Perubahan kebijakan pembelajaran akibat terjadinya pandemi covid 19 menimbulkan perubahan tuntutan kinerja dan kompetensi yang berbeda. Pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tatap muka harus dilakukan secara daring dengan mengandalkan media pembelajaran kreatif dan pelaporan pelaksanaan yang lebih detil. Karenanya, beban kerja dan tanggung jawab setiap guru di masa pandemic cenderung memicu stres kerja yang lebih berat. Stres kerja merupakan faktor penting dalam bekerja. Stres kerja yang tidak tertangani dengan baik dapat berdampak pada kondisi fisik, emosional, dan produktivitas kerjanya. Tingkatan stress kerja dapat jadi sama atau justru berbeda karena gender yang berbeda. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stress kerja dengan beban kerja dan gender guru sekolah dasar (SD) pada masa pandemi di Surakarta. Sampel dipilih dengan teknik Cluster Random Sampling, dan memperoleh 350 orang guru SD. Pengumpulan data menggunakan skala beban kerja dan stres kerja (Refiany, 2019). Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dan Uji Mann Whitney untuk (Gender), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja guru SD pada saat pandemi di Surakarta (r = 0.781, p = 0.000), yang berbeda signifikan antar gender (p 0,035<0,05). Hubungan antara beban kerja dengan stres kerja bersifat positif, sehingga semakin tinggi beban kerja guru, semakin tinggi stress kerjanya. Beban kerja berkontribusi sebesar 61% terhadap tingginya stres kerja.