Masyarakat Indonesia sangat familiar dengan bambu. Bambu sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan karena memiliki banyak keuntungan antara lain harganya yang relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya, selain itu bambu juga mudah ditemukan di sekitar pemukiman. Pemanfaatan bambu dalam jumlah banyak!besar akan menghasilkan limbah bambu yang besar pula seperti sisa bahan bangunan, sisa kerajinan dan lain sebagainya. Selama limbah bambu hanya dibuang ke lingkungan, padahal limbah bambu ini merupakan kategori biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada pembuatan briket. Dengan pertimbangan sebagai energi alternatif, briket dari bahan dasar limbah bambu dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan tentunya juga memiliki nilai ekonomis. Pembuatan briket bambu didahului oleh proses pirolisis selama 5 jam dengan suhu mencapai 500°C. Pencetakan briket berbentuk silinder dengan diameter 23mm, tinggi 7cm dengan tekanan pencetakan seberat 75gr/cm2 dan dikeringkan dengan sinar matahari selama 6 jam. Briket ini menggunakan perekat limbah nasi dengan variasi 30; 35; 40; 45% dari berat briket. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan briket terbaik dengan variasi perekat 30%, dengan spesifikasi briket mempunyai kadar air sebesar 5,34%, kadar abu 8,2%, volatile matter 15,6%, laju pembakaran 0,02 gldetik, kadar karbon terikat 70,73%, dan nilai kalor sebesar 6709,50 kaVg. Berdasarkan hasil tersebut briket bambu ini telah memenuhi kualitas yang dipersyaratkan oleh SNI, kecuali pada parameter volatile matter.