Artikel ini menyoroti bagaimana dinamika gerakan aktivis dakwah di tengah percaturan politik kampus. Lokus dari percaturan politik ini adalah seputar perebutan posisi ketua di organisasi intrakampus, baik organisasi kerohanian maupun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Dengan mengandalkan pada metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menggali data dari aktor-aktor yang terlibat dalam kontestasi politik kampus, seperti aktivis dakwah, aktivis mahasiswa sekuler, dan pihak representasi perguruan tinggi. Temuannya menunjukkan bahwa kuatnya dominasi KAMMI sebagai representasi kelompok Tarbiyah dalam menduduki jabatan-jabatan strategis di organisasi intrakampus bukan terjadi karena kelompok keislaman lain yang meredup dan meninggalkan aktivitas dakwahnya. Sebaliknya, kelompok aktivis dakwah non-Tarbiyah juga terbukti aktif dalam berbagai aktivitas dakwah, mulai dari kaderisasi, forum pengajian, bahkan diskusi seputar politik kontemporer di kampus. Kesimpulannya, posisi dominasi status quo yang disandang KAMMI bukan sekadar karena mereka aktif meramaikan masjid dan mengelola organisasi kerohanian, namun juga karena politik eksklusi yang mereka lakukan kepada kelompok lain, baik eksklusi secara kultural maupun struktural.
Copyrights © 2021