Industri penggilingan padi di Indonesia masih menggunakan teknologi yang sederhana. Sebagai akibatnya, beras yang dihasilkan memiliki kualitas dan rendemen yang rendah. Kapasitas giling di Indonesia juga jauh lebih besar daripada produksi gabah nasional. Dengan demikian persaingan diantara penggilingan - penggilingan sangat ketat. Banyak diantara penggilingan padi tidak bekerjasecara maksimal bahkan rata - rata hanya bekerja sekitar sepertiga dari kapasitas maksimalnya. Dengan diserahkannya perdagangan beras ke pasar bebas, tidakhanya memberikan dampak negatif kepada harga jual gabah petani namun juga industri penggilingan padi karena kinerja beberapa penggilingan padi menjadi semakin menurun. Penjualan beras hasilgiling menurunkarena persaingandengan beras impor yang masuk ke pasar domestik. Elastisitas modal terhadap output pada industri penggilingan padi bersifat inelastis sehingga dampaknya adalah setiap penambahan stok modalnya, maka kenaikan output tidak sebesar penambahan stok modalnya. Halini disebabkan masih belum maksimainya utilitas kapasitas mesin karena tingginya persaingan untuk memperoleh gabah. Elastisitas tenaga kerja terhadap output pada industri penggilingan padi bersifat inelastis sehingga dampaknya adalah setiap penambahan tenaga kerja, maka tidak menaikan output. Penggunaan jumlah tenaga kerja yang tidak efisien disebabkan perusahaan penggilingan padi menggunakan tenaga kerja yangkurang trampil serta tingkat pendidikan yang rendah. Kemajuan teknologi yang baikterjadi di PulauJawa dan sebagian Sumatera (Sumut dan Lampung). Sedangkan diSumsel, Bali, NTB, Sulsel, Sulut pertumbuhan Total Faktor Produktifitas masih memberikan kontribusi yang rendah pada kenaikan output karena permasalahan modal dan penggunaan teknologi tradisional. Pengaruh liberalisasi perdaganganberas telah menurunkan output dari penggilingan padi di propinsi Sumut, Jateng dan Bali. Hal ini disebabkan produk hasil gilingnya kalah bersaingdengan beras impor yang harganya lebih murah. Sedangkan diJabar, Lampung, Sulut mengalami peningkatan output, karena mengolah kembali beras impor (disosoh dan dicampur dengan beras lokal) untuk dijual ke pasar.
Copyrights © 2006