Penelitian ini bertujuan menerapkan konsep Six Sigma untuk mengurangi terjadinya cacat dan menekan adanya variabilitas yang terjadi pada proses pembuatan keramik. Proses perbaikan dilakukan secara sistematis dan kontinyu dengan menggunakan siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control). Dengan menggunakan diagram Pareto diperoleh dua jenis cacat kritis yang menjadi permasalahan utama yaitu retak dan bintik melepuh. Selanjutnya alternatif-alternatif perbaikan pada proses diperoleh dengan FMEA. Berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) yang tertinggi diambil 3 alternatif perbaikan dan selanjutnya dipilih satu alternatif terbaik dengan menggunakan metode AHP. Implementasi perbaikan dilakukan dengan menggunakan timer dan menugaskan operator khusus pada saat pembakaran untuk mengurangi cacat retak dan membersihkan kotoran bodi dengan menggunakan kompresor untuk mengurangi bintik melepuh. Setelah dilakukan evaluasi hasil implementasi alternatif perbaikan pada proses pembuatan keramik diperoleh kenaikan level sigma dari 2,8 menjadi 3 yang diikuti penurunan DPMO dari 104.167 menjadi 65.625. Sedangkan prosentase biaya akibat kualitas keramik yang jelek (COPQ) terhadap total penjualan mengalami penurunan dari 16,48% menjadi 9,93%.
Copyrights © 2007