Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi
Vol. 6 No. 1 (2020): KINDAI ETAM

BENTENG KALAMATA: TINJAUAN ASPEK PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN BENTENG [KALAMATA FORT: REVIEW OF SELECTION ASPECTS FOR BUILDING LOCATIONS]

Laila Abdul Jalil (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ternate)



Article Info

Publish Date
04 Sep 2020

Abstract

Sebelum pulau rempah ditemukan, rempah-rempah diperdagangkan di Malaka dengan harga sangat mahal. Untuk menguasai sumber rempah-rempah, Portugis mengirim ekspedisi penjelajahan ke timur dan tiba di Ternate pada tahun 1512. Kedatangan bangsa Portugis di Ternate memberi dampak dalam bidang bangunan terutama benteng. Salah satu benteng Portugis yang berada di Pulau Ternate adalah Benteng Kalamata. Benteng Kalamata menggunakan material yang berasal dari alam berupa terumbu karang dan batu andesit sebagai konstruksi bangunan yang direkatkan menggunakan kalero yaitu batu karang yang dibakar lalu ditumbuk menjadi kapur. Fungsi Benteng Kalamata selain sebagai benteng pertahanan juga berperan sebagai pos pengamatan aktivitas bangsa Spanyol yang menguasai Tidore serta sebagai gudang rempah-rempah terutama cengkeh. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi alasan penentuan pendirian benteng. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Pengumpuan data dilakukan melalui tahap observasi di sekitar kawasan Benteng Kalamata untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi lingkungan dan selanjutnya dianalisis dengan penalaran induktif. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengetahui sejarah pembangunan Benteng Kalamata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap fungsi lain dari Benteng Kalamata berdasarkan aspek keletakannya. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa daerah Kayu Merah dipilih sebagai lokasi pembangunan Benteng Kalamata selain jarak pandang yang dekat ke Rum di Tidore yang menjadi daerah kekuasaan Spanyol, juga karena tersedianya terumbu karang dan batu andesit yang melimpah sebagai material untuk membangun benteng. Spices had been traded in Malacca with the very expensive rate before spices island was discovered., Portuguese sent an excursion to discover the east, and arrived in Ternate at 1521 to manage the supply of spices. The Portuguese arrival in Ternate had given an influence to the bulding area, mainly fortification. It can still be seen some of the forts in Ternate. One of them is Kalamata Fortress located in Kayu Merah Village, Ternate Selatan District, Ternate City. Kalamata Fort was built by nature substances such as coral reefs and andesite stone as development of bulding and glued together with kalero, coral reefs that were burned and crushed. The function of Kalamata is not only as a fortress but also as an observation post. This post had a duty to keep watch of Spanish activities who had managed the Tidore and spice warehouses especially cloves. The aim of this research is to reveal the establishment determining reasons of Kalamata Fort. This research uses descriptive analysis method. Data were collected through observation around fortress area to depict the environmental conditions, then it have been analyzed with inductive reasoning. Data were also obtain by reference studies of the Kalamatan historical construction. Furthermore, other functions of Kalamata Fort based on its layout as the novelty of this study will be revealed. The results of the study noted that Kayu Merah areas was chosen as the location where is Kalamata fortress constructed caused by the visibility closer to Rum, Spanish territory in Tidore, and the availability of coral reefs and andesite stone as the major of material building.

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

kindaietam

Publisher

Subject

Social Sciences

Description

indai Etam merupakan jurnal penelitian arkeologi yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi Kalimantan Selatan sejak tahun 2015. Nama "Kindai Etam" berasal dari bahasa asli masyarakat Dayak Kalimantan, yaitu "kindai" yang berarti wadah dari kayu dan "etam" yang berarti kita. Secara harfiah, Kindai Etam ...