Bangunan yang berdiri di atas tanah lunak biasanya menggunakan pondasi tiang. Pondasi tiang yang umum digunakan adalah pondasi tiang pancang. Adakalanya ditemukan lapisan tanah keras yang tipis (lensa tanah) yang tidak terlalu dalam. Hal ini berakibat pada saat pemancangan lapisan tersebut tidak dapat ditembus tiang pancang. Sehingga kedalaman pondasi tiang pancang tidak sesuai dengan yang direncanakan, yang berakibat pondasi tiang pancang tidak dapat memikul beban yang direncanakan. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan melakukan pengeboran sampai lensa tanah tersebut ditembus, kemudian dilakukan pemancangan. Metode ini sering disebut dengan preboring. Efek dari preboring ini adalah menurunnya daya dukung friksi (skin friction) pada pondasi tiang pancang dalam waktu tertentu.Dari penyelidikan tanah diperoleh bahwa jenis tanah yang ada pada titik penelitian merupakan tanah berbutir (granular soil). Dengan muka air tanah (ground water level) sebesar 0,0 meter. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa penurunan nilai daya dukung friksi (skin friction) akibat preboring pada umur pemancangan 7 hari sebesar 197,87 ton, pada umur pemancangan 125 hari terjadi penurunan daya dukung friksi sebesar 41,47 ton, dan pada umur pemancangan 132 hari terjadi penurunan daya dukung friksi hanya sebesar 1,67 ton. Dengan prosentase penurunan daya dukung friksi sebesar 93,88% untuk umur pemancangan 7 hari, untuk umur pemancangan 125 hari sebesar 19,68% dan untuk umur pemancangan 132 hari sebesar 0,79%. Dibutuhkan minimal 132 hari daya dukung friksi tiang pancang kembali ke kondisi ideal. Oleh karena itu pada umur 132 hari sebaiknya tiang pancang diberikan beban layannya. Sehingga dapat mencegah kegagalan struktur suatu bangunan. Kata kunci: Pondasi Tiang Pancang, Daya Dukung Friksi (Skin Friction), Waktu
Copyrights © 2021