Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Peningkatan Kemampuan Mitigasi Bencana Erupsi Merapi bagi Siswa Tunanetra Studi Kasus di SLB Negeri 1 Sleman Imanuel Adi Papa Yohanes, Kristi Dese; Zulfa, Alfiatus; Kahfi, Ashabul; Benardi, Andi Irwan
Edu Geography Vol 7 No 2 (2019): Vol 7 No 2 (2019)
Publisher : Edu Geography

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/edugeo.v7i2.30997

Abstract

Sleman Special School 1 is a special school for disabled students in the Special Province of Yogyakarta. Geographically, the school is within a 12-15 kilometer radius from the top of Mount Merapi. The lack of learning media related to disaster mitigation makes blind students not yet have an understanding and preparedness in facing disaster risk. The method used in this community research is the PALS (Participatory Action and Learning System) which places blind class students and teachers as the subject and object directly in the process of awareness, capacity building, mentoring to institutionalization. On of the, The results of this study the creation of disaster mitigation learning media in the form of a Volcano Blind Map model and increased space reading ability, mitigation, and preparedness for blind students in facing disaster risks of Merapi eruption.
Penilaian Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan Aspek Kapasitas Masyarakat di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Hayati, Rahma; Benardi, Andi Irwan; Zulfa, Alfiatus; kahfi, ashabul
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 16, No 2 (2019): July
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v16i2.20406

Abstract

Penelitian yang dilaksanakan merupakan jenis penelitian deskriptif. Data yang diambil berupa hasil penelitian yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa instrumen dan wawancara  yang dilakukan dengan mengambil sampel di Kecamatan Selo, data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa dusun pada masing-masing desa yang paling dekat dengan lereng Gunung Merapi. Penilaian kapasitas masyarakat di ukur berdasarkan empat variabel, yaitu: sosial, fisik, ekonomi dan lingkungan, sedangkan variabel untuk kapasitas pemerintah adalah legislasi, perencanaan, kelembagaan, pendanaan, pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Hasil penelitian menyatakan bahwa, kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi sebagian besar termasuk dalam kategori rendah. Kapasitas pemerintah dalam upaya pengurangan risiko bencana juga masih tergolong rendah, sebagian besar indikator masih dalam tahap perencanaan. Mitigasi struktural dan non struktural bencana erupsi masih belum tersusun dengan baik. Belum ada upaya nyata secara fisik dalam upaya pengurangan risiko bencana. Sebagian besar masyarakat juga belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang kebencanaan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat kapasitas masyarakat dan kapasitas pemerintah dalam menghadapi bencana erupsi termasuk dalam kategori rendah, maka sebaiknya pemerintah setempat dapat bekerjasama dengan masyarakat untuk dapat meningkatkan kapasitas melalui sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat secara menyeluruh.Research carried out is a type of descriptive research. Data taken in the form of results of research conducted by data collection techniques in the form of instruments and interviews conducted by taking samples in the District of Selo, the data is then analyzed descriptively quantitative. The sample used in this study was taken from several hamlets in each village closest to the slopes of Mount Merapi. Community capacity assessment is measured based on four variables, namely: social, physical, economic and environmental, while the variables for government capacity are legislation, planning, institutional, funding, capacity building and disaster management. The results of the study stated that, the capacity of the community in facing eruption disaster was mostly included in the low category. The capacity of the government in disaster risk reduction efforts is also still relatively low, most indicators are still in the planning stage. Structural and non-structural mitigation of eruption disaster is still not well structured. There has not been any real physical effort in disaster risk reduction efforts. Most of the people have never received any information about disaster. Based on the results of the study concluded that the level of community capacity and government capacity in dealing with eruption disasters is included in the low category, then the local government should be able to work with the community to be able to increase capacity through disaster socialization dissemination to the community as a whole.
PENGEMBANGAN MODEL SPASIAL KAJIAN PERLUASAN ROB TERHADAP PERUBAHAN KONDISI MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG Setyaningsih, Wahyu; Benardi, Andi Irwan; Aji, Ananto; Kahfi, Ashabul
Indonesian Journal of Conservation Vol 8, No 2 (2019): December
Publisher : Badan Pengembang Konservasi UNNES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijc.v8i2.22688

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui perluasan rob dari tahun 2019 di Kota Semarang, 2) Mengetahui perubahan kondisi sosial masyarakat yang dipengaruhi oleh banjir rob. Populasi penelitian ini yaitu daerah yang paling sering terkena bencana rob dan daerah yang menjadi perluasan rob. Lokasi penelitian berada di satu kecamatan di Kota Semarang yaitu Semarang Utara. Sampel masyarakat berjumlah 100 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling. Metode pengumpulan data berupa metode observasi, metode angket, metode wawancara, dan metode survei lapangan. Teknik analisis data berupa analisis interpretasi peta banjir rob, dan analisis deskriptif.  Hasil dari penelitian ini adalah 1) Terjadi Perluasan area banjir rob di Kota Semarang dari tahun 2017 sampai tahun 2018. 2)Terdapat perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terjadi karena perluasan banjir rob, dalam beberapa hal diantaranya yaitu perubahan bentuk rumah, kondisi kesehatan masyarakat, mata pencaharian dan pendapatan. Saran yang dikemukakan oleh peneliti diantaranya 1) Peran pemerintah dan masyarakat sangat penting sehingga diharapkan dapat bersama-sama menjaga dan merawat program yang dilaksanakan. 2) Menjaga kebersihan lingkungan tetap dilaksanakan oleh masyarakat dan juga diharapkan selalu tanggap bencana. 3) Menaati peraturan untuk tidak membangun rumah di wilayah non bangunan.
KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT JAWA DI KARIMUNJAWA (ANALISIS TINGKAT PENDIDIKAN DAN POLA INTERAKSI ANTAR ETNIK ) Benardi, Andi Irwan; Kahfi, Ashabul; Taufiqi, Khoirul
IJTIMAIYA: Journal of Social Science Teaching Vol 4, No 1 (2020): IJTIMAIYA : Journal of Social Science Teaching
Publisher : Program Studi Tadris IPS Fakultas tarbiyah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.459 KB) | DOI: 10.21043/ji.v4i1.7219

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kehidupan dan penghidupan masyarakat suku jawa di Karimunjawa terhadap tingkat pendidikan dan pola interaksi masyarakat suku jawa dengan suku lain di Karimunjawa serta persebaran penduduk suku jawa di Karimunjawa. Seperti yang telah diketahui bahwa kepulauan Karimunjawa merupakan pulau dengan heterogenitas suku, ras dan agama yang tinggi yang sangat rawan konflik. Peneliti mengumpulkan data menggunakan Instrumen, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan analisis data tabulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat suku Jawa merupakan penduduk dominas dan merata di setiap pulau Karimunjawa baik di desa Karimunjawa, desa Kemojan, desa Parang dan desa Nyamuk. Pola Interaksi yang terjalin antara suku Jawa dan suku lain terlihat baik dan terbuka dibuktikan dengan partisipasi masyarakat dalam perayaan kesenian jawa. Adapun kehidupan dan penghidupan masyarakat suku Jawa meliputi mata pencaharian, agama, pendidikan, pendapatan, dan fasilitas umum terlihat baik dan tersedia di Karimunjawa meskipun perlu adanya pembaharuan dan peningkatan di beberapa segi yaitu fasilitas pendidikan dan fasilitas Kesehatan.Kata kunci: Masyarakat Jawa, Karimunjawa, Pendidikan, Pola InteraksiThis research aims to determine how the life and livelihoods of the Javanese people in Karimunjawa affect the level of education and the interaction patterns of the Javanese people with other ethnic groups in Karimunjawa and the distribution of the Javanese population in Karimunjawa. As we know that Karimunjawa island is an island which has high ethnicity, race, and religion heterogeneity, and those can easily leads a conflict. The researcher collects the data using the interview and documentation instrument. Analysis technique uses percentage descriptive analysis and tabulation data analysis. The result of the research shows that the javanese people are dominant and  evenly spreaded in Karimunjawa village, Kemojan village, Parang village, and Nyamuk village. Interaction pattern that occurs between javanese people and other ethnic seems good and open, it is proven with their good participation in the celebration of javanese ceremonial or arts. As for the life and livelihoods of Javanese people including livelihoods, religion, education, income, and public facilities look good and are available in Karimunjawa. However, in some aspect namely educational and health facility still need a renewal and improvement.Keyword: Javanese people, Karimunjawa, Education, Interaction 
KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT JAWA DI KARIMUNJAWA (ANALISIS TINGKAT PENDIDIKAN DAN POLA INTERAKSI ANTAR ETNIK ) Benardi, Andi Irwan; Kahfi, Ashabul; Taufiqi, Khoirul
IJTIMAIYA: Journal of Social Science Teaching Vol 4, No 1 (2020): IJTIMAIYA : Journal of Social Science Teaching
Publisher : Program Studi Tadris IPS Fakultas tarbiyah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/ji.v4i1.7219

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kehidupan dan penghidupan masyarakat suku jawa di Karimunjawa terhadap tingkat pendidikan dan pola interaksi masyarakat suku jawa dengan suku lain di Karimunjawa serta persebaran penduduk suku jawa di Karimunjawa. Seperti yang telah diketahui bahwa kepulauan Karimunjawa merupakan pulau dengan heterogenitas suku, ras dan agama yang tinggi yang sangat rawan konflik. Peneliti mengumpulkan data menggunakan Instrumen, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan analisis data tabulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat suku Jawa merupakan penduduk dominas dan merata di setiap pulau Karimunjawa baik di desa Karimunjawa, desa Kemojan, desa Parang dan desa Nyamuk. Pola Interaksi yang terjalin antara suku Jawa dan suku lain terlihat baik dan terbuka dibuktikan dengan partisipasi masyarakat dalam perayaan kesenian jawa. Adapun kehidupan dan penghidupan masyarakat suku Jawa meliputi mata pencaharian, agama, pendidikan, pendapatan, dan fasilitas umum terlihat baik dan tersedia di Karimunjawa meskipun perlu adanya pembaharuan dan peningkatan di beberapa segi yaitu fasilitas pendidikan dan fasilitas Kesehatan.Kata kunci: Masyarakat Jawa, Karimunjawa, Pendidikan, Pola InteraksiThis research aims to determine how the life and livelihoods of the Javanese people in Karimunjawa affect the level of education and the interaction patterns of the Javanese people with other ethnic groups in Karimunjawa and the distribution of the Javanese population in Karimunjawa. As we know that Karimunjawa island is an island which has high ethnicity, race, and religion heterogeneity, and those can easily leads a conflict. The researcher collects the data using the interview and documentation instrument. Analysis technique uses percentage descriptive analysis and tabulation data analysis. The result of the research shows that the javanese people are dominant and  evenly spreaded in Karimunjawa village, Kemojan village, Parang village, and Nyamuk village. Interaction pattern that occurs between javanese people and other ethnic seems good and open, it is proven with their good participation in the celebration of javanese ceremonial or arts. As for the life and livelihoods of Javanese people including livelihoods, religion, education, income, and public facilities look good and are available in Karimunjawa. However, in some aspect namely educational and health facility still need a renewal and improvement.Keyword: Javanese people, Karimunjawa, Education, Interaction 
“Guiding Block Performance” sebagai Solusi Untuk Mengekspresikan Tarian Pakkarena Bagi Perempuan Penyandang Tunanetra di Makassar Sulawesi Selatan Kahfi, Ashabul; Saputra, Andi Taslim; Addas, Rahmawati; Rofii, Andi Afif
JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia Vol 2, No 2 (2020): JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/jpai.2.2.2020.30725

Abstract

Salah satu hal yang cukup ironi adalah terbatasnya ruang gerak bagi penyandang tunanetra, terutama dalam konteks pendidikan, sarana, lahan kerja, dan wadah berkesenian. Cara dunia bekerja pada hari ini begitu mengabaikan orang-orang yang menyandang tunanetra, yang sebenarnya penyandang tunanetra sangat sulit untuk menghadirkan alat-alat yang mendukung aktivitasnya. Sebagaimana yang diajukan alat oleh kelompok ini memilih aktivitas kesenian yang menjadi salah satu sandaran agar tetap mampu merayakan keinginan mengekspresikan diri penyandang tunanetra. Produk Guiding Block Performance yang bisa menjadi penunjuk arah di atas panggung pertunjukan dan mempunyai nilai fungsi yang lebih dibanding lantai panggung pertunjukan saat ini yang diperuntukkan untuk penyandang tunanetra. Sehingga Guiding Block Performance ini bermanfaat khususnya bagipenyandang tunanetra yang selama ini tidak mendapatkan perhatian khusus dalam mengekspresikan jiwa seninya dalam konteks seni pertunjukan, khususnya tari. Hasil yang dicapai pada pelaksanaan ini menciptakan sebuah desain baru Guiding Block yang diperuntukkan khusus untuk penyandang tunanetra. Adapun desain guiding itu terdiri dari dua bentuk, yakni desain guiding block dengan enam tanda panduan dan desain pola lantai untuk Guiding Block Performance. Dengan kehadiran alat ini maka menjadi alat advokasi yang terhubung ke pemerintah untuk kembali memperhatikan fungsi dan posisi Guiding Block yang bermanfaat bagi kehidupan penyandang tunanetra. Upaya-upaya menciptakan ruang publik yang ramah bagi penyandang tunanetra dengan inisiatif aksi berkesenian. Sebab tubuh manusia membutuhkan asupan nilai estetis. Ekspresi tari yang menghadirkan kepekaan spiritual dan estetis juga patut diperjuangkan untuk penyandang tunanetra.
GAMBARAN TOKOH WALISONGO DALAM BABAD TANAH JAWI Fanani, Ahwan; Kahfi, Ashabul
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 14, No 2: 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.14.2.158-175

Abstract

Walisongo figures are well-known as preachers of Islam in Java. They lived in 15th until 16th Century. Their story is popular through oral tradition as well as Javanese literature, one of which is Babad Tanah Jawi. The record of Walisongo in Babad Tanah Jawi cannot be separated from the function of Babad literature as legitimate source for Mataram Power. This article seeks to reveal the description of several Walisongo figures in Babad Tanah Jawi. The article employs literature study as starting point and focuses on intrinsic reading of Babad Tanah Jawi text. Walisongo figures are commonly depicted as protagonists in Babad Tanah Jawi, but Sunan Kudus is portrated quite antagonistic due to his support to Arya Penangsang whose position is as enemy of Sultan Pajang, in which Mataram’s kings claimed to be the heirs of Pajang. Walisongo figures, especially Sunan Kalijaga, provide moral and spiritual legitimation to Mataram Dynasty. Walisongo figures repreresent Islamic support to Mataram Dysnasty as Islamic Kings who gain legitimation from supranatural power, instead of people democratic voices.
Penilaian Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan Aspek Kapasitas Masyarakat di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Hayati, Rahma; Benardi, Andi Irwan; Zulfa, Alfiatus; kahfi, ashabul
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 16, No 2 (2019): July 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v16i2.20406

Abstract

Penelitian yang dilaksanakan merupakan jenis penelitian deskriptif. Data yang diambil berupa hasil penelitian yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa instrumen dan wawancara  yang dilakukan dengan mengambil sampel di Kecamatan Selo, data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa dusun pada masing-masing desa yang paling dekat dengan lereng Gunung Merapi. Penilaian kapasitas masyarakat di ukur berdasarkan empat variabel, yaitu: sosial, fisik, ekonomi dan lingkungan, sedangkan variabel untuk kapasitas pemerintah adalah legislasi, perencanaan, kelembagaan, pendanaan, pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Hasil penelitian menyatakan bahwa, kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi sebagian besar termasuk dalam kategori rendah. Kapasitas pemerintah dalam upaya pengurangan risiko bencana juga masih tergolong rendah, sebagian besar indikator masih dalam tahap perencanaan. Mitigasi struktural dan non struktural bencana erupsi masih belum tersusun dengan baik. Belum ada upaya nyata secara fisik dalam upaya pengurangan risiko bencana. Sebagian besar masyarakat juga belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang kebencanaan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat kapasitas masyarakat dan kapasitas pemerintah dalam menghadapi bencana erupsi termasuk dalam kategori rendah, maka sebaiknya pemerintah setempat dapat bekerjasama dengan masyarakat untuk dapat meningkatkan kapasitas melalui sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat secara menyeluruh.Research carried out is a type of descriptive research. Data taken in the form of results of research conducted by data collection techniques in the form of instruments and interviews conducted by taking samples in the District of Selo, the data is then analyzed descriptively quantitative. The sample used in this study was taken from several hamlets in each village closest to the slopes of Mount Merapi. Community capacity assessment is measured based on four variables, namely: social, physical, economic and environmental, while the variables for government capacity are legislation, planning, institutional, funding, capacity building and disaster management. The results of the study stated that, the capacity of the community in facing eruption disaster was mostly included in the low category. The capacity of the government in disaster risk reduction efforts is also still relatively low, most indicators are still in the planning stage. Structural and non-structural mitigation of eruption disaster is still not well structured. There has not been any real physical effort in disaster risk reduction efforts. Most of the people have never received any information about disaster. Based on the results of the study concluded that the level of community capacity and government capacity in dealing with eruption disasters is included in the low category, then the local government should be able to work with the community to be able to increase capacity through disaster socialization dissemination to the community as a whole.