Interaksi Online
Vol 2, No 4: Oktober 2014

Konstruksi Relasi Komunikasi Keluarga dalam Film I Not Stupid Too

Chykla Azalika (Unknown)
Hapsari Dwiningtyas (Unknown)
Wiwid Noor Rakhmad (Unknown)
Agus Naryoso (Unknown)



Article Info

Publish Date
30 Sep 2014

Abstract

Keluarga adalah sebuah lembaga yang masih memiliki nilai sakral di dalam masyarakat. Penggambaran keluarga dalam perfilman Timur sering menjadikan konflik keluarga menjadi fokus utama dalam cerita. Hal ini dapat dilihat dari salah satu film yang berjudul I Not Stupid Too, sebagai contoh film produksi Singapura yang menceritakan mengenai hubungan komunikasi keluarga yaitu antara orang tua dan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap gagasan mengenai normalitas keluarga melalui pesan teks yang ditampilkan dalam film I Not Stupid Too, serta penjabaran bagaimana konstruksi relasi komunikasi keluarga dikonstruksi dan dikomunikasikan kepada publik. Ahli studi keluarga seperti Brock dan Barnard (1999) dan Walsh (1982) melihat keberfungsian keluarga sebagai sistem keluarga yang sehat yang bisa dilihat dari struktur dan proses interaksi dalam keluarga. Keluarga memainkan peranan penting dalam membangun kesejahteraan, pengasuhan, dan pendidikan dasar kepada anggota-anggota keluarga. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa film I Not Stupid Too yang menggambarkan sebuah disfungsi keluarga sebagai fokus utamanya dan telah menjadi salah satu contoh yang jelas tentang pergeseran media dalam menggambarkan sebuah relasi komunikasi keluarga.Menggambarkan sebuah keluarga dalam film I Not Stupid Too berarti memproduksi tanda-tanda yang ada dalam film I Not Stupid Too yang berhubungan dengan keluarga, di mana tanda-tanda tersebut meliputi story yang menjelaskan mengenai peristiwa dalam film I Not Stupid Too. Peristiwa dalam sebuah cerita merupakan suatu kesatuan yang membentuk plot sebagai pengaturan kejadian-kejadian yang terjadi. Hingga tanda yang berhubungan dengan ekspresi wacana atau discourse dalam film I Not Stupid Too. Film I Not Stupid Too memperlihatkan keluarga yang memiliki disfungsi di dalamnya yang mencakup ketidak harmonisan, acuh tak acuh antar anggota keluarga hingga tidak ada rasa saling memiliki satu sama lain. Pada intinya film I Not Stupid Too menggambarkan keluarga yang masih terbelenggu dengan normalitas keluarga yang ada, terbukti dalam film tersebut menggambarkan yang menjadi panutan dalam masyarakat adalah orang tua. Disfungsi keluarga dalam film ini ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban dan peran mereka. Unsur-unsur seperti sudut pandang, narator, dan karakter yang terdapat dalam film I Not Stupid Too memperlihatkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh kedua keluarga berakibat pada buruknya perkembangan anak.Kata Kunci: Film, Konstruksi, Analisis Naratif

Copyrights © 2014






Journal Info

Abbrev

interaksi-online

Publisher

Subject

Library & Information Science Social Sciences

Description

Jurnal Interaksi Online adalah jurnal yang memuat karya ilmiah mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Undip. Interaksi Online menerima artikel-artikel yang berfokus pada topik yang ada dalam ranah kajian Ilmu Komunikasi dan Ilmu ...