ABSTRAKData Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012 peserta KB 85,34% dari Pasangan Usia Subur, hanya 4,68% yang menggunakan Intra Uterine Device (IUD), implant 2,45%, Medis Operatif Wanita 1,18%, Medis Operatif Pria 0,58%, kondom 0,76%, suntik 60,9% dan pil 14,74%, sehingga alat kontrasepsi IUD masih kurang diminati dan penggunaannya rendah dibanding alat kontrasepsi lainnya. Tujuan penelitian membuktikan pengaruh tingkat pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi IUD. Desain studi case control. populasi Akseptor KB di Puskesmas Kecamatan Keramat Jati periode Januari- Desember 2013 sebanyak 300 peserta, menggunakan IUD 60 akseptor semua diambil menjadi kasus, sisanya 240 diambil sebagai kontrol 60 secara acak, pengumpulan data dari medical record. Variabel independen: pendidikan , umur, paritas, pekerjaan istri, pekerjaan suami, jarak pelayanan, biaya pelayanan KB. Variabel dependen akseptor IUD. Analisis deskriptif dan chi square. Hasil penelitian pendidikan tinggi 66,2%, umur >35 tahun 62,7 %, paritas >2 anak 62,3%, istri bekerja 66,1%, pekerjaan suami tetap 61%, jarak pelayanan dekat 55%, biaya pelayanan KB gratis 54,5%. Hasil chi square pendidikan p 0,000, OR 5,42, 95% CI 2,43-12,10; umur p 0,003, OR 3,26, 95% CI 1,54-6.94; paritas p 0,001, OR 4,27, 95% CI 1,90-9,61; pekerjaan istri p 0,001, OR 3,71, 95% CI 1,75-7,90; pekerjaan suami p 0,001, OR 3,61, 95% CI 1,63-8,01; biaya pelayanan KB p 0,043, OR 3,34, 95% CI 1,12-9,99. Kesimpulan faktor dominan pengaruhnya terhadap pemakaian alat kontrasepsi IUD adalah pendidikan tinggi dengan peluang sebesar lima kali lipat lebih dibandingkan dengan pendidikan rendah. Saran penyuluhan yang berpendidikan rendah, paritas rendah, istri yang tidak bekerja, suami yang bekerja lepas, dan biaya sendiri, umur muda agar menggunakan kontrasepsi khususnya IUD sebagai alat kontrasepsi yang efektif.Kata Kunci : biaya ,pekerjaan istri,pekerjaan suami,pendidikan ,umur, KB IUD.
Copyrights © 2018