Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Antara Harapan Dan Takdir: Resolution To Infertility Pada Perempuan Infertil Tedjawidjaja, Detricia; Rahardanto, Michael Seno
EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.48 KB) | DOI: 10.33508/exp.v3i1.783

Abstract

Infertilitas merupakan masa krisis bagi orang yang mengalaminya. Tujuan penelitian ini ialah mengeksplorasi gambaran psikologis yang dialami perempuan infertil hingga sampai tahap resolution to infertility. Dengan pendekatan fenomenologis, peneliti melakukan wawancara kepada empat perempuan yang memiliki masalah infertilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan infertil akan melalui tahap period of grief sebelum masuk ke tahap penerimaan terhadap infertilitas. Gambaran psikologis yang paling sering ditunjukkan informan ialah perasaan sedih, cemas, dan stres. Proses penerimaan dicapai para informan dengan pertama-tama memaknai kepemilikan anak sebagai takdir dari Tuhan. Pemaknaan akan takdir ini selanjutnya memunculkan harapan bahwa Tuhan bisa memberikan anak pada masa depan. Harapan menjadi sumber utama kekuatan bagi para informan penelitian dalam menerima kondisi infertilitas. Hasil penelitian juga mengungkap faktor-faktor protektif dan risiko yang mampu mempengaruhi keberhasilan perempuan infertil dalam menjalani program kehamilan. Faktor-faktor protektif meliputi aspek spiritualitas, marital benefit, dukungan sosial, dan coping mechanism, sedangkan faktor-faktor risiko meliputi tekanan sosial, kesibukan suami dalam pekerjaan, dan hubungan negatif antara pasien dan tenaga kesehatan profesional. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi tenaga profesional kesehatan dalam memberikan bantuan medis dan psikologis bagi perempuan infertile.
PENERAPAN SOCIAL SKILL TRAINING PADA ANAK USIA SEKOLAH DENGAN KESULITAN MENJALIN PERTEMANAN Tedjawidjaja, Detricia; Kuntoro, Ike Anggraika
Journal of Psychological Science and Profession Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.544 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v4i1.23955

Abstract

Salah satu tugas perkembangan yang penting pada saat anak memasuki usia sekolah adalah membangun hubungan yang lebih dekat dengan teman sebaya. Anak yang mengalami kesulitan menjalin hubungan teman sebaya mengarah pada berbagai masalah emosi dan perilaku. Salah satu kunci untuk dapat membangun hubungan teman sebaya yang baik adalah memiliki keterampilan sosial. Defisit dalam keterampilan sosial berdampak negatif terhadap fungsi sosial, emosional, dan akademik anak. Social Skill Training (SST) merupakan intervensi yang mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalin interaksi sosial. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan sosial pada anak usia sekolah dengan menggunakan SST. Penelitian ini menggunakan single-subject study dengan pre-test dan post-test yang diterapkan pada seorang partisipan berusia 9 tahun 10 bulan yang dikeluhkan mengalami kesulitan membangun hubungan pertemanan di sekolah. Ia menunjukkan defisit dalam tiga komponen keterampilan sosial, yaitu memberikan dan menerima pujian, melakukan percakapan, dan menunjukkan empati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SST terbukti berhasil dalam meningkatkan keterampilan sosial pada ketiga komponen tersebut. Peningkatan keterampilan sosial sejalan dengan kemampuan menjalin hubungan teman sebaya yang lebih dekat dengan teman di sekolah. Pengukuran yang dilakukan tiga minggu setelah intervensi menunjukkan bahwa peningkatan tersebut dapat diterapkan dan digeneralisasikan dalam situasi kehidupan sehari-hari.
Efektivitas functional communication training dalam meningkatkan perilaku meminta pada anak dengan autism spectrum disorder Detricia Tedjawidjaja; Fenny Hartiani
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 9 No. 2 (2021): August
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.247 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v9i2.13533

Abstract

The current study aims to examine the effectiveness of functional communication training to increase asking behavior by exchanging pictures for children with an autism spectrum disorder. The participant in this study is a 6-years old girl with a diagnosis of Autism Spectrum Disorder with Intellectual Impairment. This study uses a single-subject design consisting of A-B-A phases. Functional communication training is implemented using the most-to-least prompting technique which is divided into 8 sessions. The result depicts that 84% of participants increase their ability to perform requesting behavior by exchanging pictures of the trials given. Furthermore, after the implementation of functional communication training, there is an increase in the frequency of requesting behavior by exchanging pictures at post-test (average 74%) and at follow-up (average 82%). Implications of this study indicate the importance of considering the function of problem behavior in training the appropriate communicative responses for children with an autism spectrum disorder.
Effect of Social Comparison in Social Media on Psychological Distress in Adolescents: Role of Emotion Regulation as Moderator Detricia Tedjawidjaja; Dessi Christanti
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 11 No 4 December 2022
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jehcp.v11i4.25056

Abstract

Access to social media can encourage adolescents to make social comparisons, causing psychological distress. There are two emotion regulation strategies, namely cognitive reappraisal and expressive suppression. The cognitive reappraisal strategy weakens the relationship between social comparison on social media and psychological distress, while the expressive suppression strategy strengthens it. This study aimed to examine the role of emotion regulation as the moderating variable between social comparison and psychological distress.
Webinar Meningkatkan Kualitas Hidup Bagi Remaja Akhir di Wedoro, Sidoarjo Dessi Christanti; Nurlaila Effendy; Eli Prasetyo; Detricia Tedjawidjaja
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 6, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v6i1.813

Abstract

Remaja di Kelurahan Wedoro, Sidoarjo sebagaimana remaja lainnya menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya. Bila mereka tidak bisa mengatasi masalah maka mereka dapat menjadi stres dan menurunkan kualitas hidupnya.  Guna membantu para remaja tersebut agar memiliki bekal bagaimana menghadapi masalah dan meningkatkan kualitas hidupnya maka dirancang sebuah  program webinar sebagai sarana sharing pengetahuan bagaimana meningkatkan kualitas hidup. Melalui webinar ini individu diajak untuk melihat sisi positif dalam dirinya. Dengan demikian, individu akan melihat bahwa dirinya kuat dan mampu menghadapi segala tantangan atau masalah atau kejadian negatif yang datang padanya. Individu tidak lagi rentan terhadap depresi. Indvidu akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Program ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2022. Kegiatan ini dilaksanan secara daring yaitu via zoom Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam berlangsung dengan baik. Hasil pre test dan post test menunjukkan peningkatan skor rata-rata peserta mengenai kualitas hidup.
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SOCIAL LOAFING PADA MAHASISWA DALAM TUGAS KELOMPOK SELAMA PERKULIAHAN DARING Allison Carol Karana; Dita Lavienda; Margaretha Eka Gayatri Maheswari; Elizabeth Rani; Melani Dian Prasetya; Detricia Tedjawidjadja
EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia Vol 11, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/exp.v11i1.4307

Abstract

Selama pandemi Covid-19 proses pembelajaran mengalami perubahan dikarenakan kebijakan pemerintah yang awalnya dilakukan secara tatap muka menjadi daring. Perubahan pembelajaran tersebut mengakibatkan penurunan tingkat motivasi berprestasi mahasiswa dan berpotensi memunculkan perilaku social loafing. Social loafing adalah fenomena terjadinya penurunan dalam usaha yang dikeluarkan oleh individu saat mengerjakan tugas kelompok untuk mencapai tujuan kelompok dibandingkan saat mengerjakan tugas individu yang bertujuan untuk mencapai tujuan pribadi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi berprestasi dengan social loafing pada mahasiswa selama pembelajaran daring. Penelitian ini berbentuk kuantitatif studi hubungan. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 169 responden yang merupakan mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya angkatan 2018-2021 dan mengikuti perkuliahan secara daring. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan skala social loafing milik Kusuma (2015) dan motivasi berprestasi milik Pratiwi (2016). Data dianalisis menggunakan Uji Non-Parametrik Kendall’s Tau-B, dengan hasil nilai korelasi sebesar -0,306 dan nilai p= 0,000, yang memiliki makna adanya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan social loafing pada mahasiswa selama perkuliahan daring dengan arah hubungan negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi maka semakin rendah tingkat social loafing. Demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini memberikan implikasi atas pentingnya meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa agar dapat menurunkan perilaku social loafing.
HUBUNGAN ANTARA RELIGIOSITAS DENGAN HARDINESS PADA MAHASISWA KATOLIK TINGKAT AKHIR DI SURABAYA Emanuela Adika Cahyasari; Dicky Susilo; Detricia Tedjawidjaja
EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/exp.v10i1.3769

Abstract

Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Tidak sedikit mahasiswa yang berada dalam kondisi tertekan, sehingga dibutuhkan hardiness untuk dapat bertahan dalam situasi penuh tekanan. Hardiness adalah suatu karakteristik yang terdiri dari komitmen, kontrol, dan tantangan yang mempunyai fungsi dan strategi untuk dapat beradaptasi dan bertahan dalam menghadapi keadaan stres. Salah satu faktor yang mempengaruhi hardiness adalah strategi koping dengan implementasinya yaitu religiositas. Adanya hubungan spiritual dengan orang lain dan mengakui campur tangan Tuhan, akan membantu dalam mengendalikan dan mengarahkan diri dalam mengatasi permasalahan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara religiositas dengan hardiness pada mahasiswa Katolik tingkat akhir di Surabaya. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 91 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu accidental sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala Hardiness dan skala Religiositas. Hasil analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment menghasilkan r=0,555 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan positif antara religiositas dan hardiness pada mahasiswa Katolik tingkat akhir di Surabaya. Semakin tinggi religiositas pada diri seseorang maka semakin tinggi pula hardiness seseorang dan begitu pula sebaliknya.
Kualitas hidup mahasiswa: tinjauan dari peran dukungan sosial keluarga, teman, dan significant others Dessi christanti; Eli Prasetyo; Detricia Tedjawidjaja
Jurnal Psikologi Tabularasa Vol 19, No 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jpt.v19i1.10721

Abstract

ABSTRACTVarious problems and challenges as a student can make individual feels stressed so that ultimately individuals perceive their quality life as low. Quality of life is an individual’s evaluation of the quality of some of his or her functions in the context of the culture and values in which individual lives. One of the factors that affect quality of live is the social support which can come from family, peers, and significant others. Social support is a help from other people for individuals. Social support is needed by individual to be able to deal with the problem well so as not to reduce the level of quality of life. This study aimed to determine the role of social support from family, peers, and significant others on the quality of life of students. The research subject were 148 students (male = 38, female = 109) who were studying in Surabaya. This study used Youth Quality of Life Instrument Short version (YQL-SF) dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MPPS). The result showed that the three sources of social support together played a role in improving quality of life of students (F = 29,540; p = 0,001). The magnitude of the contribution of the social support is 38,1%. Of the three sources of social support, only family social support significantly affects quality of life. This finding is because most of the research subjects still live with their family. The implication of this research is that it is important for families to support consistently their children to have a good quality of life.ABSTRACTBeragam tantangan dan masalah sebagai mahasiswa dapat membuat individu merasa stres sehingga individu memersepsi kualitas hidupnya rendah. Kualitas hidup adalah evaluasi individu terhadap kualitas beberapa fungsi dirinya dalam konteks budaya dan nilai-nilai di tempat individu tinggal. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah dukungan sosial yang dapat bersumber dari keluarga, teman dan significant others. Dukungan sosial adalah bantuan dari orang lain bagi individu. Dukungan sosial diperlukan indvidu agar mampu menghadapi masalah sehingga tidak menurunkan kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial dari keluarga, teman, dan significant others terhadap kualitas hidup mahasiswa. Subyek penelitian adalah 148 orang mahasiswa (laki-laki = 39, perempuan = 109) yang sedang kuliah di Surabaya. Penelitian ini menggunakan alat ukur Youth Quality of Life Instrument – Short version (YQL-SF) dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MPPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama ketiga sumber dukungan sosial berperan meningkatkan kualitas hidup mahasiswa (F = 29,540 ; p = 0,001). Besarnya sumbangan peran dukungan sosial terhadap kualitas hidup sebesar 38.1%. Dari ketiga sumber dukungan sosial, hanya dukungan sosial dari keluarga yang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup mahasiswa (p = 0,001). Temuan ini diduga karena sebagian besar subjek penelitian masih tinggal bersama dengan keluarganya. Implikasi penelitian ini adalah penting bagi keluarga untuk secara konsisten mendukung anaknya agar memiliki kualitas hidup yang baik.
GAMBARAN STRATEGI COPING PADA PEREMPUAN EMERGING ADULTHOOD YANG MENGALAMI TOXIC RELATIONSHIP NAMUN MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN Daniella Audrey; Fransisca Dessi Christanti; Detricia Tedjawidjaja
EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia Vol 11, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/exp.v11i2.4582

Abstract

Coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk mengelola kesenjangan antara tuntutan (baik dari individu itu sendiri maupun lingkungannya) dengan kemampuan mereka dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan. Strategi coping banyak dilakukan oleh perempuan emerging adulthood yang mengalami toxic relationship dalam usaha mempertahankan hubungannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi coping pada perempuan emerging adulthood yang mengalami toxic relationship dan berusaha mempertahankan hubungannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus dan menggunakan analisis tematik deduktif. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga informan dengan kriteria pernah mengalami toxic relationship dan berusaha mempertahankan hubungannya. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat empat tema pokok yaitu bentuk kekerasan selama berpacaran, dampak negative mengalami kekerasan selama berpacaran, alasan mempertahankan hubungan, dan strategi coping. Ketiga informan menggunakan baik problem-focused coping maupun emotion-focused coping dan kekerasan balik pada pasangan.
DINAMIKA FORGIVENESS PADA WANITA EMERGING ADULTHOOD YANG FATHERLESS AKIBAT PERPISAHAN ORANG TUA Dita Lavienda; Gratianus Edwi Nugrohadi; Detricia Tedjawidjaja
EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/exp.v12i1.5253

Abstract

Sebagian besar anak yang mengalami fenomena fatherless sejak masa kecil akan tumbuh dengan luka batin yang menyebabkan konflik intrapsikis dan interpersonal. Saat dewasa, wanita emerging adulthood yang mengalami fatherless cenderung mendendam dan menyimpan dampak negatif dari fatherless sendirian. Forgiveness merupakan salah satu cara untuk mengatasi konflik tersebut. Maka penelitian ini mengkaji mengenai dinamika forgiveness pada wanita emerging adulthood yang mengalami fatherless akibat perpisahan orang tua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan melakukan wawancara pada dua informan wanita emerging adulthood (18-25 tahun) yang mengalami fatherless. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan teknik analisis data menggunakan induktif tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika forgiveness wanita emerging adulthood yang fatherless berupa siklus yang berulang dan tidak linear. Terdapat enam fase, diawali dengan unforgiveness phase yang ditandai munculnya kondisi intrapsikis dan interpersonal negatif terhadap ayah. Dilanjutkan decision phase, yakni mempertimbangkan keputusan forgiveness melalui sebuah pemikiran akan suatu nilai agama/moral. Selanjutnya, work phase menandakan usaha forgiveness untuk mengubah keadaan menjadi positif. Ketika berada di forgiveness phase, terjadi perubahan positif secara intrapsikis dan interpersonal. Setelah itu, muncul hasil forgiveness berupa pemaknaan akan luka dan proses yang dilalui. Adapun relapse phase ditandai dengan hadirnya kembali keadaan negatif secara intrapsikis ataupun interpersonal dengan intensitas tidak begitu parah. Wanita emerging adulthood dapat berada di relapse phase kapanpun apabila dipicu oleh stimulus tertentu. Adapun faktor forgiveness antara lain usaha, kepercayaan ajaran agama, dukungan dari lingkungan, dan konten media sosial.