Tulisan ini memaparkan realitas budaya pada masyarakat Gorontalo yang mengekspresikan rasa syukur atas kehamilan yang sementara berjalan kurang lebih tujuh atau delapan bulan dan dikenal dengan istilah molonthalo. Disamping sebagai ungkapan rasa syukur, ritual ini juga merupakan wujud pencarian âkeberkahanâ oleh individu ataupun kelompok di dalam masyarakat yang meyakini dan menyadari kehadiran kekuatan âMahadahsyatâ dalam setiap dimensi kehidupan mereka. Kajian ethnografi yang menggunakan sinergi pendekatan sosio kultural, fenomenologi, dan yuridis normatif ini mengklasifikasikannya tradisi molonthalo ini dalam kategori âurf shahih dan âurf fasid. Dengan klasifikasi ini maka teridentifikasi pula adanya beberapa ritual yang sejalan dengan syariat Islam dan ada pula yang bertentangan. Upaya selanjutnya adalah bagaimana mengeliminir âurf fasid tersebut ke dalam suatu format ritual yang perubahannya tidak menghilangkan hakekat atau makna-makna penting yang lahir dari medan budaya masyarakat. Sehingga rekonstruksi terhadap tradisi molonthalo ini tetap diarahkan kepada rasionalisasi dan konversi tradisi yang berorientasi kepada Allah-sentris, serta melepaskan paradigma masyarakat dari jebakan belenggu-belenggu tradisi yang bersifat magis, mitologis, animistis, dan budaya yang irasional.---------------------------------------This paper explores the ritual of molonthalo, a Gorontalonese traditional ceremony. The molonthalo is performed regarding with the seventh or eighth of pregnancy. This ritual is aimed of express thankful and an expression âendowmentâ searching by a person or group within the community who believe that there is a Supremy Being in their lives. This study uses an ethnography which is combined with socio-cultural, fenomenology, and normative. It has been found that the molonthalo ritual classied into âurf shahih dan âurf fasid. It is indicated that there is a relation between this ritual and Islamic tradition. Also there are a number of elements within the ritual are not compatible with the Islamic values. Therefore, a contructive reconstruct-totion to this tradition should be evaluated---that is aimed to Allah centris. Too, this tradition is initiated to prevent community from irrational magic, myths and animism.
Copyrights © 2012