Sunarningsih, Sunarningsih
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi

PABRIK PENGOLAHAN KARET PENINGGALAN BELANDA DI SUNGAI TABUK, KALIMANTAN SELATAN Sunarningsih, Sunarningsih
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 1, No 1 (2015): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1097.358 KB) | DOI: 10.24832/ke.v1i1.2

Abstract

Penelitian tentang industri karet, baik dari proses penanaman hingga pengolahannya sudah banyak dikaji, tetapi data arkeologi tentang pabrik  pengolahan karet belum banyak diteliti. Salah satu sisa bangunan pabrik pengolahan karet dari masa pemerintahan Belanda berada di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Tulisan ini akan membahas tentang keberadaan pabrik di kawasan situs tersebut yang sisa bangunannya masih dapat ditemui dan tersebar di beberapa tempat di wilayah Desa Sungai Tabuk Keramat. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui jenis bangunan pabrik yang ada di kawasan situs, dan pemilik bangunan pabrik pengolahan karet tersebut. Metode yangdigunakan adalah deskriptif dengan penalaran induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara  survei, ekskavasi, wawancara, dan penelusuran arsip.  Hasil analisis terhadap data arkeologi yang didapatkan dan studi pustaka diketahui bahwa pabrik pengolahan karet yang diteliti milik Belanda dengan nama NV. Nederlandshe Rubber Unie, yang dibangunpada 1927, dengan kapasitas produksi sebesar 7500 ton per tahun. Selain bangunan pabrik pengolahan karet terdapat juga pabrik lainnya, yaitu pabrik obat, penyamakan kulit, dan pabrik ubin lantai Watanabe.
KUTA HANTAPANG, BENTENG MASYARAKAT NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH Sunarningsih, Sunarningsih
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 3, No 1 (2017): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1263.28 KB) | DOI: 10.24832/ke.v3i1.13

Abstract

Ngaju adalah salah satu penduduk asli Kalimantan yang tinggal di sepanjang sungai Barito, Kapuas, danKahayan, di Provinsi Kalimantan Tengah. Kuta adalah benteng yang dibangun untuk pertahanan selama periode pengayauan. Kuta Hantapang terletak di pemukiman tua (kaleka) masyarakat Dayak Ngaju di Desa Hantapang, Kabupaten Rungan Hulu, Kabupaten Gunungmas, Provinsi Kalimantan Tengah. Situs ini penting karena relatif lebih utuh dibandingkan denganyang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembagian ruang di dalam kuta, dan untuk mengetahui kronologinya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah survei, ekskavasi (test pit), wawancara, dan studi kepustakaan, sedangkan jenis analisis data yang dilakukan adalah analisis artefak, analisis spasial, dan analisis pertanggalan (relatif dan absolut). Hasilnya memberikan informasi tentang ragam data arkeologi yang tersedia di situs tersebut, dandeskripsi tentang pembagian ruang dalam kuta. Berdasarkan hasil duabelas kotak uji (TP I — TP XII) yang dibuka selama penelitian, dapat diketahui ukuran pagar dan bentuknya, yaitu persegi empat. Artefak yang ditemukan dapat menggambarkankegiatan penduduknya, seperti fragmen keramik asing yang terbuat dari porselen dan stoneware (kebanyakan dari Dinasti Qing dan Ming Akhir), manik-manik kaca dan batu dengan berbagai warna (kebanyakan manik-manik kaca berwarna birutua dan Indo-Pasifik) , botol kaca hijau (berbentuk bulat dan persegi), alat tulis (pensil/garip), alat logam (terutama dari besi seperti paku, pisau kecil, parang, wajan, kuningan seperti gelang dan jepit rambut), dan alat batu (batu asah). Hasil analisis absolut untuk lima sampel pilar kayu dan sampel arang menunjukkan bahwa umur tiang berasal dari kisaran 1300 s.d. 1400 M, hanya sampel arang yang menunjukkan usia termuda dari tahun 1800 Masehi. Dapat disimpulkan bahwa awal berdirinya Kuta Hantapang sekitar tahun 1300 Masehi - 1400 Masehi, dan terus dihuni sampai tahun 1800 M, bahkansampai tahun 1932 sebagai tahun tiwah (upacara kematian) yang terakhir diadakan di benteng, periode hunian yang cukup panjang.