Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi
Vol. 5 No. 1 (2019): Kindai Etam Volume 5 Nomor 1 November 2019

PEMBANGUNAN BENTENG NOSTRA SENORA DEL ROSARIO (THE ESTABLISHMENT OF NOSTRA SENORA DEL ROSARIO FORT)

Laila Abdul Jalil (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ternate)



Article Info

Publish Date
10 Feb 2020

Abstract

Rempah-rempah menjadi daya tarik utama kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara. Cengkih, pala, dan fuli (bagian dalam buah pala yang berwarna merah dengan aroma harum) merupakan jenis rempah yang dicari. Rempah-rempah yang berasal dari Pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan menjadi komoditas utama yang memiliki nilai tinggi dan diperebutkan oleh bangsa Eropa. Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang berhasil mencapai kepulauan rempah. Setelah menaklukkan Malaka pada tahun 1511, Alburqueque mengirimkan tiga kapal mencari kepulauan rempah. Kedatanganbangsa Portugis ke Maluku menjadi penanda awal hubungan bangsa Eropa dengan Nusantara hingga abad XX. Motivasi kedatangan bangsa Eropa yang didorong dengan semangat gold, gospel, dan glory memicu konflik yang berkepanjangan antara Eropa dan penduduk Maluku. Kedatangan Portugis ke Maluku disambut dengan baik oleh Sultan Ternate, Sultan Bayan (Abu Lais). Hubungan perdagangan yang baik antara Kesultanan Ternate dengan Portugis mendorong niat Portugis untuk membangun benteng di Ternate. Keinginan Portugis untuk membangun benteng mendapat izin dari Kesultanan Ternate. Tahap awal pengerjaan benteng dimulai pada tahun 1522. Daerah Kastela dipilih sebagai lokasi pembangunan benteng. Benteng ini merupakan benteng Portugis pertama di Nusantara. Selain sebagai pusat untuk perdagangan dan tempat tinggal bangsa Portugis, benteng pertama ini juga menjadi sekolah teologi pertama di Asia Tenggara. Benteng ini diberi nama Sao Joao Bautista atau Nostra Senora del Rosario yang berarti wanita cantik berkalung bunga mawar. Spices had attracted the arrival of Europeans to the archipelago. Cloves, nutmeg, and mace (the inside part of nutmeg which red color and fragrant) were the most wanted spices. The spices originating from the islands of Ternate, Tidore, Moti, Makian, and Bacan became a high value comodity which was contested by Europeans. Portuguese was the first Europeans to reach the spice islands. After conquering Malacca in 1511, Alburqueque sent three ships to discover the spice islands. The arrival of the Portuguese to Moluccas was a sign of the beginning of the relationship between Portugal and Maluku until XX century. Portuguese motivation arriving to Mollucas was driven by enthusiasm gold, gospel, and glory. The arrival of the Portuguese was welcomed by the Sultan of Ternate, Sultan Bayan (Abu Lais). Good trade relations between Portuguese and Ternate encouraged Portuguese intention to build a fort in Ternate. the Portuguese wish to build a fort got permission from the Sultan. In 1522, early of the fort construction began. Kastela area was chosen as the location for the fort construction. It become the first Portuguese fort in the archipelago. Other than as a trading centre and Portuguese residence, the fort was also the first theological school in Southeast Asia. The fort is named of Sao Joao Bautista or Nostra Senora del Rosario which means beautiful women with rose flowers.

Copyrights © 2019






Journal Info

Abbrev

kindaietam

Publisher

Subject

Social Sciences

Description

indai Etam merupakan jurnal penelitian arkeologi yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi Kalimantan Selatan sejak tahun 2015. Nama "Kindai Etam" berasal dari bahasa asli masyarakat Dayak Kalimantan, yaitu "kindai" yang berarti wadah dari kayu dan "etam" yang berarti kita. Secara harfiah, Kindai Etam ...