Berita bohong atau Hoaks menjalar keseluruh lapisan masyarakat Indonesia dan merambah di segala usia, gender, dan status sosial. Penyebaran berita bohong atau hoaks sangat mudah dilakukan melalui media sosial seiring dengan kemudahan teknologi dan akses kepemilikan pada perangkatnya, seperti handphone. Data menunjukkan bahwa remaja menjadi pelaku menyebaran hoaks dengan berbagai jenis berita. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengedukasi remaja mengenai hal ini melalui orang-orang terdekat, salah satunya adalah guru. Guru memiliki peran dalam mendidik dan mengevaluasi kemampuan perkembangan peserta didik secara akademik dan nonakademik. Oleh sebab itu, tulisan ini berfokus pada peranan guru dalam memberikan literasi tentang hoaks di sekolah. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian adalah SMA Sint Luis, SMA Daniel Creative School, SMA Santo Yosep dan SMA Theresiana. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif ini menunjukkan hasil bahwa para guru telah berperan serta dalam memberikan literasi hoaks kepada para siswa. Akan tetapi, masih terdapat kekurangan mengenai durasi, kebaruan informasi dan metode menyampaian. Literasi hoaks yang dilakukan juga tidak diselenggarakan secara berkelanjutan. Oleh karena itu perlu upaya untuk membuat suatu program dalam rangka menjamin para siswa mendapatkan literasi hoaks melalui cara atau metode yang lebih baik sangat diperlukan.
Copyrights © 2021