Pluralisme terkadang sulit difahami sebagai sebuah entitas yang menawarkan sebuah kondisi yang teduh, toleran dan sarat dengan saling pengertian. Ini barangkali pemahaman tentang pluralitas itu sendiri menjebak pada interpretasi yang keliru tentang egaliter atau kosmopolit. Dengan tidak adanya keseragaman pahaman tentang makna pluralitas atau pluralisme justru akan memberi peluang kepada munculnya konflik di tengah pluralisme. Kenyataan ironis ini diperparah dengan adanya konflik yang justru dijustifikasi oleh pluralisme, dalam segala hal. Di dalam ranah agama, pluralitas justru semakin menyuburkan konflik jika tiada disertai toleransi. Di dalam kultur yang plural arti dari toleransi sangat signifikan dan tidak bias dinilai rendah. Tulisan ini, dari sisi historis, akan mencoba melihat secara dekat akar konflik agama yang justru muncul di dalam wilayah yang sangat plural dari berbagai aspeknya; agama, suku, bahasa, budaya, golongan dan lain sebagainya.
Copyrights © 2003