p-Index From 2019 - 2024
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Analisis Sejarah
Syafrizal Syafrizal
Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Analisis Sejarah

Dinamika Pemekaran Nagari di Kabupaten Solok Selatan: Studi Kasus Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan Tahun 2007-2021 Ilham Fahiza Putra; Syafrizal Syafrizal; Armansyah Armansyah
Analisis Sejarah Vol 13, No 2 (2023)
Publisher : Laboratorium Sejarah, Departement Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jas.v13i2.115

Abstract

The article aims to explore the governance, social, and economic dynamics resulting from the division into Nagari Lubuk Gadang Barat Daya and Nagari Lubuk Gadang Barat. The research scope spans from 2007 when Nagari Lubuk Gadang was formed until 2021 when it was divided. The study employs a historical research method comprising topic selection, source collection, source criticism, interpretation, and historiography. Nagari Lubuk Gadang Selatan, located in Sangir Subdistrict, South Solok Regency, West Sumatra Province, comprises 15 jorongs. It was established in 2007 to meet the community's demands for independent fund management. Due to population growth and the increasing number of jorongs, Nagari Lubuk Gadang Selatan was divided into two new nagaris from 2017 onwards. The expansion aims to ensure equitable development and access to village funds for the community's prosperity.
Perubahan Institusi Militer di Sumatera Tengah Menjelang Akhir Revolusi Syafrizal Syafrizal
Analisis Sejarah Vol 13, No 2 (2023)
Publisher : Laboratorium Sejarah, Departement Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jas.v13i2.112

Abstract

Tulisan ini membicarakan perubahan dalam dunia militer di Sumatera Tengah pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. TKR yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 memiliki dua komandemen, yaitu Komandemen Jawa dan Komandemen Sumatera. Komandemen Sumatera terdiri atas enam divisi, salah satu di antaranya adalah Divisi III/Banteng di Sumatera Tengah, meliputi wilayah Sumatera Barat dan Riau. Sejak awal tahun 1948 Divisi III diubah menjadi Divisi IX/Banteng TNI, dipimpin oleh seorang panglima (Kolonel Ismael Lengah), dan memiliki 22 batalyon sebagai pasukan tempur. Divisi IX/Banteng berhasil melindungi eksistensi PDRI yang bermarkas di Sumatera Barat, sehingga Belanda tidak berhasil melenyapkan RI melalui Agresi Militer II. Setelah munculnya indikasi Belanda mengakui kedaulatan RI, maka pemerintah RI merasa perlu melakukan penciutan terhadap angkatan perang melalui Program Reorganisasi dan Rasionalisasi. Dalam konteks itulah Divisi IX/Banteng yang punya panglima sendiri, diturunkan statusnya menjadi sebuah brigade di bawah komando Medan. Jumlah batalyon dikurangi secara drastis dari 22 menjadi 4 batalyon sehingga ribuan prajurit terpaksa diberhentikan.