Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Korelasi Antara Derajat Beratnya Osteoarthritis Lutut dan Cartilage Oligomeric Matrix Protein Serum Andriyasa, Ketut; Putra, Tjokorda Raka
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 1 No 2 (2017): Vol. 1 No. 2 (2017) June-December 2017
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.789 KB)

Abstract

Prevalence of knee Oateoarthritis (OA) in the community is quite high.  Various attempts have been made to find markers of cartilage damage. One potential marker is Cartilage Oligomerix Matrix Protein (COMP). Based on this, researchers want to know whether there is a correlation between the severities of knee OA with serum concentration of COMP in human. This study is a cross sectional analytic study. The diagnosis of knee OA based on ACR criteria and the degree of knee OA severity is determined based on the Kellgren and Lawrance criteria. COMP patients are checked by using ELISA method. The correlation between the severities of knee OA and serum COMP was analyzed by Spearman correlation test. Level of statistical significance used was p < 0.05. Sixty-six patients included in this study, in which 28 (42,4%) of them were male and 38 (57,6%) were women. The mean age is 63,9 ± 7.0 years with a range of 50 to 84 years. The severity of knee OA are :  4.5% for grade one, 35.8% grade two, 38.8% grade three and 20.9% at grade 4. The mean serum COMP concentration is 1084,0 ng / mL with range from 575.3 ng / mL to 2278,6 ng/mL. There is a trend of increasingly grade of severity of knee OA, the higher the concentration of serum COMP, but not statistically significant (r = 0.127, p = 0.31). In conclusion, there is no positif correlation that statistically significant between severity of knee OA and  serum COMP concentration.
Hubungan Konsumsi Purin Tinggi Dengan Hiperurisemia: Suatu Penelitian Potong Lintang Pada Penduduk Suku Bali di Kota Denpasar Indrawan, IGNM Budiana; Kambayana, Gede; Putra, Tjokorda Raka
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 1 No 2 (2017): Vol. 1 No. 2 (2017) June-December 2017
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.298 KB)

Abstract

Latar Belakang: Hiperusemia adalah istilah yang menggambarkan kadar asam urat darah di atas normal. Konsumsi purin tinggi merupakan salah satu faktor yang erat kaitannya dengan hiperurisemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan konsumsi purin tinggi dengan hiperurisemia pada penduduk suku Bali di kota Denpasar. Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang analitik yang dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2004. Populasi pada penelitian ini adalah penduduk suku Bali yang bertempat tinggal di Kota Denpasar. Sampel ditentukan dengan cara stratified random sampling. Penilaian konsumsi purin dilakukan dengan semi quantitative food frequency questionnaire. Analisis dilakukan dengan tabulasi silang dan regresi logistik. Hasil: Penelitian ini melibatkan 302 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi dengan rata-rata umur 43,35 ± 16,72 tahun yang terdiri dari 137 (45,4%) laki-laki dan 165 (54,6%) perempuan. Didapatkan prevalensi obesitas 22,51% dan prevalensi hiperurisemia 18,2%. Didapatkan hubungan yang bermakna antara konsumsi purin tinggi (RP 13,27; IK 95% 6,79-25,88; p < 0,001) dan obesitas (RP 3,32; IK 95% 2,11-5,23; p < 0,001) dengan hiperurisemia. Pada analisis multivariat didapatkan faktor risiko independen hiperurisemia adalah konsumi purin tinggi (OR 26,72; IK 95% 11,69-61,04; p < 0,001) dan obesitas ( OR 4,06; IK 95% 1,81-9,12; p = 0,001). Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi purin tinggi dengan hiperurisemia pada penduduk suku Bali di kota Denpasar.
Kadar interleukin-17 (IL-17) serum berkorelasi dengan rasio receptor activator of NF-κB ligand/osteoprotegerin (RANKL/OPG) pada penderita Sistemik Lupus Eritematosus Tonny, Tonny; Kambayana, Gede; Putra, Tjokorda Raka; Kurniari, Pande Ketut
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 2 No 1 (2018): Vol 2 No 1 (2018) January-June 2018
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.652 KB)

Abstract

Latar belakang : Proses inflamasi berperan penting dalam patogenesis SLE. Proses inflamasi yang terjadi pada penderita SLE juga akan mempengaruhi diferensiasi osteoklas dan osteoblast. Interleukin-17 (IL-17) merupakan mediator pro-inflamasi yang dihasilkan akibat proses inflamasi sistemik. Peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi diketahui mengakibatkan perubahan regulasi RANKL, yang selanjutnya akan mempengaruhi osteoprotegerin (OPG). Peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi pada penderita SLE dapat mengakibatkan ketidakseimbangan RANKL/OPG. Tujuan : Mengetahui korelasi antara kadar IL-17 serum dengan rasio RANKL/OPG pada penderita SLE. Metode : Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang yang dilakukan di poliklinik dan bangsal rawat inap. Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia dari bulan Januari-Maret 2018. Penderita SLE berjenis kelamin wanita yang berusia lebih dari 18 tahun dan belum mengalami menopause serta bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent diikutsertakan dalam penelitian. Kadar IL-17 serum diperiksa dengan menggunakan metode high sensitivity ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay). RANKL diukur menggunakan metode Human sRANKL (TOTAL) ELISA, sedangkan OPG diukur menggunakan metode Human Osteoprotegerin ELISA. Rasio RANKL/OPG didapatkan dari perbandingan antara kadar RANKL dan OPG. Hasil : Penelitian ini melibatkan 68 subyek penelitian. Median umur subyek penelitian yaitu 31,32 (17-54). Kadar IL-17 dan rasio RANKL/OPG pada seluruh subyek yaitu 0,435 (0,23-30,65) dan 70,18 (4,98-1060,46). Didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar IL-17 dan rasio RANKL/OPG dengan p=0,010. Dari analisis multivariat didapatkan bahwa kadar IL-17 berkorelasi dengan rasio RANKL/OPG (B=6,554, SE(B)=2,686, p=0,018). Simpulan : Pada penelitian ini terdapat korelasi antara kadar IL-17 serum dengan rasio RANKL/OPG pada penderita SLE.