Latar belakang : Anak stunting memiliki risiko untuk menjadi overweight sebesar 1,7-7,8 kali. Kecukupan energi, protein, dan lemak berlebih, aktivitas fisik rendah, tingkat pendapatan perkapita keluarga tinggi, dan status gizi overweight pada ayah maupun ibu cenderung meningkatkan kejadian overweight pada anak stunting. Anak SD rentan menjadi overweight akibat perubahan pola makan dan aktivitas fisik pada usia tersebut.Tujuan : Mengetahui faktor risiko kejadian overweight pada anak stunting usia sekolah dasarMetode : Desain penelitian case control study dengan matching usia, jenis kelamin, dan derajat stunting dari 4 SD di Semarang Timur. Subjek penelitian terdiri dari 30 kelompok kasus (stunting dengan overweight) dan 30 kelompok kontrol (stunting tidak overweight). Kriteria stunting menggunakan indikator TB/U sedangkan kriteria overweight menggunakan indikator IMT/U. Asupan energi, lemak dan protein dihitung dengan food frequency questionaire (FFQ) semi kuantitatif dan aktivitas fisik menggunakan kuesioner aktivitas fisik. Tingkat pendapatan perkapita keluarga dan status gizi ayah serta status gizi ibu diperoleh melalui form kuesioner dan pengukuran antropometri. Analisa faktor risiko menggunakan uji Chi Square.Hasil : Faktor risiko kejadian overweight pada anak stunting adalah kecukupan energi (OR=9,33 95%CI=2,85-30,6), kecukupan lemak (OR=6 95%CI=1,48-24,3), kecukupan protein (OR=3,82 95%CI=1,15-12,71), dan status gizi ibu (OR=4,97 95%CI=1,39-17,82). Tingkat aktivitas fisik (OR=0,88 95%CI= 0,32-2,4), status gizi ayah (OR=1 95%CI=0,34-2,92), dan tingkat pendapatan perkapita (OR=3,5 95%CI=0,65-2,67) bukan merupakan faktor risiko kejadian overweight pada anak stunting.Kesimpulan : Kecukupan energi, kecukupan lemak , kecukupan protein, dan status gizi ibu merupakan faktor risiko kejadian overweight pada anak stunting.
Copyrights © 2014