Erwina Sumartini
STIKes Respati

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

STUDI KASUS PADA BAYI STUNTING USIA 6-12 BULAN DI DESA SINGAPARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA TAHUN 2019 Rita Ayu Ayu; Erwina Sumartini
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 11 No. 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v11i2.297

Abstract

Stunting merupakan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Kasus stunting di provinsi Jawa Barat sendiri dari hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2015 mencapai 31.4% dari anak usia 0-2 tahun. Tingginya kasus stunting ini berdampak pada munculnya gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi yang kronis (Bastiandy, 2018). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan yang studi kasus, dimana pada penelitian ini mengkaji kasus bayi dengan stunting secara ekploratif, Subjek dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan yang mengalami stunting Hasil penelitian adalah gambaran penegakkan diagnosa pada bayi stunting di Desa Singaparna Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna yaitu dilihat pada Subjek 1 nilai Z-skor yaitu -2,19 SD, sedangkan pada Subjek 2 dari hasil perhitungan koreksi usia termasuk pada perawakan normal (tidak stunting). Faktor pranatal pada bayi stunting pada Subjek 1 disebabkan oleh ibu mengalami anemia ringan (Hb : 9,8 gr/dL). Faktor pascanatal pada bayi stunting pada Subjek 1 dapat disebabkan karena tidak diberikan ASI eksklusif dan pemberian imunisasi dasar tidak lengkap. Komplikasi pada bayi stunting pada Subjek 1 mengalami gangguan pada motorik kasar. Penanganan pada bayi stunting belum dilakukan secara optimal. Sebaiknya ibu memberikan asupan nutrisi pada bayi melalui pemberian ASI ekslusif dan MP ASI, memberikan imunisasi secara lengkap, Vit. A, Zink, obat cacing untuk penanganan bayi stunting. Ibu yang memiliki bayi disarankan dapat menstimulasi secara penuh untuk meningkatkan perkembangan motorik halus, kasar, sosial dan bahasa pada bayi stunting
HUBUNGAN ANTARA INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI DESA SINGASARI KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2018 Erwina Sumartini; Nurul Herawati
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 9 No. 2 (2018): Agustus 2018
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v9i2.340

Abstract

Menurut data Riskesdas 2013, persentase nasional proses mulai menyusu kurang dari satu jam (IMD) setelah bayi lahir adalah 34,5 %. Persentase di Jawa Barat untuk proses mulai menyusu kurang dari satu jam (IMD) setelah bayi lahir adalah 29,0 %; masih jauh dari angka persentase nasional. Persentase IMD di Kecamatan Singaparna adalah 28,5% (Dinkes Tasikmalaya, 2017); juga masih jauh dari angka persentase nasional, sehingga menyebabkan penulis untuk melakukan penelitian mengenai hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif di Singaparna.Jenis penelitian ini adalah observasional analitik pendekatan kasus kontrol study, melalui angket dan pengukuran. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non probability samplingyaitu pengambilan sampel bukan secara acak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu sebanyak 50 responden dengan populasi semua ibu menyusui di Desa Singasari di Kecamatan. Alat ukur yang digunakana pada penelitian ini yaitu wawancara terpimpin, angket dan pengukuran. Pada penelitian ini penliti mengguankan 2 analisa data yaitu, univariat dan bivariate. dapat diketahui bahwa ada hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan asi ekslusif (p kurang dari 0,05).
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBENTUKAN KADER TANGGAP STUNTING SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN STUNTING DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2019 Sinta Fitriani; Hariyani Sulistyoningsih; Erwina Sumartini; Ade Rahmat; amalia siti zahra; agung NN; MUHAMMAD JAMALUDIN; Risma n; nina Nurjanah
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 2 No. 1 (2020): April 2020
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v1i02.287

Abstract

Latar belakang program ini adalah Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. (Kemenkes RI : 2018)Pada tahun 2018, ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi prioritas penurunan stunting. Jumlah ini akan bertambah sebanyak 60 kabupaten pada tahun berikutnya. Dengan adanya kerjasama lintas sektor ini diharapkan dapat menekan angka stunting di Indonesia sehingga dapat tercapai target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2025 yaitu penurunan angka stunting hingga 40%.Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya didapatkan bahwa wilayah Kecamatan Singaparna merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi stunting pada bulan Februari tahun 2019 yaitu sebanyak 136 balita dengan status gizi sangat pendek dan 444 balita dengan status pendek. Dari 5 Desa Cikunir prevalensi kejadian stunting paling tinggi dengan 26 balita dengan status gizi sangat pendek dan 113 balita dengan ststus gizi pendek. Potensi kegiatan pemberdayaan di wilayah Desa Cikunir sangat besar, hal ini dikarenakan Pemerintahan Desa Cikunir sangat kooperatif dan focus pada kegiatan kesehatan salah satunya adalah issue stunting dan ODF. Dalam kegiatan Kabupaten sehat Bupati Tasikmalaya14menyampaikan lokasi khusus untuk permsalahan stunting adalah wilayah Kecamatan Singaparna. Selain itu potensi lain yang memungkinkan untuk dapat menjadi pendukung program adalah ketersediaan kader aktifyang terdistribusi di 12 posyandu.Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak Jangka Pendek meliputi Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian; Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal, pada anak tidak optimal; dan peningkatan biaya kesehatan. Dampak Jangka Panjangyang timbul : Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya); Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya; Menurunnya kesehatan reproduksi; Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.Dalam penanganan stunting, Pemerintah Indonesia merumuskan 5 pilar penanganan stunting. Pada Pilar ke 4 berisi tentang Mendorong Kebijakan Akses Pangan Bergizi; Dalam rangka intervensi penanganan stunting di 2018, disasar 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pun terlibat aktif dalam upaya menekan angka stunting. Ragam penanganan stunting yang berhubungan dengan intervensi spesifik dan sensitif terkait stunting terwadahi lewat Peraturan Menteri Desa tentang Pemanfaatan Dana Desa. Lewat peraturan yang dikeluarkan tersebut, Warga Desa bisa terlibat aktif menghadirkan aneka kegiatan yang berhubungan upaya penanganan stunting. Kehadiran Dana Desa telah membangun 6.041 Pondok Bersalin Desa (Polindes), penyediaan 32.711unit air bersih, 82.356 unit sarana Mandi, Cuci dan Kakus (MCK). Berhasil pula membangun 13.973 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), 21.357 unit bangunan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).Berdasarkan hal tersebut, tim pengusul telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk mewujudkan Pemodelan DEBASTING (Desa Bebas Stunting) melalui pemberdayaan perempuan dan pendekatan budaya di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN STUNTING MELALUI BUDAYA GOTONG ROYONG Erwina Sumartini; Septi Nurawaliyah; Faridatul Aima; Rita Hermawati; Susi Susanti; Shania Isfanny
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA Vol. 2 No. 02 (2020): Oktober 2020
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/abdimas.v2i02.308

Abstract

Stunting merupakan suatu kondisi kegagalan mencapai perkembangan fisik yang diukur berdasarkan panjang/tinggi badan menurut umur. Batasan stunting menurut WHO jika tinggi badan menurut umur berdasarkan Z-score sama dengan atau kurang dari -2 SD di bawah rata-rata standar. Proporsi balita dengan stunting di Indonesia masih melebihi batasan non public health WHO yaitu 20% dengan proporsi stunting tahun 2018 yaitu 29,9%. Proporsi stunting di pedesaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah perkotaan, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan stunting dengan mengangkat kearifan lokal yaitu dengan memberdayakan masyarakat melalui kegiatan gotong royong. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diantaranya; tokoh masyarakat menyepakati akan dilaksanakan gerakan seribu (GEBU) dalam menggalang dana untuk membangun gedung posyandu, gerakan 3 m (memberikan informasi, menjaring balita yang tidak datang ke posyandu dan yang mengalami keluhan masalah pertumbuhan, serta memantau balita yang dinyatakan memiliki masalah pertumbuhan).
AN OVERVIEW OF THE ROLE OF INTEGRATED HEALTHCARE CENTER CADRES IN PREVENTING STUNTING IN BABIES TODDLER IN CIKUNIR VILLAGE Tupriliany Danefi; Fenty Agustini; Erwina Sumartini; Wuri Ratna Hidayani
Siklus : Journal Research Midwifery Politeknik Tegal Vol 13, No 2 (2024)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/siklus.v13i2.6568

Abstract

The participation of cadres in the execution of the stunting program aligns with the key principle of addressing stunting in Indonesia, focusing on convergence, coordination, and consolidation of national, regional, and community initiatives. Cadres play a crucial role in promoting child and maternal health by serving as primary sources of health information for mothers. The study aims to examine the contribution of cadres in combating stunting in Cikunir Village, employing a quantitative approach with descriptive methods targeting cadre mothers as the population. Findings indicate that 56 individuals (98.24%) displayed good knowledge, while one person (1.75%) exhibited sufficient knowledge. Additionally, 45 individuals (78.95%) received strong spousal support, with 12 individuals (21.05%) lacking sufficient support. Regarding the performance of Posyandu cadres, 51 individuals (89.47%) demonstrated a commendable role, while 6 individuals (10.53%) displayed inadequate performance. Posyandu cadres are expected to lead the efforts in preventing stunting cases effectivel.