Kajian hadits merupakan bagian dari domain studi Islam (Islamic studies) yang sangat kaya dan menarik minat bahkan oleh kalangan outsider. Sebagai sumber ajaran yang dipandang memiliki hubungan organik dengan al-Qur’an, pengkajian terhadap hadits mendiskusikan banyak problem mulai dari sejarah periwayatan hingga upaya menangkap makna dalam hadits. Kajian outsider yang diwakili oleh tradisi orientalisme atau Islamisme yang masih berlangsung hingga saat ini menunjukkan dinamika terhadap kajian hadits dari masa ke masa. Dalam sejarah panjang sejarah kajian hadits di barat, kemapanan mazhab skeptisisme dalam hadits memunculkan pandangan bahwa hadits tidak dapat diposisikan sebagai sumber informasi pada masa Nabi namun hanya difungsikan sebagai sumber berharga untuk mengetahui peta konflik dan informasi generasi berikutnya. Meski tidak lagi menunjukkan wajah monolitik, pada masa kini dengan munculnya mazhab lain dalam hadits seperti Harald Motzki, Miklos Muranyi, M.J. Kister, Fueck, yang melakukan revisi terhadap sejumlah premis dan kesimpulan dari pengusung mazhab skeptis dalam hadits, namun madzhab skeptis dalam hadits yang dibangun oleh Goldziher dan Schacht pada masa ini tetap mendapatkan tempat dan dikembangkan salah satunya oleh Islamisis asal Belanda, G.H.A Junboll. Untuk menelaah pemikiran mazhab skeptis dalam kajian hadis di Barat, makalah berikut akan mendiskusikan pemikiran Juynboll dalam hadits dan hal-hal yang bersinggungan dengannya termasuk menelisik upaya pemanfaatan metodologi atau teori dalam kajian Barat dalam batas-batas tertentu bagi pengkajian hadits.
Copyrights © 2009