ABSTRAKPenetapan kawasan hutan produksi sebagai kawasan budidaya dalam rencana tata ruang seharusnya diikuti dengan penggunaan lahan yang mengarah pada fungsi dan peruntukannya. Hal ini tidak ditemui pada kawasan hutan produksi Gedong Wani, Provinsi Lampung, karena kawasan ini telah berkembang menjadi desa definitif dengan penggunaan lahan berupa pemukiman, ladang, dan perkebunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan desa dalam kawasan hutan, menganalisis perubahan penggunaan lahan periode tahun 2000-2013, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan dan merumuskan arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan agar berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 desa yang dianalisis, terdapat 1 desa dengan tingkat perkembangan paling tinggi pada tahun 2011 yaitu Desa Jati Baru, Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2000 ke 2013 berupa peningkatan luasan perkebunan rakyat dan area terbangun, serta penurunan luasan ladang dan hutan. Ditinjau dari aspek fisik dan demografi, faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi ladang dan area terbangun adalah kebijakan fisik pemanfaatan kawasan hutan dan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan rakyat adalah jenis tanah. Prediksi penggunaan lahan pada tahun 2026 menunjukkan peningkatan luasan pada perkebunan rakyat dan area terbangun serta penurunan luas ladang dan hutan. Arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi adalah dengan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan dengan mengakomodir tanaman perkebunan rakyat sebagai bagian dari komoditas hasil hutan.Kata kunci: kawasan hutan produksi, desa, penggunaan lahan, prediksiABSTRACTDetermination of forest production in the cultivated area for spatial planning should have been followed by the use of land that leads to its functions and purposes. This situation is not found in the forest production area of Gedong Wan, the Lampung Province, as the region has grown to become a definitive rural land uses such as residential, farm and smallholder plantation. This study aims to analyze the development of the rural development in the forest area, analyzing the landuse change during the period of 2000-2013, to analyze the factors that influence the landuse change and formulate directives policy that structuring the spatial patterns of forest to meet its intended functions. The results showed that among the 39 villages assessed, there was one villages with the highest growth rate in 2011, which is the village of Jatibaru, Tanjung Bintang districts, South Lampung regency. The landuse change between 2000 and 2013 showed an increase in smallholder plantation and built up area, followed by a decrease in the extent of farm land and forests. Considering the physical aspects and demographic factors that influence to the forest changes, the changes into farm land and built up area influenced by the utilization of forest policy and population growth. Meanwhile, the factors influenced landuse change into smallholder plantation is the soil type. The prediction of landuse in 2026 showed an increase in the extent of the smallholder plantation and built up area, and the decline of farm land and forest. The directives policy for structuring spatial patterns of the forest production area is by establishing community involvement in the management of forests to accommodate smallholder tree crops as part of forest products.Keywords: production forest area, village, landuse change, prediction