Dody Sulistio
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Journal of Applied Transintegration Paradigm

MENERKA KEADILAN TUHAN: MU’TAZILAH DAN AHLU SUNNAH DALAM PERSETERUAN IDEOLOGI Dody Sulistio
Journal of Applied Transintegration Paradigm Vol. 4 No. 1 Juni (2024): Journal of Applied Transintegration Paradigm
Publisher : LPPM UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keadilan Tuhan menjadi salah satu isu teologis sentral dalam Islam. Mu'tazilah dan Ahlu Sunnah, dua aliran teologi utama dalam Islam, memiliki pandangan yang berbeda tentang konsep ini. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang perdebatan teologi antara Mu'tazilah dan Ahlu Sunnah tentang keadilan Tuhan. Ahli sunnah dalam tulisan ini difokuskan pada dua paham besar yakni, Ash’ariyah dan Maturidiyah. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif-analitik. Data dikumpulkan dari berbagai sumber primer dan sekunder, seperti buku, artikel, dan jurnal ilmiah. Hasil dari pembahasan ini adalah Perbedaan pendapat yang terjadi antara aliran Mu’tazilah dan Ahlu Sunnah dilatar belakangi oleh dua hal; Pertama.Pemahaman tentang kebebasan manusia: Mu'tazilah menekankan kebebasan manusia dalam bertindak, sedangkan Ahlu Sunnah menekankan kemahakuasaan Tuhan atas segala sesuatu, termasuk tindakan manusia. Kedua, Pemahaman tentang keadilan Tuhan dalam memberikan reward dan punishment. Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan akan mengadili manusia berdasarkan perbuatannya. Keadilan Tuhan harus dipandang kesesuaian untuk membei reward bagi yang beramal baik dan punishment bagi yang berbuat salah. Perbuatan manusia, menurut Mu'tazilah, berasal dari dirinya sendiri dan bukan diciptakan oleh Tuhan. Di sisi lain Ahlu Sunnah memiliki perbedaan pandangan dalam hal ini. Ash’ari berpendapat Tuhan dengan kehendak absolutnya dapat memasukkan manusia yang taat ke neraka atau manusia yang bermaksiat ke surga. Keadilan Tuhan, menurut Ash'ari, tidak terikat pada konsep reward dan punishment manusia. Sedangkan Maturidi berpendapat Tuhan tidak mungkin melakukan hal tersebut karena akan berdampak pada janji dan ancaman Tuhan yang telah ditetapkanNya sendiri’. Namun demikian manusia tidak memiliki kemampuan untuk menentukan hal “baik” dan “buruk” yang menyebabkannya masuk surga atau neraka.