SELONDING
Vol 17, No 1 (2021): : MARET 2021

Makna Narasi Musik Perkusi Calempong Unggan: Tinjauan Narratology

Hery Budiawan (Universitas Negeri Jakarta)
Fahmi Marh (Institut Seni Indonesia Padang Panjang)



Article Info

Publish Date
27 May 2021

Abstract

Calempong Unggan merupakan musik tradisi Minangkabau dari Nagari Unggan yang mempunyai narasi terbagi menjadi 3 tahapan yaitu intramusikal, ekstramusikal dan perilaku musikal. Ketiga tahapan ini menjadi landasan dalam proses transmisi dan memaknai eksistensinya dalam aktifitas kebudayaan masyarakat. Membicarakan Calempong Unggan maka dalam aktifitas masyarakat sering terkait dengan cerita rakyat yang memberikan nilai sejarah terhadap instrumen perkusi tersebut sehingga hal ini menjadi fokus permasalahan karena posisi cerita rakyat dalam 3 tahapan, yaitu intramusikal, ekstramusikal dan perilaku musikal. Mengadopsi konsep narratology sebagai suatu bidang naratif maka dalam penelitian ini mencoba menggunakan teori dari Rolland Barthes untuk membaca narasi musik tradisi dari rakyat. Narasi-narasi musik calempong ini dibaca sebagai narasi yang naratif, pola-pola narasi untuk pertunjukan calempong yang dipahami dari praktek musik tradisi suatu masyarakat. Untuk pemaknaan maka konsep Nattiez mengenai pemaknaan musik melalui tiga tataran keilmuan untuk menjelaskan pemaknaan. Metode penelitian yang dipergunakan adalah kualitatif jenis narasi yang berfungsi untuk memahami narasi musik melalui musisi atau pemainnya. Baik narasi secara musikal dari  komposisi-komposisi calempong yang telah dimainkan maupun narasi non musikal. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan membaca komposisi berdasarkan narasi yang diwakili pada judul, serta narasi dari pengalaman musisi dari komposisi. Kemudian wawancara langsung dengan pemain musik calempong,  dan narasumber yang berkaitan pertunjukan calempong. Sementara data sekunder diperoleh dari berbagai  tulisan, hasil penelitian, foto, dan rekaman audio visual (vcd dan DVD) pertunjukan calempong.Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Unggan mengenal kuanta bunyi yang mempunyai dualisme bunyi sebagai partikel dan gelombang, mempunyai erat dengan filosofi masyarakat tentang sistem kehidupan sehingga mengkontruksi pada sebuah makna keseimbangan dalam kehidupan.

Copyrights © 2021