Peningkatan populasi dan mutu ternak, khususnya sapi dan kerbau d ilakukan melalui program inseminasi buatan (IB). Angka kebuntingan hasil IB di Indonesia, relatif masih rendah, salah satunya diduga disebabkan oleh fertilitas pejantan. Program IB di Indonesia menggunakan semen beku yang diproduksi oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB). Standar evaluasi semen bagi pejantan yang digunakan sesuai SNI masih mengacu pada konsentrasi, motilitas pra dan pasca thawing serta skor individu. Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa parameter uji tersebut tidak lagi memadai. Protein dan gen pada spermatozoa dan seminal plasma pejantan dapat menjadi kandidat alat bantu “akurat” untuk menentukan fertilitas pejantan sesuai keberhasilan IB di lapangan. Policy brief ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah dan BIB dalam p engembangan dan pengaplikasian penanda fertilitas berbasis molekuler sebagai alat bantu “akurat” dalam proses seleksi dan kebijakan pengafkiran pejantan sapi yang akan digunakan untuk IB. Dengan demikian, efisiensi penggunaan pejantan unggul di berbagai Ba lai Inseminasi Buatan, baik Nasional maupun Daerah di Indonesia dapat dioptimalkan.