Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling
Vol 7, No 3 (2017): volume 7 nomer 3

PETA MASALAH SANTRI DAN KESIAPAN GURU BK SMA DI PONDOK PESANTREN AL FATTAH SIDOARJO

Dewi Cahyaningtyas, Kurnia (Unknown)



Article Info

Publish Date
12 May 2017

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan santri yang ada di pondok pesantren. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui kesiapan guru BK/konselor SMA serta atensi pengurus pondok pesantren tentang BK di SMA tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu studi kasus. Penelitian ini menggunakan sampel acak/sampel campur (random sampling). Subjek yang digunakan adalah seluruh santri laki-laki dan santri perempuan di SMA Al Fattah Sidoarjo, seluruh guru BK/konselor dan tiga orang pengurus pondok pesantren. Jenis pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, daftar cek masalah (DCM), dan dokumentasi. Dari hasil analisis secara keseluruhan daftar cek masalah (DCM) santri kelas X, kelas XI, dan Kelas XII, terdapat tiga aspek masalah yang memiliki nilai tertinggi, yaitu (1) aspek kebiasaan belajar (KB) diperoleh skor sebanyak 1216 dengan persentase sebesar 13%, (2) aspek kesehatan (KES) diperoleh skor sebanyak 1129 dengan persentase sebesar 12%, dan (3) aspek waktu senggang/rekreasi diperoleh skor sebanyak 965 dengan persentase sebesar 10%.Kesiapan guru BK SMA di Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo masih dikatakan kurang siap karena jika dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana, buku pedoman masih belum diketahui bentuk bakunya, guru BK tidak mengetahui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014, ketersediaan ruang konseling masih minim perlengkapan ruang konseling, dan instrumen pengumpul data juga hanya satu jenis, yaitu Daftar Cek Masalah (DCM). Keterampilan (skill) yang dimiliki guru BK juga belum memenuhi syarat untuk dapat dikatakan sebagai guru BK. Latar belakang pendidikan guru BK bukan lulusan Sarjana S1 Bimbingan dan Konseling dan tidak memenuhi standar agar dapat dikatakan sebagai guru BK. Beban kerja guru BK terlalu banyak, yaitu menangani sebanyak kurang lebih 420 santri dan tidak ada kelas untuk Bimbingan dan Konseling. Kinerja guru BK juga kurang baik karena tidak pernah membuat Rencana Pelayanan Bimbingan dan Konseling (hanya mengimplementasikan Rencana Pelayanan Bimbingan dan Konseling dari guru BK di sekolah negeri), namun kerjasama dengan antar profesi sudah dilaksanakan dengan baik. Kata Kunci : permasalahan santri, kesiapan guru BK/Konselor, pondok pesantren

Copyrights © 2017