Abstrak: Bangsa Arab memiliki kultur bahasa yang sangat dinamis dibanding masyarakat lainnya. Sebelum turun Al-Quran, bangsa Arab sedang berada pada puncak ketinggian nilai bahasa dan sastra Arab. Konsekuensi logis dari kondisi ini adalah diutusnya Nabi Muhammad dengan bekal kekuatan yang sumbernya adalah kitab suci yaitu Al-Quran yang mengandung nilai sastra tinggi. Kitab suci tersebut membuat bangsa Arab tereperangah dan kagum. Hal ini disebabkan bahwa mereka yang sudah terbiasa dengan karya sastra berupa syiir (khususnya) dihadapkan dengan sesuatu yang berada di luar daya nalar dan intelektual mereka pada aspek bahasa dan sastra. Ketinggian nilai bahasa dan sastra Al-Quran bukanlah hal yang diperdebatkan baik bagi yang beriman maupun yang tidak (pada waktu itu) karena setiap ayat yang tersebar di berbagai surat dalam Al-Quran sarat akan makna dan disajikan dengan cara yang luar biasa. Untuk sampai kepada makna tersebut (baik tekstual maupun kontekstual), bagi kita yang hidup berjarak 1400 tahun setelah turunnya Al-Quran tentu membutuhkan pemahaman kaidah atau rumusan pola-pola kalimat dan ungkapan Al-Quran. Secara umum, Kaidah-kaidah untuk menentukan makna tekstual ditentukan oleh ilmu tata bahasa (nahwu dan shorf) sedangkan kaidah-kaidah untuk menentukan makna kontekstual erat kaitannya dengan ilmu balaghoh.Kata kunci: makna tekstual, makna kontekstual, sastra
Copyrights © 2018