Hipertensi atau tekanan darah tinggi saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang dialami oleh penduduk dunia terutama di Indonesia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg saat dilakukan pemeriksaan sebanyak 2 kali dengan rentang waktu 5 menit dalam keadaan tenang (Baharuddin, 2016). Salah satu penanganan non-farmakologi yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi adalah relaksasi otot progresif. Relaksasi otot progresif merupakan terapi dalam bentuk gerakan yang tersusun sistematis sehingga pikiran dan tubuh akan kembali ke kondisi yang lebih rileks. Relaksasi otot progresif bertujuan untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Hasanah & Tri Pakarti, 2021) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyanti, (2019) bahwa setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik 150,06 mmHg dan tekanan darah diastolik 89,83 mmHg. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Azwaldi et al., (2021) bahwa setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik 130,00 mmHg dan tekanan darah diastolik 80,00mmHg. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nugroho, 2020) Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian relaksasi otot progresif dapat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi. Dapat dilihat dari hasil penelitian ini bahwa Relaksasi otot progresif yang dilakukan 2 kali sehari selama 7 hari dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum intervensi sebesar 152,/95 mmHg dan setelah intervensi sebesar 131,/82 mmHg. Dengan rata-rata selisih nilai MAP sebelum dan sesudah intervensi 16,07 mmHg