Peristiwa pemberhentian kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di Sabuga, Bandung (6/6/2016) telah menjadi viral di media sosial dan mendapat banyak perhatian media massa maupun masyarakat. Terdapat pro dan kontra yang melibatkan pendapat dan persepsi dari berbagai pihak di media massa, baik media sosial maupun media konvensional. Hal ini menimbulkan perbincangan yang hangat dan cenderung memanas dalam beberapa kurun waktu, termasuk pemberitaan media massa yang dianggap mewakili ideologi media yang memberitakannya. Beberapa berita memuat pernyataan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ahmad Heryawan (Aher) yang menanggapi peristiwa pemberhentian KKR. Melalui tulisan ini, peneliti melakukan analisis framing dengan menggunakan pendekatan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk menganalisis pembingkaian berita di media massa yang memuat pernyataan Gubernur Jabar dalam menanggapi pemberhentian kegiatan KKR di Bandung yang dimuat dalam KOMPAS.com dan BERITASATU.com. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa yang sama dapat dikonstruksi media dengan menonjolkan informasi yang berbeda. Jika KOMPAS.com berupaya mengonstruksi pesan yang membuat khalayak sedikit meredam pada peristiwa KKR di Sabuga, berbeda halnya dengan BERITASATU.com yang justru dapat berpotensi semakin membangkitkan emosi negatif khalayak kepada Gubernur Jabar.
Copyrights © 2017