Prinsip OAM telah lekat dalarn masyarakat Jawa. Kehadiranprinsip ini juga mewarnai penafsiran falsafah aksara Jawa. Prinsip tersebutsemula berasal dari istilah 'kerata basa' atau 'jarwa dhosok', yaituseni me rjemahkan (memaknakan) kata menurut unsur bunyi. Oleh karenaunsur bunyi itu rnasih dirunut berdasarkan konteksnya, ialah wilayahbudaya yang meliputi situasi dan kondisi budaya, lalu dinamakan etimologirakyat. Yakni ilrnu pemaknaan kata sebagai bentuk pola pikirrakyat.Dengan keluwesan prinsip di atas, telah melahirkan aneka ragampenafsiran aksara Jawa, yaitu bahwa aksara Jawa (carakan) dan 'sandangannya'sebagai falsafah hidup (1) sangkan paraning durnadi, yaknibahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan akan kembali pada-NYa, (2)manusia hidup hendaknya mernayu-hayuning bawana, ialah memeliharaketentaraman hidup, melestarikan budaya, ialah menyelematkan dunia,dan mengetahui kewajiban hidup, (3) manusia hendaknya mengenal sifatsifatTuhan, (4) manusia hendaknya mengetahui eksistensi Tuhan dandirinya, (5) hidup rnanusia telah ditentukan oleh takdir, dan (6) bagiorang yang telah berurnah tangga hendaknya dapat mencapai rasa(seksual) sejati.
Copyrights © 1996