Desa Menari memiliki potensi budaya dan ekonomi kreatif yang terintergrasi dalam tiga konservasi, yaitu konservasi kesenian masyarakat, konservasi dolanan tradisi masa lalu dan konservasi petani peternak. Misinya adalah sesuai dengan konsep Desa Menari (Menebar Harmoni, merajut Inspirasi dan Menuai Memori). Di tahun 2018, Desa Menari dikunjungi 1500 hingga 2000 pengunjung dengan pemasukan Rp 100 juta hingga Rp 260 juta. Namun, kondisi di tahun 2020 mengalami penurunan drastis dalam sektor pariwisata akibat pandemi Covid 19, karena belum bisa menerima kunjungan wisatawan. Padahal untuk menumbuhkan produktivitas masyarakat Desa Menari, mereka menjual hasil ekonomi kreatif di Pasar Rakyat ketika ada kunjungan wisatawan. Pemasaran ekonomi kreatif juga dilakukan di Rest Area Salatiga namun juga masih sepi pengunjung karena rest area baru beroperasi. Selain permasalahan pemasaran, adapula persoalan adopsi teknologi yang masih rendah keterlibatan dengan pengikut akun media social Omah Cikal. Pada dasarnya konten menjadi kunci untuk bisa menarik interaksi dan berkomunikasi secara online. Dengan situasi tatap muka yang dikurangi, maka Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Menari melalui omah cikal tetap bisa mengedukasi dan membentuk reputasi kebudayaan lokal nya dengan cara membangun narasi digital agar jangkauan audiens lebih luas. Reputasi ekonomi kreatif dapat dibentuk menggunakan tutur cerita yang dibangun di“own media”nya di akun media sosial resmi Desa Menari. Maka diperlukan pengabdian kemitraan masyarakat untuk memberikan pelatihan aktivitas Public Relations dengan pendekatan storytelling. Ketrampilan yang diusulkan adalah digitalisasi Desa Menari yang meliputi pengelolaan konten digital dan pembuatan narasi storytelling.
Copyrights © 2022