Nurdin, Nurjannah
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

DINAMIKA SPASIAL TERUMBU KARANG PADA PERAIRAN DANGKAL MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI PULAU LANGKAI, KEPULAUAN SPERMONDE Nurdin, Nurjannah; Prasyad, Hermansyah; A.S., Muh. Akbar
GEOMATIKA Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.853 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2013.19-2.199

Abstract

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk mengevaluasi perubahan ekosistem dasar perairan dangkal secara multitemporal merupakan bagian dari informasi geospasial yang bermanfaat sebagai acuan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Kepulauan Spermonde memiliki tingkat keanekaragaman terumbu karang yang cukup tinggi. Namun dalam kurun waktu 12 tahun terakhir terjadi penurunan tingkat penutupan karang hidup dan keragaman jenisnya sebanyak 20%. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran terumbu karang pada dasar perairan dangkal dan menganalisis perubahan luasannya dalam kurun waktu 14 tahun (1997-2011) di Pulau Langkai, Kepulauan Spermonde. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat (TM dan ETM+) akuisisi 24 Oktober 1997, 4 November 2004 dan 5 September 2011 dengan kondisi pasang surut yang sama. Pengolahan citra Landsat dilakukan dengan melakukan perbaikan citra (gap fill) pada citra Landsat ETM+ dengan menggunakan perangkat lunak Frame and Fill. Algoritma yang digunakan adalah Algoritma Lyzenga yang diintegrasikan dengan hasil pengecekan lapangan (ground truth) untuk menghasilkan citra baru. Persentase perubahan luas tutupan karang hidup di Pulau Langkai berdasarkan citra terklasifikasi yakni dari tahun 1997 ke tahun 2004 terjadi penurunan luas sebesar 24,27% sedangkan dari tahun 2004 ke tahun 2011 terjadi peningkatan luas sebesar 14,83%.Kata Kunci : geospasial, landsat, perbaikan citra, Algoritma Lyzenga, terumbu karangABSTRACTUtilization of multitemporal remotely sensed imageries to evaluate ecosystem changes in shallow waters is a useful geospatial information to be used as a reference in coastal areas and small islands management in Indonesia. Spermonde Archipelago has a high diversity of corals, however, during the last 12 years there has been a decreasing in the coverage of living coral cover and coral diversity at about 20%. The aims of this study were mapping the distribution of coral reefs in shallow water and analyzing the changes on coral reef during 14 years (1997-2011) in Langkai Island, Spermonde Archipelago. The data used were Landsat (TM and ETM+) with acquisition dates of 24th October 1997, 4th November 2004 and 5th September 2011. Landsat image processing included image gap filling for Landsat ETM+ image using Frame and Fill software and application of Lyzenga Algorithm combined with ground truth to obtain a new image. Based on the image classification in Langkai Island from 1997 to 2004, the percentage of living coral has reduced by 24.27 %, and then increased by 14.83% during the period of 2004 to 2011.Keyword : geospatial, landsat, gap fill, Lyzenga Algorithm, coral reef
GEOSPATIAL DYNAMIC OF VEGETATION COVER CHANGES ON THE SMALL ISLANDS, SOUTH SULAWESI, INDONESIA AS, M. Akbar; Saleh, Buce; Sofian, Ibnu; Nurdin, Nurjannah
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 16, No 1 (2014)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.823 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2014.16-1.47

Abstract

ABSTRACTAgreement on the extent of mangrove forest in Indonesia has yet existed. The extent of mangrove forest in Indonesia 9 years ago was about 4.13 million ha. Currently, the mangrove has decreased significantly to 2.49 million ha (60%). Remote sensing could play an important and effective role for assessing and monitoring the dynamic of mangrove forest cover. The aim of this study is to measure the changes of the mangrove cover within 20 years period from 1993 to 2013, from 1993 to 2003, and from 2003 to 2013 using multi-temporal Landsat data. The study site was selected in Tanakeke Island, Takalar District, South Sulawesi, Indonesia. Results of the analyses show that the mangrove forest has decreased and it is caused anthropogenic impact.Keywords: geospatial dynamic, mangrove, remote sensing, GISABSTRAKSejauh ini belum ada kesepakatan mengenai luas hutan mangrove di Indonesia. Luas hutan mangrove di Indonesia 9 tahun yang lalu adalah sekitar 4,13 juta ha, akan tetapi sekarang menurun menjadi 2,49 juta ha (60%). Penginderaan jauh memiliki peranan penting dan efektif untuk penilaian dan pemantauan dinamika tutupan hutan mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur perubahan tutupan hutan mangrove selama 20 tahun dari tahun 1993-2013, 1993-2003, dan 2003-2013, dengan menggunakan citra Landsat multi-temporal. Lokasi penelitian dipilih di Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas hutan mangrove mengalami penurunan yang disebabkan oleh pengaruh dari manusia.Kata Kunci: dinamika geospasial, mangrove, penginderaan jauh, SIG
DINAMIKA TUTUPAN PERAIRAN DANGKAL PULAU-PULAU KECIL, KEPULAUAN SPERMONDE Nurdin, Nurjannah; Amri, Khairul; Djalil, Abd. Rasyid; AS, M. Akbar; Jaya, Ilham; agus, Agus
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 2 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.852 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-2.221

Abstract

Salah satu wilayah pesisir yang penting secara ekonomi dan ekologi adalah kawasan pesisir Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Pada wilayah ini terdapat kegiatan ekonomi yang berbasiskan sumber daya alam seperti perikanan. Perairan Kepulauan Spermonde menerima dampak dari kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan sehingga berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem pesisir. Penginderaan jauh memiliki peranan penting dan efektif untuk penilaian dan pemantauan dinamika tutupan perairan dangkal. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan informasi dinamika spasial tutupan dasar ekosistem perairan dangkal di pulau-pulau outer zone Kepulauan Spermonde. Lokasi penelitian adalah pulau Langkai. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu citra satelit Landsat dengan tahun perekaman 1972, 1981, 1990, 1996, 2002, 2008, dan 2014. Penelitian ini terdiri dari lima tahapan, yaitu: (1) tahap awal pengolahan citra satelit, (2) tahap survei lapangan, (3) tahap pengolahan citra lanjutan, (4) tahap post classification dan (5) uji ketelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas karang hidup menjadi karang mati dan pecahan karang, sedangkan luas pecahan karang dan karang mati ditumbuhi alga meningkat selama 42 tahun (1972 – 2014). Kerusakan habitat terumbu karang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia yang menangkap ikan dengan menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan.Keywords: dinamika spasial, terumbu karang, pulau kecil, LandsatABSTRACTOne of the coastal areas are important economically and ecology are Spermonde islands coastal areas of South Sulawesi. In this region there are economic activities based on natural resources such as fisheries. This region receives the impact of fishing activities which are not environmentally friendly and therefore contributes to damage to coastal ecosystems. Remote sensing has an important and effective role in the assessment and monitoring of the dynamics of shallow water cover. The aim of this study is to produce dynamic geospatial information of shallow water on a small island, Spermonde archipelago. The research location is a Langkai island. The data used in this study is Landsat satellite image with a different acquitision date. This study consists of five main steps including: (1) the stage of satellite image processing, (2) field survey, (3) advanced image processing, (4) post classification, and (5) accuracy assessment. The results showed that there was a large decrease in live coral to dead coral with algae and rubble, while the area of dead coral with algae and rubble is increased for 42 years ( 1972-2014 ). Damage to coral reef habitat largely caused by human activity which catch fish by using fishing gear that is not environmentally friendly.Keywords: spatial dynamic, coral reef, small island, Landsat
HYPERSPECTRAL OBSERVATION FOR OPTICAL PROPERTIES OF COASTAL BENTHIC COMMUNITIES IN THE SMALL ISLAND Nurdin, Nurjannah; Komatsu, Teruhisa; Yamano, Hiroya; Arafat, Gulam; Rani, Chair; Awaludinnoer, Awaludinnoer
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.681 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2010.12-2.128

Abstract

Collecting the spectral library of different bottom types is an important step in mapping shallow water bottom types with of remote sensing. Five small islands in the Spermonde archipelago, South Sulawesi, Indonesia, were selected to measure the reflectance spectral of benthic communities. The objectives of this study are to determine optical properties of the live corals, dead corals covered with algae, coral rubble, broken shell, sand, seagrass and to collect a spectral library of bottom types present around small islands in the Spermonde archipelago. Several benthic communities appear to be highly correlated with one another when the entire spectrum considered, which may lead to classification errors. Porites meyeri,dead corals and coral rubble (>3 months ago) share a high degree of similarity in reflectance. The other coastal benthic communities are readily distinguishable.Keywords : Spectral, Coral Rubble, Living Corals, Dead Corals, Broken Shell ABSTRAKPengumpulan pustaka spektral pada berbagai jenis dasar perairan merupakan langkah yang penting dalam memetakan karakteristik dasar perairan dangkal dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Pada penelitian ini, pengukuran reflektansi spektral pada komunitas bentik perairan dangkal dilakukan pada lima pulau-pulau kecil yang terdapat di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah selain menentukan karakteristik optik pada karang hidup, karang mati yang ditumbuhi alga, pecahan karang, pecahan cangkang, pasir dan lamun juga untuk membangun pustaka spektral berbagai jenis obyek dasar perairan dangkal yang terdapat di sekitar pulau-pulau kecil Kepulauan Spermonde. Beberapa komunitas dengan jenis komunitas bentik lainnya menunjukkan korelasi yang kuat yang akan menghasilkan kesalahan klasifikasi jika menggunakan julat spektrum yang lebar seperti antara karang Porites meyeri, karang mati yang ditumbuhi alga dan pecahan karang yang telah berumur lebih dari 3 bulan menunjukkan tingkat kesamaaan reflektansi spektral yang tinggi. Sedangkan pada obyek dasar perairan dangkal lainnya, nilai pantulan spektralnya dapat dipisahkan.Kata kuci : Spektral, Pecahan Karang, Karang Hidup, Karang Mati, Pecahan Cangkang.
ANALISIS KLASIFIKASI OBJEK PENUTUP DASAR PERAIRAN LAUT DANGKAL MENGGUNAKAN CITRA ALOS AVNIR-2 Nurdin, Nurjannah; Hidayatullah, Taufik; AS, M. Akbar
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 11, No 1 (2009)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1891.704 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2009.11-1.333

Abstract

lnformasi mengenai obyek penutup dasar perairan laut dangkal sangat penting untuk diketahui dalam pengelolaan daerah pesisir dan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan distribusi obyek penutup dasar perairan laut dangkal dengan menggunakan citra Alos AVNIR-2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2008 yang meliputi tahap persiapan, survei dan pengambilan data lapangan, pengolahan awal, pengolahan tanjut dan pengolahan akhir pemrosesan citra. Hasil klasifikasi citra menuniukan Atos AVNIR-2 dapat membedakan 10 tipe obyek perairan laut dangkal, yaitu: l) lamun dan pasir, 2) lamun, 3) pecahan karang dan pasir, 4) karang mati ditumbuhi alga dan pasir, karang mati, 5) karang keras dan karang mati ditumbuhi alga, 6) pecahan karang dan pasir, 7) lamun, alga dan pasir, 8) pecahan karang, 9) pasir dan karang mati ditumbuhi alga, 10) pasir. Jenis obyek penutup dasar perairan dangkal di Pulau Kalukalukuang secara berurut didominasi oleh karang mati, lamun dan pasir bercampur pecahan karang.Kata Kunci: Laut Dangkal, Citra Alos AVNIR-2, Pulau Kalukalukuang ABSTRACTInformation about the bottom object of shallow water is important to know which is ultimately beneficial as the material for the management of coastal and marine areas. The aim of this study is to determine the types and distribution of sea bottom characteristics area in shallow water using satellite imagery Alos AVNIR-2. The study was conducted in June 2008 in Kalukalukuang Island which included the preparation stage, survey and field data acquisition, preprocessing, middle processing and final processing of the image processing. The results of image classification analysis showed that Alos AVNIR-2 was capable to distinguish of 10 types of sea bottom characteristics in the shallow waters. They are 1) sea grass mixed with sand, 2) sea grass, 3) rubbers mixed with sand, 4) dead coral with algae mixed with sand, 5) hard coral and dead coral with algae, 6) rubbers mixed with sand (above the water surface), 7) sea grass, algae mixed with sand, 8) rubbers, 9) sand, and rubbers with algae, 10) sand. Characteristics of sea bottom in the shallow water of Katukalukuang lsland were dominated by dead coral, sea grass and sand with rubbers.Keywords: Shallow Water, Alos AVNIR-2 imagery, Kalukalukuang Island
Studi Karakteristik Mangrove di Kawasan Teluk Maumere, Indonesia Angelinus Vincentius; Yohanes Don Bosco R. Minggo; Nurjannah Nurdin
AQUANIPA - Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol 1, No 1 (2019): AQUANIPA - Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan
Publisher : Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan hutan mangrove telah lama diketahui mempunyai peran yang sangat penting dalam dinamika ekosistem pesisir dan laut terutama sokongannya terhadap perikanan pantai. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan mangrove menghasilkan produktivitas primer yang tinggi, yang dapat mendukung kehidupan biota perairan. Studi ini bertujuan untuk menghitung karakteristik hutan mangrove yang meliputi variabel-variabel luas, ketebalan areal, tutupan, kerapatan, dan nilai index-index ekologi hutan mangrove di Teluk Maumere. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari metode spasial dan non spasial. Pada metode spasial digunakan software ArcGIS 10.3, citra Landsat ETM 7 dan Landsat 8 OLI/TIRS 2017; dan pada metode non spasial digunakan transek garis dan petak contoh (transect line plot). Analisis data index ekologi menggunakan software PRIMER 5 versi 5.2.2. Lokasi pengamatan di 7 stasiun yaitu : Darat Pantai, Talibura (Kecamatan Talibura), Kampung Garam I, Wuring, Wuring Leko (Kecamatan Alok), Fata dan Ndete (Kecamatan Magepanda). Pada setiap stasiun terdapat 3 sub stasiun pengamatan. Dari hasil penelitian ditemukan 8 species mangrove di lokasi penelitian, yaitu (1) Avicennia alba, BL., (2) Avicennia marina, (Forsk). Vierh, (3) Bruguiera gymnorrhiza, (L.) Lamk, (4) Bruguiera parviflora, (Roxb.) W.&A.ex Grift. (5) Ceriops tagal, (Perr.) C.B. Rob, (6) Rhizophora apiculata, BL., (7) Rhizophora mucronata, Lmk., (8) Sonneratia alba, J.E. Smith. Stasiun dengan luas terbesar di Darat Pantai (133,43 Ha) dan luas terkecil di Fata (18,37 Ha). Stasiun dengan rata-rata ketebalan terpanjang di Wuring (427,61 meter) dan ketebalan terpendek di Ndete (114,74 meter). Stasiun dengan prosentase tutupan tertinggi (padat) di Talibura (80,63%) dan prosentase tutupan terendah (jarang) di Kampung Garam I (59,00%). Stasiun dengan kerapatan tertinggi di Darat Pantai (3220 pohon/ha) dan kerapatan terendah di Fata (2333 pohon/ha). Nilai Index keragaman jenis (Shannon-Wiener) di semua stasiun antara 1 – 3 atau 1 < H’ < 3 tergolong sedang.Nilai Index kekayaan jenis (Margalef) di semua stasiun adalah R < 3,5 yang menunjukkan bahwa kekayaan jenis mangrove tergolong rendah.Index kemerataan jenis (Pielou's, J’) di semua stasiun bernilai > 0,6 yang menunjukkan bahwa kemerataan jenis tergolong tinggi. Index dominansi (Simpson) di sebagian besar sub stasiun bernilai sedang (D’ < 0,75).
Model Spasial Level Dasar Bangunan Kota Tepian Air (Studi Kasus: Kota Makassar) Sudirman Nganro; Slamet Trisutomo; Roland Alexander Barkey; Mukti Ali; Nurjannah Nurdin
TATALOKA Vol 22, No 3 (2020): Volume 22 No. 3, August 2020
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.22.3.418-427

Abstract

Flooding is a threat to coastal cities such as Makassar City. To Avoid the threat of flooding, it is necessary to determine the ground level of the building. This study aims to develop a spatial model for determining the ground level of buildings for Makassar City based on climate change data and environmental geography. Prediction of sea level rise using MAGICC/SCENGEN application, GIS-based satellite image analysis, rainfall analysis using Thiessen polygon method, surface runoff coefficient value determined by Cook method, and design flood discharge analysis with HSU Nakayasu method. The spatial model of the ground level of Makassar City building for 2030 is a function of sea tides, sea level rise due to climate change, alluvial floods and inflow floods that can occur simultaneously. The model produces a spatial map with attributes of geographic coordinates (x,y,z).
PENILAIAN KEBERLANJUTAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Andi Yurnita; Slamet Trisutomo; Nurjannah Nurdin
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Alauddin University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menilai keberlanjutan suatu kawasan reklamasi menggunakan Sistem Informasi Geografis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial (keruangan) dan mentabulasi ke dalam range tabel indeks keberlanjutan. Analisis SIG dilakukan menggunakan Indeks Keberlanjutan Reklamasi (IKR) yang dirumuskan pada penelitian sebelumnya melalui analytic hierarchy process (AHP) dan expert choices. Hasil analisis spasial status keberlanjutan kawasan reklamasi di Pantai Utara Jakarta, menunjukkan bahwa lokasi tersebut berada pada range kurang berkelanjutan yaitu 1,75 dari skala 1-3 nilai keberlanjutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa reklamasi di Kota Jakarta perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaannya, terutama pada kawasan lindung, muara sungai, kawasan konservasi air dan persentase ruang terbuka, karena ada kecenderungan perubahan lingkungan yang tidak aman bagi generasi yang akan datang.
Perubahan Garis Pantai pada Musim Timur dan Barat kaitannya dengan Karakteristik Gelombang di Pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan Dwi Fajriyati Inaku; Nurjannah Nurdin; Dewi Yanuarita Satari
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 3 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i3.11095

Abstract

Detection of shoreline changes needs to be done to determine changes so that supervision and management planning in a coastal area can be carried out, one of which is on the coast of Takalar Regency, South Sulawesi. This study aims to map changes in the coastline in Takalar Regency in different seasons and to see the effect of the waves on these changes. This study uses Landsat satellite imagery data from 1998-2018, and wave data obtained from Copernicus Marine Environment Monitoring Services (CMEMS). The shoreline data extraction was using the combination of single band and band ratio approach while the shoreline change rate calculation was using the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) application. In addition, GeoDa application was used to obtain the regression analysis of the effect of waves on shoreline changes. The results showed that there were similar patterns of shoreline changes between monsoon and west monsoon, although the value were different. Coastal erosion occurs in almost all Takalar coastal area. Some areas that have a high coastal erosion value were the sub-district of South Galesong and Mappakasunggu while the areas that have a high accretion value were the sub-districts of Sanrobone, Mappakasunggu, and Mangarabombang. The waves had a significant influence on changes in shoreline in both the monsoon and west monsoon (P <0.05) with a percentage of 17,2% for the monsoon and 7.3% for the west monsoon which indicated there were other factors that influence shoreline change besides the wave factor on the Takalar Coast. Deteksi perubahan garis pantai perlu dilakukan dalam rangka pengawasan dan perencanaan pengelolaan di suatu kawasan, salah satunya di Pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan perubahan garis pantai di Kabupaten Takalar berdasarkan musim dan melihat pengaruh gelombang terhadap perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan data Citra Satelit Landsat tahun 1998-2018, dan data gelombang yang diperoleh dari Copernicus Marine Environment Monitoring Services (CMEMS). Ekstraksi data garis pantai menggunakan pendekatan perkalian single band dan ratio band sedangkan perhitungan laju perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Analisis regresi untuk melihat pengaruh gelombang terhadap perubahan garis pantai menggunakan aplikasi GeoDa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pola yang hampir sama antara perubahan garis pantai musim timur dan musim barat meskipun dengan besaran yang berbeda. Abrasi terjadi hampir di seluruh Pesisir Takalar. Daerah yang memiliki nilai abrasi yang tinggi yaitu Kecamatan Galesong Selatan dan Mappakasunggu sedangkan daerah yang memiliki nilai akresi tinggi yaitu Kecamatan Sanrobone, Mappakasunggu, dan Mangarabombang. Gelombang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan garis pantai baik pada musim timur maupun barat (P<0,05) dengan persentase 17,2% untuk musim timur dan 7,3% untuk musim barat yang mengindikasikan terdapat faktor lain yang ikut mempengaruhi perubahan garis pantai selain faktor gelombang di Pesisir Takalar.
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis Provinsi Kalimantan Utara Abd Rasyid Jalil; Alfa Nelwan; Nurjannah Nurdin; Mukti Zainuddin; Ilham Jaya; M. Akbar AS
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 6 (2019): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VI KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.187 KB)

Abstract

Potensi ikan pelagis di perairan Indonesia adalah 3,2 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan46,59% sehingga peluang untuk pengembangannya masih 43,41% namun pemanfaatannya harusmemperhatikan lokasi penangkapannya karena penangkapan ikan pelagis di Indonesia sebagianbesar telah memperlihatkan tingkat penguasaan yang berlebih seperti di Laut Jawa dan SelatMalaka kecuali untuk Laut Arafura dan Laut Sulawesi serta Samudera Pasifik. Tujuan penelitianxini adalah menganalisis potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di perairanProvinsi Kalimantan Utara. Pendekatan metode yang digunakan adalah metode “SurplusProduksi”. Metode ini berfungsi sebagai estimator kelimpahan relatif suatu sumberdaya ikan padaperairan provinsi Kalimantan Utara yang didasarkan pada hasil tangkapan per unit upayapenangkapan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kemampuan armada perikanan pelagis besar diProvinsi Kalimantan Utara belum dapat menjangkau daerah penangkapan ikan pelagis besar yangpotensial. Sumberdaya ikan pelagis besar yang memiliki habitat di perairan laut lepasmembutuhkan kemampuan armada yang lebih besar untuk menjangkau lokasi penangkapan ikanyang potensial. Tren hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) kelompok ikan pelagisbesar di perairan Kalimantan Utara menunjukkan tren menurun dengan laju penurunan sebesar0,02 ton/unit dalam kurun waktu tahun 2010-2014 adalah 3,8 ton/unit, sedangkan CPUE yangtertinggi sebesar 10,1 ton unit dengan jumlah upaya standar sebesar 256 unit.Kata kunci : ikan pelagis, CPUE, armada, Kalimantan Utara