Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (Journal of Soil Science and Environment)
Vol 22 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan

Kajian Faktor Pembatas dan Rekomendasi Perbaikan Lahan untuk Budidaya Jagung di Lahan Rawa Pasang Surut Tipologi C: Study of Limiting Factors and Land Rehabilitation Recommendations for Corn Cultivation in Tidal Swamp Land of Tipology C

Momon Sodik Imanudin (Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya)
Abdul Madjid (Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya)
Edi Armanto (Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya)
Miftahul (Pusadata Rawa dan Pesisir Sumatera Selatan)



Article Info

Publish Date
01 Oct 2020

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengkaji beberapa faktor pembatas lingkungan lahan yang selanjutnya disusun rekomendasi perbaikan, agar tanaman bisa tumbuh sesuai standar produksi. Metode penelitian adalah survai lapangan, monitoring dan pengkajian. Hasil penelitian menunjukan faktor pembatas utama sangat tergantung kepada tingkat kedalaman lapisan firit, dan fluktuasi muka air tanah harian. Selama petani bisa mengendalikan muka air tanah mendekati zona akar maka fakor pembatas lainnya bisa diperbaiki. Beberapa faktor pembatas yang bisa diperbaiki adalah pH tanah masam, hara makro rendah (nitrogen,phospor dan kalium), dan ketersediaan air karena sistem tata air yang buruk. Kajian budidaya tanaman pada kondisi iklim normal ( basah) diama curah hujan dengan bulan kering hanya 2-3 bulan tidak ditemukan pembatas utama yang permanen. Perbaikan tata air dan kesuburan tanah telah mampu menciptakan produksi optimal tanaman jagung 7 ton/ha. Namun pada kondisi iklim kering dimana masa kemarau selama 4-5 bulan maka akan muncuk faktor pembatas utama permanen yang disebabkan oleh oksidasi lapiran firit. Hal ini terjadi karena muka air tanah turun tajam >90 cm. Pada kondisi ini produksi jagung menurun lebih dari 50% area tanam gagal panen karena kekeringan, dan keracunan. Petani yang berhasil adalah yang melakukan penanaman lebih awal yaitu bulan Mei. Sementara yang tanam Juli semua gagal panen. Selain karena curah hujan yang kering juga karena petani tidak melakukan konservasi air. Pintu air tidak dioperasikan untuk menahan air di saluran tersier sehingga kehilangan air lebih cepat. Dampaknya air tanah pada bulan September turun dibawah 90 cm dan terjadilah oksidasi firit. Oleh karea itu operasi pintu sebaiknya dibuka pada saat pasang dan ditutup pada saat surut operasi ini berlansung sampai belum masuk air asin (Agustus). Dan memasuki bulan September dimana telah terjadi intrusi air asin, maka pintu air ditutup permanen. Dari kondisi diatas maka pada kondisi kemarau lebih dari 4 bulan, rekomendasi utama adalah percepatan waktu tanam, pemberian bahan pembenah tanah dan operasi pintu air dengan sistem fullretention.

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

jtanah

Publisher

Subject

Agriculture, Biological Sciences & Forestry Environmental Science

Description

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan merupakan media yang menyajikan artikel mengenai hasil penelitian dan telaah perkembangan mutakhir dalam bidang ilmu tanah, air, dan ilmu lingkungan sebagai bahan kajian utama. ...