang cukup jauh antara bekisting kayu, plywood, dan Sistem Lico (dalam harga sewa) yaitu 1 : 1 : 8.
Analisis Perbandingan Biaya Penggunaan Perancah Kayu Galam Dan Perancah Besi (Scaffolding) Rafik, Aunur; Cahyani, Rinova Firman
Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Juni 2018
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4785.871 KB) | DOI: 10.31961/gradasi.v2i1.512

Abstract

A scaffolding is a construction helper on building construction work. The scaffolding is made when the building work occupies a height of more than 2 meters and can not be reached by the workers. Because of the availability of galam wood in Banjarmasinis increasingly rare, thus the search for alternative material for scaffolding that is more durable, easier to get and can be used repeatedly is necessary to conduct. One of them is iron scaffolding. This research calculated and compared the cost of using galam wood scaffolding and iron scaffolding in the purchase price and rental price to find out which type of scaffolding is more economical to use. The method used in this research was descriptive method and comparative method . The locations of data retrieval were on the construction of Central Bureau of Statistics Office (BPS) South Kalimantan Province on Jl Trikora Banjarbaru and 3-storey building on Jl. Banua Anyar Banjarmasin. Based on the calculation in the area of 1m2 the cost of galam wood scaffolding work of Rp. 147,057,81, -, the iron scaffolding work in rental price of Rp. 201,033,81 and the cost of iron scaffolding in the purchase price of Rp. 2,214,161,06 obtained. These results showed that the cost of galam wood scaffolding work 26.85% cheaper than the iron scaffolding in the rental price and 15 times the cost of iron scaffolding in the purchase price. Keywords— Galam Wood Scaffolding, Iron Scaffolding, Budget Planning (RAB), Rental Price, Purchase Price
PENGARUH RANCANGAN DENAH TERHADAP RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TIPE 36 DI KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Rafik, Aunur; Hadi, Sofwan
POROS TEKNIK Vol. 3 No. 2 (2011)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PERBANDINGAN ANGGARAN BIAYA RUMAH PASANGAN KAYU DAN RUMAH PASANGAN KALSIBOARD TYPE 45 DI BANJARMASIN Rafik, Aunur; Dani, Umar
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 12 No 2 (2012)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh Penggunaan Bata Merah Dan Bata Ringan Terhadap Dimensi Pondasi Dan Harga Rumah Tipe 54 Rafik, Aunur; Humaidi, Muhammad; Cahyani, Rinova Firman
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 18 No 1 (2018): Vol 18 No 1 (2018): Jurnal INTEKNA, Volume 18, No. 1, Mei 2018: 1-66
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/intekna.v18i1.548

Abstract

Keamanan dan kenyamanan merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dalam membangun sebuah rumah. Sering terjadi kasus ambruknya rumah yang diakibatkan karena tidak kuatnya struktur rumah. Pemilihan material penyusun dinding menjadi penting diperhatikan karena penurunan struktur pondasi juga diakibatkan beratnya beban dinding. Terutama bangunan rumah pada daerah rawa atau tanah lunak. Bata ringan menjadi bahan baku alternatif dalam pekerjaan pasangan dinding. Perbedaan bentuk, ukuran dan berat pada bata merah dan bata ringan mempengaruhi beban yang ditanggung oleh elemen struktur bangunan seperti balok, kolom dan pondasi. Penelitian ini menganalisis pengaruh material dinding berupa bata merah dan bata ringan terhadap dimensi struktur bawah/pondasi dan harga untuk rumah tipe 54. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana pengaruh material bata merah dan bata ringan terhadap dimensi struktur pondasi. Sedangkan metode komparatif digunakan untuk membandingkan hasil perhitungan harga rumah tipe 54 antara material dinding berupa bata merah dan bata ringan. Berdasarkan analisis dan perhitungan, pondasi rumah yang pasangan dindingnya menggunakan material bata ringan dimensinya lebih kecil dan harga rumahnya lebih murah dibanding menggunakan material bata merah. Pada penggunaan bata merah harga bangunan rumah Rp 350.964.275. Sedangkan pada penggunaan bata ringan harga bangunan rumah Rp 304.350.739. Kesimpulannya penggunaan material bata ringan menjadikan harga bangunan rumah lebih murah Rp 46.613,536 (13,28 %) dibanding menggunakan material bata merah
Pengaruh Agregat Setempat Terhadap Nilai Indeks dan Biaya Pada Analisa Satuan Pekerjaan Beton f’c 20 MPa Humaidi, Muhammad; Yanuar, Khairil; Rafik, Aunur
Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 2 (2018): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Desember 2018
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.268 KB) | DOI: 10.31961/gradasi.v2i2.604

Abstract

Penggunaan material setempat yaitu agregat kasar dan agregat halus dalam pembuatan beton memiliki beberapa keuntungan yaitu mudahnya mendapatkan material, harga yang lebih murah dan biaya distribusi yang murah. Biaya distribusi dipengaruhi oleh jarak dan seberapa besar energi yang dipakai. Material setempat bisa dianggap sebagai green material karena proses distribusinya yang tidak banyak memerlukan energi. Kontraktor dalam menyusun biaya konstruksi (building cost) selain memperhatikan harga satuan juga harus memperhatikan indeks yang sesuai apabila menggunakan material setempat. Hal ini dilakukan agar biaya konstruksi yang ditawarkan kompetitif dan tetap memberikan keuntungan (profit) yang wajar. Untuk mendapatkan indeks material setempat untuk beton perlu dilakukan concrete mix design, yaitu dengan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk agregat kasar dan agregat halus serta melakukan perencangan proporsi campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Proporsi campuran beton yang didapat merupakan indeks campuran dalam satu meter kubik beton. Indeks yang didapat dengan menggunakan material setempat kemudian dibandingkan dengan indeks yang terdapat pada SNI SNI 7394:2008. Hal ini dilakukan karena besaran indeks akan mempengaruhi biaya satuan pekerjaan beton. Proporsi yang didapat kemudian dibuat dalam bentuk benda uji untuk dilakukan uji tekan beton. Uji tekan beton digunakan untuk mengetahui apakah proporsi tersebut sudah memenuhi kuat tekan yang disyaratkan. Biaya satuan pekerjaan beton didapat dengan mengalikan harga satuan material pembuat beton dengan indeks materialnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa indeks semen dan agregat kasar dari hasil concrete mix design denga material lokal leboh besar 57 kg dan 60 kg, sedangkan indeks agregat halus dan air lebih kecil 4 kg dan 30 liter dibandingkan indeks pada SNI SNI 7394:2008. Biaya yang diperlukan untuk membuat 1 m3 beton dengan agregat lokal sebesar Rp978.094,80 lebih besar dari menggunakan indeks SNI sebesar Rp. 877.918,40 atau dengan selisih 11,4%.